Jadi Satu-satunya Murid Baru Kelas I SDN Kauman Solo, Abrizam Tak Patah Semangat
Espos.id
Jenis Media: News

Esposin, SOLO -- Abrizam Wahyu Irtaza, 7, menjadi satu-satunya siswa baru kelas I di SDN Kauman yang berlokasi di Jl Alun-Alun Utara, Kedunglumbu, Pasar Kliwon, Solo, pada tahun ajaran 2025/2026. Ia bersama siswa dari kelas lain di atasnya memulai hari pertama masuk sekolah, Senin (14/7/2025).
Sebelum masuk kelas, puluhan siswa SDN Kauman terlebih dahulu mengikuti apel pagi. Baru setelahnya para siswa dipersilakan masuk kelas masing-masing, termasuk Abrizam.
Abrizam yang masih memakai seragam TK duduk di bangku paling depan. Sedangkan bangku lain kosong. Meski begitu, pada hari pertama masuk sekolah, ia antusias menyimak penjelasan guru tentang lingkungan sekolah.
Setelah berkenalan dengan guru di kelas, ia diajak keliling lingkungan sekolah. Anak laki-laki itu dipertemukan dengan para guru dan teman-teman di kelas lain. Abrizam tampak ceria meski menjadi satu-satunya siswa kelas I tahun ini.
Ia pun interaktif dengan guru kelasnya. Seperti ketika gurunya bertanya pagi tadi bangun jam berapa. “Jam 5,” jawab Abrizam. Tidak sampai di situ, ia pun diminta maju untuk menulis angka 5 di papan tulis.
Meski ruang kelas tidak riuh dengan suara anak-anak sebagaimana kelas-kelas lain, Abrizam mengaku tetap senang pada hari pertama masuk sekolah itu.
Ia tidak sendiri karena ada guru kelas yang telaten mendampingi serta kakaknya yang juga satu sekolah dengannya, yang saat ini sudah naik ke kelas II.
“Berangkat sama ayah, mamah, sama kakak. Kakak namanya Gibran, kelas II. Sekolah di SD Kauman seneng,” katanya ketika ditanya wartawan.
Rumah Abrizam berlokasi tidak jauh dari sekolah, yakni di Semanggi, Pasar Kliwon, Solo. Ia diantar orang tuanya bersama sang kakak.
Wali Kelas I SDN Kauman Solo, Sri Handayani, mengatakan pada hari pertama masuk sekolah, kegiatan yang diberikan kepada siswa yakni Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS). MPLS berlansung lima hari hingga Jumat (18/7/2025).
“Jadwalnya sudah, dilaksanakan lima hari,” katanya ketika ditemui wartawan di SDN Kauman Solo, Senin.
Ia mengatakan tidak akan membedakan layanan pendidikan untuk anak meski hanya ada satu siswa. Justru siswa akan mendapatkan perhatian ekstra. Ia tidak ingin satu-satunya siswa kelas I itu merasa kesepian.
“Akan kami prioritaskan, supaya anak nyaman di sini, dia tidak merasa sendiri. Kami ada trik tersendiri supaya anak tidak merasa sendiri di sekolah,” katanya.
Selama puluhan tahun menjadi guru, Handayani mengaku baru kali pertama ini mengajar satu siswa dalam kelas. Namun biar bagaimanapun, baginya berapa pun siswanya, entah banyak atau sedikit, tidak berbeda.
Ia mengatakan Abrizam menjadi satu-satunya siswa yang mendaftar melalui jalur afirmasi untuk keluarga tidak mampu. Sementara pada jalur domisili dan mutasi tidak ada siswa yang mendaftar.
“Untuk domisili masih kosong, kemarin ada yang mendaftar dari jalur afirmasi satu anak, sementara baru itu,” katanya ketika ditemui wartawan di sekolah itu, Jumat (11/7/2025).
Upaya Promosi
Padahal, ia mengatakan tahun sebelumnya ada 11 anak yang mendaftar dan diterima. Ia mengatakan sekolah juga sudah berupaya menarik minat calon siswa dengan berbagai kegiatan menarik.
“Kami sudah berupaya lewat kegiatan yang sekiranya menarik, termasuk siaran radio, dan kami menjalin relasi dengan paguyuban wali murid. Jadi kami sudah all out,” katanya.
Namun, lanjutnya, kendala utama sekolahnya pada sistem penerimaan murid baru (SPMB) adalah sistem domisili atau yang dulu bernama zonasi. Sistem tersebut hanya membolehkan sekolah menerima dari zona yang ditentukan pemerintah.
Sedangkan sekolah tempatnya mengajar itu cukup jauh dari permukiman. SDN Kauman berada di dekat pusat ekonomi seperti Pasar Gede, Pasar Klewer, Pusat Grosir Solo (PGS), dan lainnya. “Dari segi geografis itu tidak mendukung karena dikelilingi dengan perkontoran, pasar, dan lainnya,” katanya.
Ia mengatakan total keseluruhan siswa SDN Kauman Solo ada 74 siswa. Sementara jumlah rata-rata per angkatan hanya belasan siswa. Ini berbeda jauh jika dibandingkan dulu, ketika sistem domisili/zonasi belum diberlakukan.
“Kalau dulu bisa puluhan, 30-40 siswa ada, karena banyak pedagang pasar dari luar kota yang menyekolahkan anak ke sini. Jadi sambil berdagang bisa sekalian mengantar anak sekolah, itu sudah turun-temurun dari anak sampai cucu,” katanya.
Kepala SDN Kauman Solo, Martono mengatakan meski sudah berusaha untuk melakukan promosi, tetap yang menentukan pilihan adalah orang tua calon siswa. Baginya para guru sudah berusaha maksimal.
Selain kendala jauh dari pemukiman atau berada di pusat perkantoran dan pasar, ia mengatakan keberadaan sekolah swasta juga berpengaruh. Tidak bisa dimungkiri banyak orang tua siswa yang memilih menyekolahkan anak mereka ke swasta.
“Ambil contoh misal daerah Baluwarti anak usia sekolah [masuk SD] hanya 16, sementara kira-kira ada delapan sekolah, termasuk sekolah swasta. Termasuk di kelurahan ini, Kedunglumbu, ada banyak sekolah negeri,” katanya.
Meski begitu, mantan Kepala SDN Carangan itu menegaskan tetap melayani siswa berapa pun jumlahnya.
Sentimen: neutral (0%)