Sentimen
Undefined (0%)
11 Jul 2025 : 19.25
Tokoh Terkait

Mengambinghitamkan Kesehatan Mental

11 Jul 2025 : 19.25 Views 27

Espos.id Espos.id Jenis Media: Kolom

Mengambinghitamkan Kesehatan Mental

Dewasa ini isu kesehatan mental menjadi perbincangan yang ramai di sekitar kita. Sebuah kabar baik karena itu artinya orang-orang mulai paham pentingnya menjaga kesehatan mental—dan tidak hanya sibuk menjaga kesehatan fisik. 

Ketika usaha menjaga kesehatan mental justru menjadi pembenaran bagi tindakan-tindakan bodoh seperti joki tugas—di kalangan mahasiswa, apakah itu masih bisa disebut kabar baik?

Beberapa waktu yang lalu saya melihat status seorang kawan. Saya sedikit terkejut karena ternyata ada orang di luar sana yang menjadikan usaha menjaga kesehatan mental sebagai suatu pembenaran bagi tindakan-tindakan yang kurang etis seperti menggunakan joki tugas.

Keheranan saya ini semakin bertambah karena ternyata ada banyak mahasiswa yang ikut menormalisasikan hal ini. Jika tugas kuliah memang menjadi suatu hal yang memberatkan mental seseorang, dengan logika yang sama saya akan berkata bahwa mahasiswa psikologi seharusnya menjadi orang yang paling berhak untuk lepas dari tugas-tugas kuliah tersebut.

Seyogianya mahasiswa psikologi menjadi percontohan sebagai mahasiswa yang sehat mental. Ketika fakta menunjukkan mahasiswa psikologi ternyata juga dihadapkan pada tugas-tugas kuliah yang berat—sebagimana mahasiswa jurusan lain, apakah itu artinya dosen-dosen psikologi yang bergelar doktor dan profesor di bidang psikologi itu tidak tahu bahwa tugas-tugas kuliah justru membebani mental mahasiswa? 

Saya kira dosen-dosen tidak sebodoh itu. Faktanya, dosen-dosen kita sekarang adalah mantan mahasiswa yang bisa jadi merasakan beban mental yang jauh lebih berat daripada yang dirasakan para mahasiswa sekarang. 

Mereka adalah generasi dengan akses Internet yang sulit, alat komunikasi yang langka, sampai moda transposrtasi yang terbatas. Buktinya mereka tetap bisa bertahan dan justru memiliki mental yang lebih tangguh ketimbang generasi Z, sebagaimana yang sedang ramai diperbincangkan sekarang.

Selain itu, sebagai manusia, kita justru membutuhkan masalah dalam hidup karena dengan masalah itulah diri kita bisa berkembang. Dengan masalah itulah kita bisa merasakan kepuasan dalam hidup (ketika berhasil melewatinya).

Dengan masalah itu pulalah kita merasa utuh menjadi seorang manusia. Bayangkan hidup berjalan tanpa ada masalah, lantas apa yang istimewa dari hidup ini? Sikap yang tepat untuk menjaga kesehatan mental bukan dengan menyerah dan menggunakan jasa joki, tapi justru dengan tetap menghadapi. 

Semakin terbiasa kita menghadapi masalah dalam hidup, semakin kuat juga mental kita. Beda dengan orang-orang yang lari dari masalah (menggunakan jasa joki). Orang yang lari dari masalah adalah orang-orang yang akan denial terhadap segala sesuatu yang tidak sesuai dengan harapan. 

Ia selalu membuat alasan dan selalu berusaha menjadikan hidup aman, tenteram, dan damai. Kedengaran menyenangkan, tapi mereka yang terbiasa lari dari masalah inilah justru orang-orang yang paling rentan terdampak kesehatan mental.

Tidak ada hubungan antara menjaga kesehatan mental dengan menggunakan jasa joki. Justru semakin terbiasa seseorang menyelesaikan tugas atau masalah, semakin baik pula kesehatan mental yang dia punya. 

Sebaliknya, semakin sering seseorang lari dari tugas atau masalah, semakin rendah pula stresor (pemicu stres) yang dia punya. Ketika stresor seseorang rendah, akan semakin mudah bagi dia merasa stres hanya karena hal-hal yang sepele yang terjadi pada hidupnya.

Berhentilah mengambinghitamkan kesehatan mental dan mulailah mengerjakan tugas. Mengutip kata-kata wartawan senior Dahlan Iskan,”Orang-orang hebat tidak dihasilkan dari kemudahan, kesenangan, dan kenyamanan. Mereka dibentuk melalui kesulitan, tantangan, dan air mata.” Mari, menjadi bagian orang-orang hebat itu.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 8 Juli 2025. Penulis adalah  mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta)

Sentimen: neutral (0%)