Sentimen
Undefined (0%)
2 Sep 2025 : 07.08
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Solo

Tokoh Terkait
Mujiono

Mujiono

Pasar Mojosongo Solo, Tempat Interaksi Hangat Masyarakat

2 Sep 2025 : 07.08 Views 7

Espos.id Espos.id Jenis Media: Solopos

Pasar Mojosongo Solo, Tempat Interaksi Hangat Masyarakat

Esposin, SOLO — Pasar Mojosongo, Surakarta merupakan salah satu pasar rakyat yang menjadi jujugan masyarakat di wilayah di Kecamatan Jebres, Kecamatan Banjarsari, dan sekitarnya.

Lokasinya sangat strategis, terletak di Jl Brigjen Katamso dan berdekatan dengan Jl Tentara Pelajar. Pasar ini juga terhubung langsung dengan Jl Genie Pelajar menjadi jalur kawasan padat penduduk serta Jl Agung Selatan yang terhubung dengan permukiman juga padat penduduk di utara kampus Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta.

Seperti pasar rakyat lainnya, Pasar Mojosongo juga menawarkan komoditas kebutuhan sehar-hari mulai dari bahan pokok seperti beras, gandum, minyak goreng, telur, daging hingga sayuran, bumbu, buah-buahan dan masih banyak lainnya.

Pasar Mojosongo dibangun pada 1976. Seiring waktu, pasar seluas 700 meter persegi tersebut telah mengalami renovasi. Bahkan pada 2007, Pasar Mojosongo direvitalisasi dari satu lantai menjadi dua lantai untuk penataan dan mengakomodasi jumlah pedagang yang semakin bertambah.

Sekarang Pasar Mojosongo terdiri atas 11 pedagang kios, pedagang 183 los, 20 pedagang oprokan. Mereka menempati lantai I dan lantai II dengan komoditas yang berbeda-beda.

Untuk memudahkan pembeli saat berbelanja, komoditas antara lantai I dan lantai II juga dibedakan. Untuk lantai I diperuntukkan sayuran, sembako, daging, grabatan, kelontong, parut kelapa.

Kampanye Ayo Dolan Pasar. (Istimewa/Disdag Solo).
Kampanye Ayo Dolan Pasar. (Istimewa/Disdag Solo).

 

Sedangkan di lantai II juga tersedia sayuran, ditambah produk plastik, grabatan, dan pakaian. Di lantai II ini juga menjadi tempat untuk kantor pengelola pasar dan musala. Sedangkan untuk fasilitas MCK tersedia di kedua lantai.

Sementara itu, Pasar Mojosongo nyaris tidak pernah “tidur”. Aktivitas pedagang dan pembeli sudah dimulai sejak sekitar pukul 03.00 WIB dan akan terus berlangsung hingga sekitar pukul 00.00 WIB, bahkan hingga pukul 01.00 WIB hari berikutnya.

Pengelola Pasar Mojosongo, Mujiono mengatakan aktivitas paling padat terjadi mulai sekitar pukul 03.00 WIB sampai sekitar 08.00 WIB. Setelah itu, pembeli sudah mulai berkurang dan aktivitas mulai melambat hingga pukul 12.00 WIB.

“Setelah pukul 12.00 WB masih ada pembeli yang datang thar-thir [satu-dua orang bergantian] hingga sore. Selanjutnya dari sore sampai malam ada pedagang kuliner dengan aneka makanan yang buka sampai malam. Jadi bisa dibilang pasar ini tidak pernah tidur. Jadi pasar ini juga menjadi jujugan masyarakat,” ujarnya saat ditemui, Selasa (19/8/2025).

Di sisi lain, dalam usianya yang hampir 50 tahun, Pasar Mojosongo telah menjadi sumber penghidupan selama puluhan tahun bagi para pedagangnya.

Seperti Muhammad Supardi, 54 yang sudah berdagang sejak sekitar 2005. Pedagang aksesori dan mainan anak di lantai I ini mengungkapkan bahwa Pasar Mojosongo sudah menjadi andalan untuk mencari nafkah.

Pasang surut keramaian pasar sudah sering ia alami. Misalnya pada masa sebelum renovasi, dagangannya selalu laris manis. Setelahnya, kondisi berubah tidak begitu baik karena adanya penyesuaian lokasi baru. Dan perlahan-lahan kondisi mulai membaik.

Sementara itu, pedagang lainnya, Darti, 46, mengatakan bahwa Pasar Mojosongo sudah menjadi bagian dari hidupnya. Meski secara bisnis sudah tidak semanis dulu, namun ia tetap setia dengan profesinya sebagai pedagang pakaian.

Suasana Pasar Mojosongo, Jebres, Solo belum lama ini. (Espos/Akhmad Ludiyanto)
Suasana Pasar Mojosongo, Jebres, Solo belum lama ini. (Espos/Akhmad Ludiyanto)

 

Menurutnya, saat ini pola pembelian masyarakat sudah bergeser dari pembelian langsung ke pembelian online. “Sekarang memang semuanya serba online. Sehingga kebanyakan orang beli baju sudah tidak ke pasar, cukup lewat HP barang bisa datang,” ujar Darti yang juga Ketua Paguyuban Pedagang Pasar Mojosongo.

Meski demikian, sampai saat ini Darti belum tertarik untuk ikut-ikutan berdagang secara online. Sebab ada sesuatu yang tidak bisa didapatkan dari belanja online, yaitu interaksi hangat masyarakat, khususnya antara pembeli dan pedagang.

Menurutnya, pada saat tawar menawar langsung antara pembeli dan pedagang, di mana terjalin interaksi yang hangat, merupakan salah satu karakter masyarakat Indonesia yang sebenarnya harus dipelihara.

“Saya masih menyukai tawar menawar langsung. Di situ ada tatap muka, ada komunikasi, ada interaksi yang sebenarnya ini harus dipelihara. Ini tidak didapat pada perdagangan online,” imbuhnya.

Oleh sebab itu, ia berharap agar masyarakat tetap menjaga dan tidak meninggalkan pasar rakyat, tempat berinteraksi yang nyaman dan ramah bagi semua orang.

 

Sentimen: neutral (0%)