Sentimen
Undefined (0%)
8 Agu 2025 : 21.14
Informasi Tambahan

BUMN: PLN

Kab/Kota: Sragen

Tokoh Terkait

Kades Pengkok Sragen Bikin Inovasi Pompa Air dari PLTS, Irit Biaya 40%

8 Agu 2025 : 21.14 Views 2

Espos.id Espos.id Jenis Media: Solopos

Kades Pengkok Sragen Bikin Inovasi Pompa Air dari PLTS, Irit Biaya 40%

Espos.id, SRAGEN - Musim kemarau menjadi tantangan bagi petani untuk memenuhi kebutuhan air bagi tanaman padi.  Kepala Desa (Kades) Pengkok, Kecamatan Kedawung, Sragen, Sugimin Cokro Haryanto, mendapatkan ide kreatif memanfaatkan tenaga sinar matahari sebagai sumber energi terbarukan bagi pompa air submersible (sibel) untuk memenuhi kebutuhan air di sawahnya. 

Selama ini para petani di wilayah Pengkok menggunakan listrik PLN untuk menyedot air dengan pompa sibel. Ada pula petani yang menggunakan pompa air dengan elpiji 3 kg sebagai pengganti bahan bakar minyak (BBM). Pompa air dengan elpiji terbatas kemampuan menyedot airnya sedangkan kalau dengan menggunakan listrik PLN biayanya cukup tinggi.

 Atas saran menantunya yang ahli di bidang elektronik, Sugimin berinisiatif menggunakan panel pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) sebagai sumber energi terbarukan untuk menyedot air di sumur dengan kedalaman 90-an meter.

"Tenaga surya kami gunakan untuk menggerakkan sibel berkapasitas 5,5 HP [horse power] dengan daya yang dibutuhkan 4.100 watt. Awalnya ada enam panel surya yang terpasang tetapi kurang kuat daya yang dihasilkan. Kemudian panel surya ditambah menjadi delapan panel," ujar Sugimin saat berbincang dengan espos.id, Jumat (8/8/2025) siang. "Dari delapan panel surya itu bisa menghasilkan 4.400 Watt-peak (Wp). Setiap panel surya  berkapasitas 550 Wp.  Dengan daya tersebut, pompa listrik itu bisa mengaliri lima hektare sawah," jelas dia. 

Jumat siang, terik matahari cukup menyengat sehingga espos.id bisa mengetahui secara langsung kemampuan daya PLTS tersebut dengan debit air yang lumayan besar.

Sugimin sengaja menciptakan inovasi dengan biaya sendiri itu untuk mendukung program Presiden Prabowo Subianto terkait ketahanan pangan. Dengan PLTS ternyata petani lebih hemat biaya produksi. Sugimin menyatakan dengan PLTS ini, petani hemat biaya produksi sampai 40%.

Sugimin menyampaikan PLTS ini sementara menggunakan teknik energi langsung atau off grid. Artinya, listrik dari panel surya langsung ditangkap panel control lalu dialirkan ke pompa listrik sibel. Jadi daya listrik dari panel surya belum disimpan ke aki atau baterai. Kemampuan maksimal hanya di siang hari, antara pukul 09.00 WIB-15.00 WIB. "Kemarin sampai pukul 17.00 WIB, air masih mengalir," katanya.

Sugimin menghabiskan biaya Rp35 juta untuk pengadaan seperangkat panel surya dengan dana pribadi. Dia menyampaikan pompa air PLTS itu direncanakan untuk mengairi lahan seluas 20 hektare yang merupakan lahan bengkok untuk kades, perangkat desa, bengkok BPD, dan bengkok RT. Area sawah tersebut sebelumnya merupakan area perkebuban tebu yang disulap menjadi sawah irigasi.

"Dengan pompa PLTS ini, saya sudah panen dua kali. Fungsi optimal pompa air PLTS ini ya pada musim kemarau ini, yang sekarang masih tahap tanam. Biasanya pada musim kemarau atau musim tanam III menggunakan sistem bagi hasil antara petani dengan pemilik sumur sibel [PLN]. Kalau dihitung per jam beli air dari sumur sibel senilai Rp30.000-Rp40.000. Padahal sekali mengairi bisa 24 jam," jelasnya.

Dia mengatakan kini dengan pompa PLTS tinggal pasang langsung air mengalir dan awet. Pemeliharaannya, jelas dia, juga mudah. Manfaat PLTS ini, kata dia, ramah lingkungan dan irit biaya produksi. "Investasi Rp35 juta itu bisa balik modal dalam sekali panen di MT III. Selama masyarakat mau akan kami kembangkan. Bukan hanya di Pengkok, di desa lainnya pun siap. Banyak kepala desa yang menghubungi dan minat," jelasnya.

Pompa PLTS yang digagas Sugimin ini merupakan satu-satunya dan menjadi pelopor di Kabupaten Sragen. Air yang dihasilnya juga dapat maksimal sesuai harapan sehingga pompa PLTS Pengkok menjadi percontohan.

Camat Kedawung, Sragen, Endang Widayanti, mendukung penuh inovasi Desa Pengkok karena inovasinya alamiah, hemat, ramah lingkungan, dan air yang dihasilkan maksimal. "Semoga bisa dicontoh para petani. Terlebih kebetulan tanah yang ditanami Pak Kades itu awalnya adalah lahan tebu," kata dia.

Sentimen: neutral (0%)