Sentimen
Presidential Club Tiru Amerika Serikat, Watak Politik Prabowo Disinggung
Pikiran-Rakyat.com Jenis Media: Nasional
PIKIRAN RAKYAT - Juru Bicara Presiden terpilih Prabowo Subianto, Dahnil Anzar Simanjuntak, menjelaskan presidential club yang dimaksudnya bukan sebuah institusi atau lembaga. Menurutnya, presidential club adalah forum perkumpulan mantan presiden yang memberikan masukan ke Prabowo demi tercapainya agenda keberlanjutan.
“Presidential club yang saya maksud itu bukan mendirikan institusi baru atau Pak Prabowo mendirikan lembaga baru, bukan sama sekali,” kata Dahnil, Sabtu, 4 Mei 2024.
Potret Dahnil Anzar Simanjuntak.
Selain itu, Dahnil mengungkapkan, Prabowo memiliki watak politik mempersatukan dan rekonsiliatif. Oleh sebab itu, dia menyebut Prabowo ingin adanya sebuah wadah agar presiden-presiden terdahulu bisa saling bersilaturahmi dan berdiskusi membahas agenda pembangunan nasional.
“Watak politik utama Pak Prabowo itu adalah mempersatukan, watak politik rekonsiliatif. Nah, semangat keberlanjutan, semangat persatuan itu disimbolisasikan dengan silaturahmi, dengan sharing terus-menerus,” tutur Dahnil.
“Pak Prabowo visinya keberlanjutan tentu beliau ingin berdialog, berdiskusi dengan presiden-presiden sebelumnya sebagai upaya untuk melanjutkan semua agenda-agenda pembangunan. Terutama agenda-agenda yang baik, pada pemerintahan Pak Prabowo dan Mas Gibran nantinya,” katanya melanjutkan.
Oleh sebab itu, Dahnil mengungkapkan, Prabowo ingin mewujudkan semangat keberlanjutan dengan mengumpulkan Joko Widodo (Jokowi) yang akan purna tugas, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), dan Megawati Soekarnoputri ke dalam sebuah forum bernama presidential club.
“Kenapa? Karena beliau-beliau ini yang saat ini masih bersama dengan kita semuanya. Oleh sebab itulah, semangat keberlanjutan yang dibawa oleh Pak Prabowo itu perlu mendengar dari beliau-beliau yang pernah memimpin Indonesia,” ujar Dahnil.
"Sehingga agenda keberlanjutan pembangunan Indonesia itu bisa dilakukan dengan baik,” ucapnya menambahkan.
Presidential Club Tiru AmerikaDahnil tak menampik akan ada sikap politik yang berbeda di antara mantan-mantan presiden apabila presidential club tersebut terwujud. Akan tetapi, kata dia, perbedaan tersebut bisa dicairkan dengan diskusi demi membangun Indonesia ke depan.
“Perlu diskusi, silaturahmi terus menerus dengan para pemimpin bangsa ini. Terlepas, nanti ada sikap politik yang berbeda. Makanya, perlu banyak bertemu dan berdiskusi bagaimana membangun Indonesia ke depan,” sebut Dahnil.
Menurut Dahnil, para pemimpin bangsa harus bersatu karena tantangan geopolitik dan geostrategis sangat dinamis. Semangat persatuan tersebut bisa terjalin lewat presidential club.
“Pak Prabowo sejak awal menyebutkan pentingnya persatuan, pentingnya keguyuban elit. Nah inilah yang kemudian digunakan istilah presidential club. Jadi bukan membangun institusi baru atau lembaga baru yang namanya presidential club, bukan sama sekali,” kata Dahnil.
Lebih lanjut Dahnil tidak membantah bahwa ide presidential club tercetus dari yang sudah ada di Amerika Serikat. Menurutnya, forum yang sama juga bisa dibentuk di Indonesia secara informal.
“Presidential club ini istilah saja untuk menggambarkan silaturahim yang rutin dilakukan oleh para mantan presiden dan presiden yang sedang memerintah. Itu merujuk dengan apa yang ada di Amerika Serikat misalnya ada presidential club secara informal,” ujar Dahnil.***
Sentimen: positif (93.8%)