Sentimen
Informasi Tambahan
Agama: Islam
Kab/Kota: Kajen, Kudus, Pati, Rembang, Solo, Yogyakarta
Tokoh Terkait
Profil Gus Baha, Pernah Dipuji Orang Alim oleh Cendekiawan Quraish Shihab
Espos.id Jenis Media: Jogja
Esposin, SOLO — Nama Gus Baha, menjadi kata kunci yang diburu di Google Pencarian dalam beberapa hari terakhir, begini profil ulama yang pernah dipuji sebagai orang alim oleh Prof Quraish Shihab tersebut.
Gus Baha adalah salah satu kiai Nahdlatul Ulama yang memiliki banyak sekali muhibbin yang tersebar di Indonesia bahkan mancanegara. Selain punya keilmuan yang tinggi, gaya ceramah Gus Baha juga dianggap cukup menarik dan mudah dicerna oleh orang awam.
Dilansir dari laman ngajigusbaha.id, diakses Senin (16/12/2024), Gus Baha atau KH. Ahmad Bahauddin Nursalim adalah putra Kiai Nursalim, pengasuh pesantren Alquran di Kragan, Narukan, Rembang. Kiai Nursalim adalah murid dari Kiai Arwani Kudus dan Kiai Abdullah Salam, Kajen, Pati.
Nasabnya bersambung kepada para ulama besar. Bersama Kiai Nursalim inilah, Gus Miek (KH Hamim Jazuli) memulai gerakan Jantiko (Jamaah Anti Koler) yang menyelenggarakan simaan Al-Qur’an secara keliling.
Jantiko kemudian berganti Mantab (Majelis Nawaitu Topo Broto), lalu berubah jadi Dzikrul Ghafilin. Kadang ketiganya disebut bersamaan: Jantiko-Mantab dan Dzikrul Ghafilin.
Kiai kelahiran 1970 ini memilih Yogyakarta sebagai tempatnya memulai pengembaraan ilmiahnya. Pada 2003, ia menyewa rumah di Yogya. Kepindahan ini diikuti oleh sejumlah santri yang ingin terus mengaji bersamanya.
Gus Baha kecil memulai menempuh gemblengan keilmuan dan hafalan Al-Qur’an di bawah asuhan ayahnya sendiri, KH Nursalim
Menginjak usia remaja, Kiai Nursalim menitipkan Gus Baha untuk mondok dan berkhidmat kepada Syaikhina KH. Maimoen Zubair di Pondok Pesantren Al Anwar Karangmangu, Sarang, Rembang. Di Al Anwar inilah beliau terlihat sangat menonjol dalam fan-fan ilmu Syari’at seperti Fiqih, Hadits dan Tafsir.
Dipuji Quraish Shihab
Cendekiawan Muslim Indonesia Profesor Quraish Shihab pernah melemparkan pujian kepada Pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an LP3iA itu. Ia menyebut Gus Baha sebagai sosok alim yang rendah hati.
"Ini (Gus Baha) orang alim besar, tapi sembunyi diri," ungkap Prof Quraish, dilansir NU Online.
Momen Prof Quraish Shihab memuji Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu terekam saat sedang mengisahkan Syekh Muhammad Rasyid Ridha ketika menuliskan tafsir Al-Qur'an surat An-Nisa ayat 15 dalam tafsir Al-Manar.
"Saya teringat itu Syekh Muhammad Rasyid Ridha di dalam Tafsir Al-Manar, dia menulis tafsirnya untuk majalah Al Manar. Sering kali dia tidak dapat merujuk ketika menulis," terangnya.
Ketika hendak menyebutkan satu ayat yang berkaitan, Prof Quraish sempat lupa dan terhenti. "Maka ketika dia menulis tentang itu, sepanjang ingatan saya, e... ya'tina, e... subhanallah," ucap dia.
Mendapati itu, Gus Baha yang berada di sebelah Prof Quraish, spontan melanjutkan ayat yang hendak diucapkan Prof Quraish. "Walla ya'tina al-fahisyata min nisa'ikum," kata Gus Baha, lirih.
Mendengar jawaban itu, Prof Quraish spontan menimpali, "Ini orang alim besar tapi sembunyi diri," ujar dia. "Dia (Syekh Muhammad Rasyid Ridha) katakan itu untuk sesuatu yang buruk. Ya'tina al-fahisyata sesuatu yang buruk. Rasyid Ridha kita hormat, tapi karena tidak hati-hati, dia salah," sambungnya.
Lebih lanjut, Prof Quraish menyebut bahwa Gus Baha sebagai pewaris keilmuan Syekh Nawawi Al-Bantani. Hal ini disampaikannya ketika sedang menerangkan tentang superioritas dalam bidang agama yang tidak hanya milik orang Arab.
Sentimen: neutral (0%)