Sentimen
Undefined (0%)
15 Jul 2025 : 17.36
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Pasar Baru

Diversifikasi Pasar Ekspor ke Uni Eropa Siasati Ketidakpastian Bea Masuk AS

15 Jul 2025 : 17.36 Views 28

Espos.id Espos.id Jenis Media: Ekonomi

Diversifikasi Pasar Ekspor ke Uni Eropa Siasati Ketidakpastian Bea Masuk AS

Espos.id, JAKARTA - Diversifikasi pasar ekspor Indonesia ke Uni Eropa (UE) menjadi salah satu upaya mitigasi menghadapi ketidakpastian terkait bea masuk yang bakal diterapkan pemerintah Amerika Serikat (AS). “Kita berharap akan meningkat kerja samanya, jadi ini lebih ke diversifikasi,” ujar Head of Research & Chief Economist Mirae Asset, Rully Arya Wisnubroto, Selasa (15/7/2025).

Menurut Rully, nilai ekspor Indonesia ke Eropa saat ini masih bisa lebih ditingkatkan terutama dengan komoditas-komoditas yang berpeluang besar masuk ke pasar tersebut. Hal ini mengingat nilai pasar ekspor Indonesia paling banyak masih dipegang oleh China, AS, hingga India. 

“Ke Eropa [ekspor] belum terlalu banyak. Jadi memang hal ini juga bisa memitigasi ketika ekspor ke depan ke AS ]akan turun, atau akan beralih, diversifikasi ke negara-negara Eropa,” kata Rully. “Untuk negara-negara lainnya juga mungkin masih perlu banyak ditingkatkan, karena ke Eropa sendiri juga belum terlalu besar. Apalagi kita juga seringkali terkait dengan ekspor-ekspor yang diberi sanksi sama Eropa,” imbuhnya.

Meski peluangnya besar, Rully menilai penjajakan ekspor ke pasar Eropa masih memerlukan waktu agar dapat berjalan dengan efektif dan berdampak signifikan untuk Indonesia. “Overall sebenarnya ini harus membutuhkan waktu juga, yang mungkin tidak akan cuma satu tahun, mungkin lebih dari dua tahun, lebih dari setahun yang bisa lebih efektif,”ujar Rully. 

“Lagi pula, biasanya juga keperluan ke Eropa juga beda dengan Amerika. Amerika banyak ke barang-barang seperti baju dan sepatu, sementara ke Eropa itu lebih banyak ke bahan-bahan mentah, CPO terutama,” tambahnya.

Rully mengatakan dampak dari perdagangan ke Eropa ini masih memerlukan kajian lebih lanjut menyusul progres ke depan. “Jadi mungkin impact-nya masih perlu dikaji, dilihat dalam beberapa tahun ke depan, seberapa efektif. Jadi itu mungkin akan kembali dievaluasi lagi,” ujarnya.

Terpisah, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mengatakan kesepakatan yang dicapai oleh Presiden Prabowo Subianto dan Presiden Komisi Uni Eropa Ursula von der Leyen dalam Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia dan Uni Eropa (IEU-CEPA) secara langsung mendongkrak perdagangan kedua negara.  "Ini adalah sebuah breakthrough dalam perdagangan internasional di Indonesia dan Uni Eropa yang telah memakan hampir satu dekade dalam negosiasi,” kata Ketua Umum Kadin Indonesia, Anindya Bakrie, Senin (14/7/2025).

Menurut dia, pada 2024 nilai perdagangan Indonesia dan Uni Eropa (UE) mencapai US$30,1 miliar atau 27,3 miliar euro, terdiri atas ekspor UE ke Indonesia senilai 9,7 miliar euro dan impor UE dari Indonesia senilai 17,5 miliar euro. 

Anindya mencontohkan dalam perjanjian UE-Vietnam CEPA, perdagangan kedua pihak naik sebesar 20% yakni dari 56 miliar euro sebelum penandatangan kesepakatan, dan naik ke 67 miliar euro setelah CEPA diratifikasi oleh Vietnam dan EU. Dirinya memperkirakan tren yang sama bakal terjadi antara Indonesia dan UE.

Menurut dia, di era multipolar seperti saat ini, berbagai perusahaan Indonesia dan para anggota Kadin harus memanfaatkan momentum ini untuk melakukan diversifikasi. Pelaku usaha harus aktif mengeksplorasi pasar baru untuk meningkatkan perdagangan internasional guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

 

Sentimen: neutral (0%)