FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi III DPR RI, Benny K. Harman, menyatakan dukungannya terhadap upaya Presiden Prabowo Subianto untuk menindak tegas para bos sawit yang dianggap nakal.

Dikatakan Benny, langkah ini akan memberikan dampak luar biasa bagi negara jika dilakukan dengan serius.

"Jika ini dilakukan serius oleh Presiden Prabowo akan sangat luar biasa dampaknya," ujar Benny dalam keterangannya di X @BennyHarmanID (10/1/2025).

Benny menyoroti bagaimana banyak pemilik kebun sawit di Indonesia justru tinggal di luar negeri dan anak-anak mereka bahkan memiliki kewarganegaraan asing.

"Coba saja ditelusuri siapa saja pemilik-pemilik kebun sawit kita. Mereka tinggal di LN dan anak-anak mereka berwarga negara asing," sebutnya.

Ia menegaskan bahwa dukungan penuh harus diberikan kepada Presiden agar tidak gentar menghadapi tekanan dari para pengusaha sawit besar.

"Kekayaan negeri kita dirampok habis. Kita makanya dukung, agar Presiden tidak gentar melawan bos-bos sawit tersebut," tandasnya.

Sebelumnya, Prabowo Subianto, menyatakan akan menindak tegas para bos kelapa sawit yang selama ini hanya mengeruk keuntungan dari hasil sawit tanpa berkontribusi pada pembangunan bangsa.

Prabowo menyoroti perilaku tidak nasionalis sebagian pengusaha sawit yang bahkan melarikan harta mereka ke luar negeri.

Hal senada juga disampaikan Ketua Harian Partai Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad, yang menyebut bahwa langkah ini merupakan salah satu upaya menyelamatkan perekonomian rakyat.

Menurut Dasco, Prabowo berkomitmen untuk mengidentifikasi perkebunan kelapa sawit yang tidak terdata, terutama yang hasilnya selama ini tidak masuk ke negara.

Hal itu diungkapkan Dasco saat berbicara di diskusi publik yang diadakan Sabang-Merauke Circle dan SPSI di Grand Sahid Jaya, Selasa (7/1/2025).

Dasco juga menekankan pentingnya efisiensi anggaran dan evaluasi proyek strategis nasional yang kurang berdampak pada masyarakat.

“Pak Prabowo akan fokus pada hal-hal kecil yang manfaatnya langsung dirasakan rakyat, sekaligus mengevaluasi proyek-proyek strategis yang tidak relevan,” ucapnya. (Muhsin/fajar)