Baru Terungkap! Jokowi Ngakak Disodori Nama Ma'ruf Amin Jadi Cawapresnya: Kok Bisa-bisanya Usul Dia?

4 Mei 2023 : 16.44 Views 11

Oposisicerdas.com Oposisicerdas.com Jenis Media: News

Baru Terungkap! Jokowi Ngakak Disodori Nama Ma'ruf Amin Jadi Cawapresnya: Kok Bisa-bisanya Usul Dia?

Ketua Majelis Pertimbangan PPP Romahurmuziy bercerita soal asal usul nama KH Ma'ruf Amin diusulkan menjadi cawapres Jokowi pada Pilpres 2019 lalu.

Menurut Romi --sapaan akrabnya, PPP lah yang pertama kali menyodorkan nama KH Ma'ruf Amin untuk menjadi kandidat cawapres Jokowi pada November 2017 lalu.

Romi mengatakan nama KH Ma'ruf Amin cocok dampingi Jokowi, karena sang presiden selalu menanyakan siapa sosok yang pas untuk mendampinginya di Pilpres 2019 berdasarkan usulan PPP.

"Saya pertama kali menyebut nama KH Ma'ruf Amin pada November 2027. Sebab setiap presiden bertemu saya dia selalu menanyakan itu. Sampai saya bosan ditanya itu," kata Romi disitat Total Politik, dengan menyebut pertemuannya dengan Jokowi berlangsung 3 kali.

Karena terus ditanyakan, Romi lantas memberi masukan pada Jokowi. Kata Romi, PPP coba akan menjelaskan 5 kriteria yang pas dan benar-benar dibutuhkan oleh Jokowi untuk kembali maju di 2019. Setelah itu, baru bicara sosok yang tepat.

Adapun 5 kriteria cawapres yang dibutuhkan Jokowi adalah kuat simbol religiusitas. Ini karena Jokowi dicap sebagai orang nasionalis. Latar belakang juga memperkuat itu, bahwa dia bukan berasal dari keluarga santri.

Kenapa sosok itu harus religius, berkaca dari zaman Bung Karno menggaet Bung Hatta, karena tidak semata-mata sosok jebolan Belanda saja. Tetapi Hatta adalah sosok religius dan keturunan keluarga alim. Hal sama setidaknya berlaku pada Pilpres 2024, saat 5 pasang kandidat merupakan hasil kawin silang sosok nasionalis-religius. Baik Amien Rais-Siswono, Mega-Hasyim, SBY-JK, Wiranto-Gus Sholah, dan Hamzah Haz-Agum Gumelar. Jokowi lantas menerima alasan itu.

"Ketiga, yakni figur yang bisa diterima oleh semua kalangan Islam, jangan terlalu NU dan jangan terlalu Muhammadiyah. Keempat, sosok yang bisa diterima oleh gerakan 212. Sebab Pak Jokowi dianggap terlalu backup Ahok ketika itu," kata Romi.

Keempat, orang itu harus datang dari non partai. Sebab semua ketum partai tentu juga ingin maju.

"Kalau Saya maju Cak Imin tak terima, karena Saya terlalu muda. Kalau Cak Imin maju Airlangga tak terima, karena partainya lebih besar. Kalau Airlangga maju, Surya Paloh tak terima karena merasa dia lebih muda," katanya.

Dan kelima adalah harus orang tua. Alasannya, agar ketika di 2024, cawapres ini tidak memiliki kekuatan besar. Sebab bisa jadi sosok ini akan maju mencalonkan diri jadi capres. Sementara Megawati di satu sisi, pasti menginginkan Puan Maharani maju di 2024.

"Kan Ibu punya Mba Puan, kalau Bapak taruh ini, Saya yakin Ibu pasti akan pakai vetonya."

"Lantas siapa Mas?" tanya Jokowi serius ke Romi.

"Kyai Ma'ruf Amin."

"Jokowi ngakak," kata Romi.

"Saya pikir sampean cerdas, kata sampean 50 persen pemilih milenial dan Gen Z, kok bisa-bisanya usulkan Ma'ruf Amin," jawab Jokowi tertawa.

"Pak ini bukan soal keinginan, tapi kebutuhan, dan percayalah suatu saat Bapak akan membenarkannya," jawab Romi lagi.

Selepas pertemuan itu, Romi pun menemui KH Ma'ruf Amin di Kantor MUI dan menawarkan posisi cawapres Jokowi. Ada sejumlah saksi yang menemani Ma'ruf ketika itu.

Mendengar tawaran Romi, KH Ma'ruf Amin menegurnya sambil mengacung-acungkan sarung yang dipakainya ketika itu.

"Wong Saya sudah pakai sarung, kok masih diminta urus negara,  enggak lah," kata Ma'ruf ketika itu.

"Kyai, di AS presiden itu tua-tua, jenengan cuma wapres," jawab Romi lagi.

Kyai Ma'ruf Amin pun langsung menanyakan hal itu pada Zainut Tauhid Sa'adi yang ketika itu mendampinginya. "Gimana Zainut," kata Mar'ruf.

"Monggo Kyai," jawab Zainut.

Setelah pertemuan itu PPP diakui mulai menyodorkan nama Ma'ruf Amin sebagai cawapres alternatif. Dan tak disangka ternyata KH Ma'ruf Amin benar diambil untuk mendampingi Jokowi sebagai cawapres. "Orang bisa membantah cerita apapun, tapi ini bukan karangan," kata Romi.

Foto: Presiden Joko Widodo/Net

Sentimen: positif (92.8%)