Sentimen
Undefined (0%)
5 Jul 2025 : 13.37
Informasi Tambahan

Agama: Kristen

Kab/Kota: Demak, Magelang, Salatiga, Semarang, Sydney

Tokoh Terkait

Mahasiswa FID UKSW & Universitas Sydney Dalami Isu Pembangunan Berkelanjutan

5 Jul 2025 : 13.37 Views 26

Espos.id Espos.id Jenis Media: News

Mahasiswa FID UKSW & Universitas Sydney Dalami Isu Pembangunan Berkelanjutan

Esposin, SALATIGA -- Fakultas Interdisiplin (FID) Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) dan Center for Sustainable Development Studies (CSDS) FID kembali menggelar kegiatan berbasis internasional “Sustainable Development Field School” bersama Universitas Sydney (Usyd), Australia. 

Kegiatan yang berlangsung selama dua pekan ini melibatkan 29 peserta yang terdiri dari empat mahasiswa Program Studi (Prodi) Destinasi Pariwisata, enam mahasiswa Magister Studi Pembangunan, serta 19 mahasiswa dari Universitas Sydney.

Program kolaborasi yang sudah berlangsung selama tiga tahun ini menghadirkan experiential learning bagi para peserta, di mana mereka terjun langsung ke lapangan untuk belajar tentang isu pembangunan berkelanjutan khususnya perubahan lingkungan. Kegiatan ini dikemas dalam dua modul utama yang mencakup wilayah perkotaan dan pedesaan. 

Di wilayah perkotaan para peserta diajak langsung untuk mengobservasi, mengunjungi, hingga berdialog dengan komunitas yang mengatasi masalah banjir rob di Semarang dan Demak. 

Sementara itu, di wilayah pedesaan mereka live in dengan masyarakat di Desa Keditan, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang, untuk mengetahui tantangan yang dihadapi terkait dengan isu lingkungan. 

Menariknya, melalui pendekatan interdisipliner, para peserta dibagi menjadi tujuh kelompok untuk membahas sejumlah topik pembangunan berkelanjutan seperti pendidikan, pelestarian budaya, pariwisata, kesehatan, program perlindungan sosial, migrasi hingga pengelolaan hutan. 

Pendekatan Interdisipliner

Saat diwawancarai pada Jumat (4/7/2025) Wakil Dekan FID Titi Susilowati Prabawa, S.Pd., M.A., Ph.D., menjelaskan, kolaborasi internasional ini dilatarbelakangi karena FID mengkaji pembangunan berkelanjutan dengan menerapkan pendekatan interdisipliner. 

“Kita menggunakan pendekatan multidisipliner yang tidak biasa di Indonesia dalam melihat sustainable development. Kegiatan ini juga merupakan bagian dari mata kuliah Sustainable Development yang ada di FID,” katanya. 

Titi Susilowati Prabawa berharap mahasiswa memiliki lebih banyak pemahaman terkait persoalan perubahan iklim, dampak dari perubahan lingkungan, dan pembangunan yang dilakukan pemerintah serta bagaimana masyarakat merespon persoalan lingkungan yang mereka rasakan. 

Senada dengan Titi Susilowati Prabawa, Ketua Program Studi Magister Studi Pembangunan Yesaya Sandang, S.H., M. Hum, Ph.D., menerangkan, prinsip pembelajaran dalam program adalah experiential di mana para peserta belajar sambil mengalami secara langsung. Modul pasca ini dirancang untuk mencapai pembelajaran keterampilan riset.

Sementara itu, Dosen Universitas Sydney Associate Professor Jeff Neilson berharap dari kegiatan ini mahasiswa Australia yang belum pernah ke Indonesia bisa mengetahui perspektif dari berbagai pihak terhadap tantangan keberlanjutan di Indonesia. 

“Contohnya, saat kami di Semarang dan Demak, kedua daerah itu mengalami penurunan tanah karena banjir rob, itu suatu perubahan lingkungan luar biasa dan tidak ada di Australia. Saya mau mahasiswa bisa melihat usaha pemerintah untuk mengatasi kendala tersebut. Kemudian saat di desa mereka juga bisa mengerti kehidupan masyarakat,” katanya. 

Ia juga berharap kolaborasi ini bisa terus berlanjut, sehingga mahasiswa UKSW bisa terus belajar bersama mahasiswa Australia.

“Saya berharap mahasiswa UKSW bisa mengetahui bagaimana cara belajar mahasiswa Australia yang sedikit berbeda dengan mahasiswa di Indonesia,” imbuhnya. 

Pengalaman Baru

Sustainable Development Field School tahun ini bukan hanya menambah pengalaman baru, namun juga melukis kenangan tak terlupakan bagi para peserta. Aiden salah satunya, mahasiswa dari University of Sydney yang mengaku senang bisa belajar sama mahasiswa UKSW. 

“Ini memberi pengalaman yang lebih menyeluruh. Membantu kita memahami sesuatu dari sudut pandang yang berbeda, menunjukkan keberagaman Indonesia, dan belajar bagaimana berbagai kelompok menghadapi tantangan, baik dari masyarakat maupun dari pemerintah,” katanya. 

Lainnya, Adna Debora Melapa mahasiswa Magister Studi Pembangunan mengungkapkan kesan menariknya saat mengikuti program ini. 

“Menjadi bagian dari program ini sangat menyenangkan. Semua kegiatan yang dilakukan meninggalkan kesan mendalam dan melukis pengalaman berharga dalam perjalanan studi saya,” bebernya. 

Program ini menjadi salah satu aksi nyata yang dilakukan UKSW untuk mencapai Sustainable Development Goals (SDGs) ke-4 pendidikan berkualitas, ke-13 penanganan perubahan iklim, dan ke-17 kemitraan mencapai tujuan. 

Sebagai Perguruan Tinggi Swasta (PTS) terakreditasi Unggul, UKSW telah berdiri sejak 1956 dengan 15 fakultas dan 64 program studi di jenjang D3 hingga S3, dengan 32 Prodi Unggul dan A.

Terletak di Salatiga, UKSW dikenal dengan julukan Kampus Indonesia Mini, mencerminkan keragaman mahasiswanya yang berasal dari berbagai daerah. 

Selain itu, UKSW juga dikenal sebagai "Creative Minority" yang berperan sebagai agen perubahan dan inspirasi bagi masyarakat. (NA)

Sentimen: neutral (0%)