Hilmar Farid
Informasi Umum
- Jabatan: Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2015-2016)
- Tempat & Tanggal Lahir: Bonn, Jerman Barat, 8 Agustus 1968
Karir
- 1. Dosen Institut Kesenian Jakarta (1993-1997)
- 2. Pimpinan Institut Sejarah Sosial Indonesia (2002-2007)
- 3. Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2015-2016)
- 4. Universitas Indonesia Jurusan Sejarah (1987-1993)
Pendidikan
- Tidak ada data pendidikan.
Detail Tokoh
Hilmar Farid Setiadi alias Fay adalah seorang sejarawan, budayawan, peneliti dan aktivis. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan, mengangkatnya sebagai Direktur Jenderal (Dirjen) Kebudayaan Pada 31 Desember 2015, ia menggantikan Kacung Maridjan. Rekam jejak kerjanya terbilang panjang dalam bidang kebudayaan. Hilmar mulai aktif dalam bidang kebudayaan pada dekade 1990-an. Setelah 25 tahun aktif berada di luar sistem, akhirnya Fay masuk sistem Pemerintahan. Pada 1994 Hilmar bersama beberapa orang seniman, peneliti, aktivis, dan pekerja budaya di Jakarta mendirikan Jaringan Kerja Budaya dan menerbitkan bacaan cetak berkala dan melakukaan kajian budaya kritis. Pada 2002 Hilmar terlibat dalam pendirian Institut Sejarah Sosial Indonesia (ISSI) dan menjadi pemimpinnya hingga tahun 2007. Bersama ISSI, Hilmar melakukan kerjasama dengan Asosiasi Guru Sejarah Indonesia untuk mengembangkan bahan ajar sejarah untuk sekolah menengah. Saat ini Hilmar adalah ketua perkumpulan Praxis sejak 2012. Hilmar juga merupakan orang pertama yang menduduki jabatan Dirjen berasal dari tataran non-kepegawaian kementerian. Kabar pelantikan Hilmar segera tersebar di berbagai media. Di sosial media, tanggapan atas terpilihnya Hilmar sangat beragam. Banyak yang menyetujui lantaran sudah 25 tahun Hilmar aktif di bidang akademik dan kebudayaan Indonesia. Ada pula yang memberi tanggapan negatif dengan mengatakan bahwa dipilihnya Hilmar tak lain sebagai aksi “balas jasa” Presiden Joko Widodo, yang semasa kampanye banyak dibantu olehnya. Orang tuanya sama-sama merantau ke Jerman saat muda dan menikah hingga memiliki anak di sana. Ayahnya, Agus Setiadi yang adalah penerjemah buku-buku anak seperti Lima Sekawan, Sapta Siaga, dan Trio Detektif. Sementara ibunya, Els Lapian bekerja di Kantor Kedutaan Indonesia yang berada di Jerman. Pada 1976 orang tua Fay memutuskan untuk kembali ke Indonesia. Masa-masa penyesuaian Fay dan kedua kakaknya berjalan cukup berat, terutama perihal bahasa. Fay dan saudara-saudaranya dibaurkan di Bakstraat hingga Fay dan kakak-kakaknya dengan cepat belajar Bahasa Indonesia lengkap dengan logat Jakarta yang kental. Kecintaan Fay pada buku dan aktivitas menulis sebenarnya sudah mulai sedari kecil saat masih tinggal di Jerman. Nilai pelajaran-pelajaran bahasanya pun selalu lumayan. Minat ini mendapatkan pengaruh yang besar dari sang ayah yang berprofesi sebagai penerjemah. Dari ayahnya lah Fay dikenalkan pada pengetahuan linguistik dan berbagai buku dari beragam disiplin ilmu. Ayahnya bahkan mengajarkan Fay menulis dengan menghibahkan padanya sebuah mesin tik tua bermerk ‘Prasident’ di usianya yang belum genap 10 tahun. Fay mulai belajar mengetik rapi dan menulis cerita-cerita anak yang kemudian dimuat di majalah Bobo. Fay pernah gagal mengikuti tes masuk Universitas Indonesia (UI) tahun 1987. Fay lalu diajak sang ayah membantu pekerjaannya menerjemahkan beberapa buku pesanan dari penerbit. Fay cukup menikmati pekerjaan tersebut. Setahun kemudian Fay kembali mengikuti tes masuk UI jurusan ilmu Sejarah atas saran ayahnya tahun 1988. Fay berhasil kuliah sejarah di UI. Fay tipe mahasiswa yang suka diskusi. Fay belajar banyak bagaimana kondisi Orde Baru. Fay menyelesaikan kuliahnya pada 1993. Fay pun mengajar di Institut Kesenian Jakarta (IKJ) dan selalu aktif dalam berbagai forum kebudayaan. Ketekunannya di bidang sejarah dan kebudayaan membuat Fay aktif di Asian Regional Exchange for New Alternatives (ARENA) dan Inter Asia Cultural Studies Society sebagai editor. Pada Maret 2012, Fay bersama rekan-rekannya membentuk Relawan Penggerak Jakarta Baru (RPJB) yang bertujuan mensosialisasikan Pilkada Jakarta 2012 tanpa keterlibatan uang.
Berita Terkait
No | Judul | Tanggal | Media | Action |
---|---|---|---|---|
86 | Regulasi KTP Penghayat Kepercayaan Butuh Sosialisasi Masif | 19/7/2023 | Jurnas.com | Lihat Berita |
87 | Resmi Dibuka, Ini Mekanisme Pendaftaran Dana Indonesiana 2023 | 18/7/2023 | Jurnas.com | Lihat Berita |
88 | Dana Indonesiana Perluas Akses Pendanaan Program Kebudayaan | 18/7/2023 | Koran-Jakarta.com | Lihat Berita |
89 | Belanda Akhirnya Menyerahkan 472 Koleksi Benda Bersejarah kepada Pemerintah Indonesia | 13/7/2023 | JPNN.com | Lihat Berita |
90 | Pemerintah Belanda Serahkan Barang Koleksi Bersejarah ke Indonesia | 11/7/2023 | Detik.com | Lihat Berita |