Sentimen
Undefined (0%)
3 Sep 2025 : 17.52
Informasi Tambahan

Agama: Islam

Kab/Kota: Klaten, Malang, Mataram

Tokoh Terkait

Festival Mbok Sri Delanggu Klaten Digelar 3 Hari, Ada Wiwitan dan Layar Tancap

3 Sep 2025 : 17.52 Views 9

Espos.id Espos.id Jenis Media: Solopos

Festival Mbok Sri Delanggu Klaten Digelar 3 Hari, Ada Wiwitan dan Layar Tancap

Esposin, KLATEN – Festival tahunan bernama Mbok Sri (dulu bernama Festival Mbok Sri Mulih) kembali digelar di Desa Delanggu, Kecamatan Delanggu, Klaten, selama tiga hari, Jumat-Minggu (5-7/9/2025). Festival Mbok Sri (FMS) merupakan perayaan tahunan budaya tani yang mengangkat isu-isu pertanian di Desa Delanggu.

Tahun ini, kegiatan yang digagas Sanggar Rojolele sejak 2017 memasuki edisi kedelapan. Tema yang diusung pada FMS tahun ini yakni Seni Bertahan Petani.

“Tema itu sebagai sebuah pernyataan bahwa bertani hari ini bukan sekadar pilihan hidup, melainkan seni untuk bertahan di tengah ketidakpastian ekonomi, minimnya dukungan kebijakan, dan ketiadaan infrastruktur yang memadai,” kata pendiri Sanggar Rojolele sekaligus Direktur FMS 2025, Eksan Hartanto, berdasarkan keterangan tertulis yang diterima Espos, Rabu (3/9/2025).

Eksan menjelaskan di tengah derasnya arus industrialisasi dan urbanisasi, petani justru menjadi kelompok paling rentan yang kerap tak terwakilkan dalam agenda pembangunan nasional. Bahkan, lanjut Eksan, dalam tuntutan massa melalui aksi akhir-akhir ini.

Festival Mbok Sri hadir sebagai ruang alternatif yang menolak untuk menyerah. Eksistensinya selama delapan tahun tidak semata-mata untuk menyuarakan isu. Lebih dari itu, FMS menjadi metode penguatan budaya tani lewat kerja-kerja pemberdayaan masyarakat yang menekankan keguyuban dan gotong royong.

“Pada setiap edisinya, FMS secara konsisten menyediakan ruang bagi seluruh unsur masyarakat untuk terlibat dalam persiapan dan pelaksanaan festival, mulai dari perancangan program, instalasi dan dekorasi, pementasan hingga dapur umum. Kerja-kerja bersama ini merupakan upaya penguatan masyarakat akar rumput, sebuah manifestasi dari Seni Bertahan Petani,” jelas Eksan.

Selain melestarikan ritual Wiwitan dan warisan pangan lokal lewat sajian-sajian dapur umum, FMS tahun ini berkolaborasi dengan banyak pihak.. Beberapa di antaranya yakni Residensi Srawung Sineas bersama Rumah Dokumenter Klaten yang menggaet sineas asal Malang, Barikly Farah.

Mereka merekam kegusaran para petani Delanggu dalam sebuah film dokumenter yang akan ditayangkan bersama beberapa film lainnya di program Layar Tancap Warga.

Panel diskusi Jagongan Tani tahun ini mengundang pemulia dan penangkar benih Rojolele yang memulai aktivitasnya sejak 2013, Nusanto Herlambang. Nusanto akan dipertemukan dengan beberapa akademisi dan kelompok tani untuk diskusi yang mengusung tema Membaca Masa Depan Padi Rojolele.

Kekayaan Masakan Daerah

Pangan lokal juga mendapatkan sorotan penting dalam edisi tahun ini lewat Workshop Olahan Pangan Lokal bersama Maria Stephanie. Selain itu, ada tiga penyaji dari Pulau Timor (Yayasan Mentari Menerangi Indonesia/YMMI) yang akan memperkenalkan kekayaan masakan daerah mereka dengan bahan-bahan yang mudah didapat di Delanggu.

Sementara itu, Aroma Rasa akan mengeksplorasi khasanah pangan lokal lewat eksperimentasi menu-menu yang akan disajikan dalam Fun Dining Experience bertema Sadono Set Rijsttafel. Kegiatan itu terinspirasi tokoh Sadono (saudara lelaki Dewi Sri), penjaga hasil bumi yang mengajarkan pengolahan pangan sehingga lahir tradisi sego berkat, sebuah simbol kebersamaan dan rasa syukur.

Kegiatan juga berkolaborasi dengan enam fotografer yang akan menggelar pemeran foto bertema Muter Kaya Rodha. Pameran itu menampilkan kehidupan warga Delanggu. Pameran Anung Pamadya, fotografer asal Delanggu, dengan Niken Pamikatsih sebagai pengarah pameran. Pameran foto digelar di gang-gang kampung ini merupakan pameran foto pertama di Delanggu.

Sewindu FMS, bakal ada peluncuran Besalen Koripan, hasil kolaborasi Desa Kranggan, Sanggar Rojolele, dan Tim PPK Ormawa KSP “Principium” Fakultas Hukum UNS. Proyek ini merevitalisasi bangunan tua di Desa Kranggan menjadi sebuah living museum edukatif yang menampilkan karya-karya pandai besi Koripan beserta sejarahnya.

Koripan adalah sebuah kawasan pandai besi yang eksis sejak masa Kerajaan Mataram Islam hingga Kasunanan Surakarta. Sejarah Koripan sebagai sentra senjata prajurit sangat dekat dengan budaya pertanian Klaten, khususnya Delanggu, sebab seiring perkembangan kebutuhan masyarakat, karya-karya pandai besi Koripan bertransformasi menjadi perkakas pertanian.

Berikut rangkaian Festival Mbok Sri di Sanggar Rojolele Delanggu :

-Jumat (5/9/2025)

Umbul Donga (Dzikir Macapat) bersama Njeng Sunan (pukul 19.00 WIB-20.30 WIB)

Pembukaan pameran foto dalam kampung Muter Kaya Rodha feat Pleidoi (musik monolog) (pukul 20.30 WIB-21.30 WIB)

Layar tancep warga (pukul 21.30 WIB-23.00 WIB)

 

-Sabtu (6/9/2025)

Jagongan tani Membaca Masa Depan Padi Rojolele (pukul 08.00 WIB-09.30 WIB)

Workshop wayang botol, workshop olahan pangan lokal (pukul 10.00 WIB-12.00 WIB)

Workshop pembuatan karak (pukul 13.00 WIB-15.00 WIB)

Pertunjukan musik Buteng dan Jam Kosong Sound System, live melukis arang, parade layangan bocah (pukul 16.00 WIB-17.30 WIB)

Fun Dining Experience : Sadono Set Rijsstafel oleh Aroma Rasa (pukul 18.00 WIB-19.30 WIB)

Pertunjukan karawitan Ngesti Rahayu, pertunjukan musik Cuaca Hari Ini, Obat Bius, OM Kacau Balau (pukul 19.30 WIB-23.00 WIB)

 

-Minggu (7/9/2025)

Kirab budaya Mbok Sri, upacara wiwitan, sakralisasi pari, gejog lesung, sendratari boyong Mbok Sri Mulih (pukul 08.00 WIB-10.00 WIB)

Heritage trail ke Desa Kranggan sekaligus pembukaan Living Museum Pandai Besi, pertunjukan karawitan (pukul 13.00 WIB-15.00 WIB)

Pertunjukan musik Jam Kosong Sound System, pertunjukan tari Sanggar Sekar Langit (pukul 16.00 WIB-17.30 WIB)

Pertunjukan jathilan (pukul 19.00 WIB-23.00 WIB)

Sentimen: neutral (0%)