Nova Riyanti Yusuf
Informasi Umum
- Jabatan: Anggota Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) (2007)
- Tempat & Tanggal Lahir: Palu, Kota Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia, 27 November 1977
Karir
- 1. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia (2009-2014)
- 2. Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia, Komisi IX (2014)
- 3. Dosen Fakultas Psikologi, Universitas Paramadina, Jakarta (2006-2008)
- 4. Wakil Sekretaris Jenderal Departemen Kesehatan DPP Partai Demokrat (2010-2015)
Pendidikan
- Tidak ada data pendidikan.
Detail Tokoh
Nova Riyanti Yusuf dilahirkan di Palu, Sulawesi Tengah, 27 November 1977, sebagai anak bungsu dari 4 bersaudara. Sebelum terpilih menjadi anggota parlemen, Nova adalah seorang penulis yang dikenal dengan nama NoRiYu. Keluarganya kerap berpindah-pindah kota karena ayahnya berprofesi sebagai seorang bankir. Kendati lahir di Palu, Nova melewati sebagian besar hidupnya di Jakarta. Pendidikan dari SD hingga kuliah dijalaninya di ibukota. Selain tumbuh menjadi anak yang cerdas, Nova kecil juga dikenal aktif di berbagai bidang termasuk olahraga. Saat masih remaja, Nova sempat menekuni olahraga tenis. Kegandrungannya pada olahraga itu diwarisinya dari sang ayah. Keseriusan Nova di cabang olahraga ini terbukti dengan gelar juara 3 Piala Walikota Jakarta Pusat dan runner-up turnamen tenis Jakarta Hilton Executive Club. Meskipun terbilang cukup berbakat, hobinya bertenis perlahan mulai ditinggalkan. Apalagi saat duduk di bangku SMA Tarakanita I, Nova lebih menyibukkan diri di dunia tulis-menulis dengan menjadi editor sekaligus reporter majalah sekolah bernama Suara Tarakanita Pulo Raya atau disingkat Starpura. Kegemaran menulis Nova sebenarnya sudah terlihat saat ia masih SD. Ketika duduk di bangku SMP, ia bahkan kerap menghasilkan cerpen-cerpen berbahasa Inggris meski belum dikomersilkan. Bakat menulis ini rupanya menurun kakeknya, D. Suradji, yang dikenal sebagai wartawan Antara sekaligus sastrawan di kawasan Malioboro, Yogyakarta. Sang kakek rupanya berperan besar mengubah kumpulan tulisan Nova menjadi sebuah novel. Novel perdana Nova berjudul Mahadewa Mahadewi, yang awalnya diterbitkan secara independen. Novel itu kemudian menarik perhatian salah satu penerbit besar yang kemudian menerbitkannya. Mahadewa Mahadewi bahkan dijadikan sebagai buku referensi di Universitas Charles Darwin, Australia, untuk unit belajar kemahiran bahasa Indonesia. Nova berniat memperdalam kemampuan menulisnya di luar negeri selepas SMA. Namun, orang tuanya tidak memberi izin karena cemas jika harus melepas si bungsu menempuh pendidikan di luar negeri. Alhasil, Nova harus cukup puas melanjutkan studinya di Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti, Jakarta. Kendati menempuh pendidikan kedokteran, Nova tak lantas meninggalkan hobi menulisnya. Sebaliknya, di tengah padatnya jadwal kuliah, ia justru semakin giat berkarya lewat tulisan dengan mendirikan dan sempat menjadi pemimpin redaksi media bernama Komunikasi Medikal Trisakti (KOMET). Aktivitas menulis yang terus ia lakoni berujung pada terbitnya beberapa buku pasca Mahadewa Mahadewi, yakni Imipramine (2004), dan 3Some (2005). Tak hanya novel, Nova juga meluncurkan dua buku yang merupakan kumpulan esainya yaitu Libido Junkie: A Memoir for the Radicals dan Stranger Than Fiction: Cerita dari Kamar Jaga Malam. Pada Oktober 2011, ia meluncurkan buku Atas Nama Jiwa yang mengajak masyarakat Indonesia untuk mendukung RUU Kesehatan Jiwa agar segera diundangkan. Selain itu, cerpen-cerpen karangan Nova nama pena Nova Riyanti Yusuf, telah tersebar di berbagai media cetak seperti majalah Playboy, Femina, dan X2. Kumpulan esainya juga telah dimuat di sejumlah media cetak ternama seperti Koran Tempo, majalah Gatra, dan majalah MTV Trax. Ia juga menulis esai secara reguler di Djakarta Magazine. Di waktu senggangnya, Nova menuliskan juga resensi musik yang berkisar dari genre indie Indonesia, Mazzy Star, dan film untuk JakartaBeat.net. Selain itu, Nova juga menulis novel adaptasi dari skenario film, yakni 30 Hari Mencari Cinta, Betina, dan Garasi. Pada tahun 2007, Nova menulis sebuah skenario film layar lebar berjudul Merah Itu Cinta yang kemudian difilmkan oleh Rapi Film. Latar belakang pendidikannya sebagai seorang psikiatri membuat Nova begitu peduli terhadap masalah-masalah kesehatan jiwa di Indonesia. Hal ini telah mengantarnya untuk berpartisipasi dalam ajang "The Asia 21 Young Leaders Summit" yang berlangsung di Tokyo pada 14-16 November 2008. Tema dalam forum tersebut adalah "Challenges Beyond Borders, Solutions Beyond Cultures". Lewat ajang itu, Nova hendak menggugah generasi muda dunia dan di Indonesia bahwa persoalan kesehatan jiwa kini menjadi semakin perlu untuk diperhatikan, apalagi mengingat dampaknya yang besar dalam perkembangan global seperti sekarang. Kesempatan tampil dalam event berskala internasional itu juga dimanfaatkan Nova untuk membangun jejaring dan mencari dukungan internasional bagi upaya advokasi mengenai kesehatan jiwa. Ia mencontohkan kasus bencana alam tsunami yang melanda Aceh. Situasi krisis tersebut telah menyebabkan ribuan jiwa mengalami trauma sehingga membutuhkan penanganan darurat yang bertumpu pada psikiatri. Menurut Nova, saat itulah peran psikiatri bersama komponen lainnya mutlak bekerjasama guna mengatasi situasi krisis kesehatan jiwa masyarakat. Nova lalu mengembangkan sayapnya ke ranah politik dengan menjadi calon legislatif Daerah Pemilihan Jakarta II pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2009 dari Partai Demokrat. Ia pun akhirnya duduk sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia periode 2009-2014. Bahkan, Nova sempat menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi IX DPR-RI.
Berita Terkait
Tidak ada berita terkait tokoh ini.