Sentimen
Netral (100%)
30 Jun 2023 : 20.59
Informasi Tambahan

BUMN: PT Danareksa Sekuritas

Grup Musik: APRIL

Kab/Kota: Tokyo

Sah Jadi Bos Baru GOTO, Rekam Jejak Patrick Walujo 'Ngeri'

30 Jun 2023 : 20.59 Views 6

CNBCindonesia.com CNBCindonesia.com Jenis Media: Ekonomi

Sah Jadi Bos Baru GOTO, Rekam Jejak Patrick Walujo 'Ngeri'

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten teknologi PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) telah merombak komposisi dewan komisaris dan direksi. Perusahaan memutuskan untuk mengangkat Patrick Sugito Walujo sebagai CEO, menggantikan posisi Andre Soelistyo.

Patrick nantinya akan ditemani oleh Thomas Husted yang akan duduk di kursi wakil presiden direktur sekaligus COO GOTO. Husted sebelumnya merupakan CFO Gojek.

Persetujuan atas perombakan ini akan diputuskan pada Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) dan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB), yang akan digelar 30 Juni 2023.

-

-

Seperti diketahui, Patrick Sugito Walujo sebelumnya merupakan komisaris GOTO. Dia juga pernah menjabat sebagai co-founder dan managing partner Northstar Group, yang ikut dia dirikan pada 2003. Northstar saat ini merupakan perusahaan investasi terkemuka Indonesia dengan portofolio pada sejumlah perusahaan finansial.

Patrick yang juga menantu salah satu orang terkaya di Indonesia Theodore Permadi Rachmat (TP Rachmat) mengawali karir di Goldman Sachs sebagai analis. Kemudian dia dipercaya sebagai senior vice president (SVP) di Pacific Century Ventures Ltd di Tokyo.

Salah satu sentuhan tangan dingin Patrick adalah PT Bank BTPN Tbk (BTPN). Bersama bankir senior Jerry Ng, keduanya membawa transformasi besar ke BTPN.

Duet Patrick dan Jerry Ng kemudian berlanjut di PT Bank Jago Tbk (ARTO). Setelah diakuisisi dan melakukan dua putaran aksi korporasi berupa right issue, ARTO saat ini menjadi salah satu bank digital yang menjadi acuan di Indonesia.

Patrick tercatat sebagai salah satu pemegang saham Bank Jago melalui perusahaan Wealth Track Technology (WTT). Mengacu pada data KSEI, WTT kini mengempit 11,69% saham ARTO, di mana sebagian lagi sebesar 21,4% dimiliki oleh PT Dompet Karya Anak Bangsa atau yang dikenal sebagai GoPay.

Rekam jejak Patrick sebagai investment bankers juga terlihat di berbagai korporasi besar. Mulai dari industri pertambangan, telekomunikasi, logistik, fintech, bank, pembiayaan hingga startup.

Nama Patrick juga dikenal sebagai investor awal perusahaan yang didirikan oleh Nadiem Makarim, Gojek. Dia kemudian juga mengawal Gojek hingga akhirnya melebur dengan Tokopedia menjadi GOTO.

Adapun selain duduk di kursi Dewan Komisaris di GOTO, Patrick juga menjabat sebagai Komisaris di emiten telekomunikasi PT Indosat Tbk. (ISAT) sejak 2021 hingga sekarang.

Dalam riwayat pendidikannya, Patrick mengenyam pendidikan di sekolah Kolese Kanisius pada tahun 1987 hingga 1993. Kemudian ia meraih gelar Bachelor's Degree (sarjana) Operations Research & Industrial Engineering.

Tangan dingin Patrick dan rekannya yang lebih senior, Glenn Sugita, mulai terlihat saat berkolaborasi dengan bos Alfamart Djoko Susanto hingga membawa perusahaan tersebut melakukan penawaran saham perdana (IPO) di Bursa Efek Indonesia dengan kode saham AMRT.

Duet 'maut' Northstar besutan Patrick dengan bankir kawakan Jerry Ng di PT Bank BTPN Tbk (BTPN) mungkin menjadi yang paling diingat orang. Keduanya membawa transformasi besar ke BTPN dengan menjadi pioneer bank digital di Indonesia via Jenius.

Di bawah kepemimpinan Jerry Ng, BTPN sukses mencatatkan kenaikan aset hingga 10x hanya dalam kurun waktu 1 dekade saja.

Patrick, yang masuk menggunakan Texas Pacific Group (TPG) Nusantara, perusahaan patungan antara TPG dan Northstar Pacific Partners, pun berhasil cuan besar di BTPN sebelum akhirnya diakuisisi Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC).

Pada 2013, Sumitomo Mitsui sepakat untuk membeli saham BTPN sebesar Rp 9,21 triliun. Pada 2015, kembali membeli saham BPTN mencapai Rp 5,9 triliun. Padahal TPG mengakuisisi BTPN Pada 2008 senilai US$ 195 juta atau setara dengan Rp 2,6 triliun (asumsi kurs Rp 13.600/US$).

Northstar juga masuk ke Bukit Makmur Mandiri Utama (BUMA) pada 2009 yang menjadi perusahaan terbuka via backdoor listing PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID).

Selang 2 tahun kemudian, Northstar masuk ke emiten pembiayaan PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN) di bawah konsorsium Trinugraha Capital & Co SCA yang di dalamnya ada bos batu bara Garibaldi 'Boy' Thohir dan Jerry Ng serta investor pasif lainnya).

Berkolaborasi dengan GIC, Northstar juga membeli saham Triputra Agro Persada pada 2012 milik mertua Patrick, TP Rachmat, sebelum akhirnya IPO pada 12 April 2021 dengan kode ticker TAPG.

Pada 2015, Northstar Group juga memimpin konsorsium sejumlah investor untuk memberikan fasilitas pinjaman structured financing senilai US$ 1 miliar kepada Group Salim.

Uniknya skema investasi yang dilakukan oleh Northstar dan investor lain seperti TPG dan Gateway di Grup Salim ini memberikan mereka akses terhadap kepemilikan saham di perusahaan ritel milik group yang kini dikenal dengan nama Indomaret. Induk Indomaret melantai di BEI dengan namaPT Indoritel Makmur Internasional Tbk (DNET)

Setahun berselang, Northstar kembali berinvestasi. Kali ini sektornya adalah konsumen dengan ikut berpartisipasi pada tahap pre-IPO untuk PT Kino Indonesia Tbk (KINO).

Beberapa perusahaan publik Tanah Air lain yang juga masih atau pernah ada di dalam portofolio Norhtstar antara lain PT Bundamedik Tbk (BMHS), PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk (TRIM), PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk (TUGU), PT Centratama Telekomunikasi Indonesia Tbk (CENT) hingga PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO).

Untuk GOTO, Northstar Group menjadi salah satu investor awal Gojek. Kisah dimulai pada 2014. Saat itu Northstar mendirikan perusahaan venture capital bernama NSI Ventures yang sekarang sudah berdiri independen dan dikenal dengan nama OpenSpace Venture.

NSI Ventures berinvestasi di Gojek pada putaran pendanaan seri A. Saat itu valuasi Gojek masih di US$ 400 juta. Namun pada 2016 Northstar Group kembali ikut berinvestasi di Gojek lewat pendanaan seri B.

Nilai pendanaan Gojek mencapai US$ 550 juta dan tepat di tahun tersebut Gojek resmi menyandang status sebagai startup unicorn di Indonesia dengan valuasi lebih dari US$ 1 miliar.

Dalam seri putaran pendanaan ini, Northstar bersama 10 investor lain seperti KKR, Warburg Pincus hingga Farallon Capital Menagement resmi menjadi investor Gojek.

Hanya dalam kurun waktu 6 tahun, Gojek telah menjelma menjadi startup decacorn.

Selain perusahaan publik di atas, portofolio Northstar Group di perusahaan privat meliputi PT Greenfields Indonesia yang dibelinya dari Japfa Ltd pada akhir 2020 bersama dengan TPG untuk 80% kepemilikan dengan nilai US$ 236 juta atau setara dengan Rp 3,3 triliun.

Berdasarkan penelusuran CNBC Indonesia, ada 4 startup digital yang mendapatkan pendanaan total senilai lebih dari US$ 250 juta (>Rp 3,65 triliun) dari Northstar Group lewat putaran pendanaan seri A hingga C.

Keempat startup tersebut adalah Moladin Digital Indonesia (platform analitik dan jual beli sepeda motor), eFishery (perusahaan teknologi akuakultur domestik), Zenius (platform edukasi online) hingga Sayurbox (platform commerce untuk pembelian kebutuhan buah dan sayur).

Sementara itu portofolio perusahaan Northstar Group yang ada di luar Indonesia meliputi Thai Credit Retail Bank, Nera Telecommunications Ltd, ERA Real Estate dan Innovalues.

Adapun selain sebelumnya duduk di kursi Dewan Komisaris di GOTO, Patrick juga menjabat sebagai Komisaris di emiten telekomunikasi PT Indosat Tbk. (ISAT) sejak 2021 hingga sekarang dan pengelola Watsons Indonesia PT Daya Intidaya Tbk (DAYA).

Sang istri, Ayu Patricia Rachmat, juga memiliki 5,08% saham di emiten sepak bola milik Pieter Tanuri PT Bali Bintang Sejahtera Tbk (BOLA).

Kinerja Saham Portofolio Northstar

Kabar penunjukkan Patrick sebagai calon Dirut GOTO yang baru direspons positif oleh pasar. Saham GOTO melonjak 7,76% di akhir perdagangan Kamis (8/6) dan juga saham ARTO-di mana GoTo memiliki sebagian saham-terbang 11,79%.

Secara umum, dari 7 saham emiten yang masih menjadi portofolio Northstar, kinerja selama tahun ini terbilang beragam.

GOTO memang melonjak 37,36% year to date (YtD) ke Rp125/saham, tapi masih di bawah harga IPO Rp338/saham. Meningkatkan kepercayaan investor dengan membawa GOTO ke jalur profitabilitas yang lebih cepat menjadi tugas besar Patrick ke depan.

Selain GOTO, saham BFIN terbilang oke tahun ini, melompat 27,01% ytd dan DOID naik 11,18%.

Sementara, nama lainnya, saham DNET masih tertekan minus 3,38% ytd, BMHS turun 111,7%, TAPG ambles 15,75%.

Saham ARTO malah anjlok 20,97% secara YtD usai tampil 'gila-gilaan' di akhir 2021 lalu.

Northstar Group sendiri adalah perusahaan ekuitas swasta (private equity/PE) yang berbasis di Singapura dan mengelola lebih dari US$2,5 miliar modal ekuitas yang diinvestasikan di perusahaan-perusahaan pertumbuhan di Indonesia dan dalam sejumlah negara-negara lain di Asia Tenggara.

Sejak didirikan pada 2003, The Northstar Group telah mengumpulkan lima dana ekuitas swasta dan berinvestasi di lebih dari 35 perusahaan di sektor perbankan, asuransi, konsumen/ritel, manufaktur, teknologi, telekomunikasi, dan agribisnis. The Northstar Group telah berinvestasi lebih dari US$3,3 miliar bersama mitra investasinya di wilayah Asia Tenggara.

Sebenarnya model bisnis PE mirip dengan reksa dana, hanya saja yang membedakan adalah tipe investor yang berpartisipasi. Jika pada kasus reksa dana investor ritel bermodal cekak bisa ikut berpartisipasi, pada PE hanya investor strategis bermodal jumbo saja yang bisa ikut.

Mengingat modalnya yang jumbo, transaksi investasi yang dilakukan juga besar sehingga tak jarang perusahaan sekelas PE bisa mengakuisisi sebagian besar perusahaan baik publik maupun privat dengan porsi kepemilikan saham yang jumbo (buyout).

Timeline investasi perusahaan PE juga cenderung lebih lama yaitu 5-10 tahun. Para profesional yang tergabung dalam PE tidak hanya pasif dalam berinvestasi.

Mereka menggunakan strategi investasi aktif, sehingga tak jarang mereka ikut hands on dalam mengembangkan perusahaan investasi-nya dengan duduk sebagai dewan direksi maupun komisaris.

Di Northstar, Patrick bersama 'pemain' senior di dunia investasi Glenn Sugita yang juga menjabat sebagai Co-Founder, Managing Partner and Member of the Investment Committee dan bergabung sejak 2003.

Glen sebelumnya menjabat Senior VP of PricewaterhouseCoopers Securities Indonesia. Lulusan Tennessee Technological University ini dulu bekerja sebagai Associate Director Bahana Securities.

Satu lagi, ada Sunata Tjiterosampurno sebagai Senior Partner and Member of the Investment Committee Northstar.

Sunata bergabung dengan Northstar pada 2006. Sebelum bergabung dengan Northstar, ia menjabat sebagai direktur di divisi perbankan investasi PT Danareksa Sekuritas dari 2004 hingga 2006, dan sebagai konsultan di Boston Consulting Group dari 1998 hingga 2004.


[-]

-

Ini Alasan GOTO Tunjuk Patrick Jadi Bos Baru
(Zefanya Aprilia/ayh)

Sentimen: netral (100%)