Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Tanjung Jabung Timur
Tokoh Terkait
Program PINTAR Merdeka Belajar: Menyiapkan SDM Unggul Melalui Transformasi Pembelajaran
Pikiran-Rakyat.com Jenis Media: Nasional
PIKIRAN RAKYAT - Pagi itu, Afriansyah dan empat teman-temannya duduk melingkar di depan kelas. Mereka asyik mengerjakan tugas kelompok tentang pelajaran sublimasi yang diberikan oleh guru mereka, Dafni.
Afriansyah dan teman-temannya di kelas 4 Sekolah Dasar Negeri 61 Talang Babat, Kecamatan Muara Sabak Barat, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi tengah belajar Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial (IPAS).
IPAS merupakan gabungan dari dua mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pada kurikulum Merdeka Belajar yang dicetuskan oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbud Ristek) Nadiem Makarim.
Baca Juga: Kenali Gejala Gagal Ginjal Akut pada Anak, Jangan Anggap Remeh Batuk hingga Demam!
Dua bata diletakkan oleh mereka di atas kardus yang dijadikan sebuah tungku, sementara di atasnya terdapat kaleng susu yang berisi kapur barus dan pasir, kemudian dipanaskan dengan dua buah lilin. Kaleng tersebut mereka tutup dengan wadah yang berisi es batu.
Proses yang tengah mereka lakukan itu adalah percobaan dari materi sublimasi. Afriansyah begitu semangat menjelaskan percobaan dan pengamatan yang tengah dilakukan bersama keempat temannya.
"Maka uap dari kapur barus akan menjadi kristal dan menempel di kalengnya. Ini adalah proses perubahan wujud benda dari padat ke gas," katanya secara gamblang kepada Pikiran-Rakyat.com, saat ditemui di kelasnya, Selasa, 18 Oktober 2022 kemarin.
Baca Juga: Kemnaker Gagalkan Penempatan PMI Ilegal ke Timteng
Afriansyah bersama teman-temannya mengaku senang dan lebih semangat saat belajar tentang sublimasi karena bisa langsung melakukan percobaan dan pengamatan.
Potret siswa SDN 61 Talang Babat saat belajar di kelas. Pembelajaran lebih aktif dengan metode PINTAR yang dikenalkan Tanoto Foundation.
Pelajaran hari itu memang tampak begitu aktif, semua siswa menyampaikan apa yang tengah mereka amati.Setelah melakukan pengamatan mereka langsung menuliskan temuan mereka dari hasil percobaan tersebut di lembar kerja.
Proses pembelajaran seperti ini berlangsung setiap hari di semua mata pelajaran yang mereka terima. Siswa tidak hanya dibekali ilmu secara teoritis tapi diberikan pemahaman langsung dengan praktik-praktik yang lebih inovatif.
Baca Juga: Bawaslu Bakal Kerja Sama dengan Facebook hingga Instagram untuk Cegah Pelanggaran Pemilu
Dafni mengatakan praktik pembelajaran seperti ini juga diterapkan di mata pelajaran yang lain, bahkan seperti pendidikan Pancasila.
Pada materi ‘hak dan kewajiban’ misalnya, siswa diajak untuk melakukan kegiatan gotong royong membersihkan area kelasnya.
"Setelah kelasnya bersih, anak-anak saya minta untuk memandang, melihat, dan merasakan apa perbedaan yang dirasakan setelah (ruangan) dibersihkan. Tadi tidak nyaman, sekarang kelas lebih bersih. Yang mereka lakukan itu, itulah kewajiban. Sesederhana itu,” ucapnya.
Menurut Dafni, pemahaman siswa melalui metode pembelajaran seperti ini akan sangat berbeda ketika dirinya hanya menjelaskan teori di papan tulis dan menjelaskannya secara lisan.
Siswa tidak akan memahami apa yang sesungguhnya menjadi implementasi dari ‘hak dan kewajiban’ sebagai bentuk pemahaman gotong royong yang merupakan bagian dari contoh sila kedua Pancasila.
Siswa di Sekolah Dasar Negeri 61 Talang Babat, Kecamatan Muara Sabak Barat, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi tengah bermain di sela-sela waktu istirahat.
Dafni merupakan salah satu fasilitator daerah (Fasda) yang telah digembleng Tanoto Foundation selama lima tahun terakhir ini. Dia dibekali metode-metode pembelajaran inovatif dengan asesmen diagnostik kognitif.Tanoto Foundation saat ini tengah mengenalkan program Pengembangan Inovasi untuk Kualitas Pembelajaran (PINTAR) dalam penerapan Kurikulum Merdeka Belajar di sejumlah sekolah di lima Provinsi di Indonesia, termasuk di Jambi, Riau, Sumatra Utara, Jawa Tengah, dan Kalimantan Timur.
Guru di sekolah-sekolah mitra Tanoto Foundation dikenalkan kerangka MIKiR, metode pembelajaran yang lebih inovatif.
Para guru diajarkan melakukan terobosan melalui praktik-praktik dan percobaan dalam menyampaikan materi pembelajarannya.
Program PINTAR yang dikenalkan Tanoto Foundation meninggalkan tradisi Teacher Centered Learning (TCL) yaitu pembelajaran yang bersifat satu arah, di mana siswa lebih banyak mendengarkan materi dari guru.
Metode Teacher Centered Learning ditransformasi menjadi Student Centered Learning. Guru menggali kebutuhan siswa untuk mengetahui minat, bakat, dan kompetensi yang dimiliki melalui pendekatan asesmen diagnostik kognitif.
Tidak hanya itu, guru juga melakukan asesmen diagnostik nonkognitif untuk mengetahui latar belakang sosial budaya dari siswa-siswinya sekaligus menemukan apa yang paling tepat untuk pembelajaran anak tersebut.
Dengan begitu, interaksi antara guru dan siswa pada proses belajar mengajar menjadi lebih hidup.
Menurut Dafni, metode ini berhasil membuat siswa lebih memahami materi yang disampaikannya, sekaligus membentuk karakter siswa, meningkatkan daya nalar, membentuk jiwa kepemimpinan, dan mendorong siswa untuk lebih berani berpendapat.
“Jadi anak-anak lebih kritis. Kalau kita ngajarnya hanya teori tahapan pemikiran anak nggak sampai ke situ. Kalau dengan praktik-praktik anak bisa menjawab sendiri teori yang ada di buku,” ucapnya.
Koordinator Provinsi Jambi, Medi Yusva mengatakan saat ini ada 24 sekolah di daerahnya yang menjadi mitra Tanoto Foundation. Kemudian terdapat 160 fasilitator daerah dari 10 guru SMP, 6 Kepala SMP, dan 6 Kepala SD.
Medi mengatakan program PINTAR merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan dengan metode-metode pembelajaran yang aktif dan inovatif.
Satu hal yang paling terlihat kata dia pembelajaran di sekolah-sekolah mitranya sudah tidak lagi satu arah.
Tidak hanya itu, aspek-aspek administratif yang telah bertahun-tahun menjadi tradisi sudah tidak lagi membelenggu guru untuk mengajar dan mendidik.
"Jadi, kita ingin memerdekakan cara guru mengajar," ujarnya.***
Sentimen: positif (99.6%)