Sentimen
Undefined (0%)
1 Jul 2025 : 17.46
Informasi Tambahan

Institusi: Universitas Indonesia

Kab/Kota: Boyolali, Klaten, Solo

Profil Ibnu Wahyudi, Dosen UI Asli Boyolali Murid Sastrawan Sapardi Djoko Damono

1 Jul 2025 : 17.46 Views 34

Espos.id Espos.id Jenis Media: Solopos

Profil Ibnu Wahyudi, Dosen UI Asli Boyolali Murid Sastrawan Sapardi Djoko Damono

Esposin, BOYOLALI--Sastrawan dan maestro puisi, Sapardi Djoko Damono, ternyata mempunyai murid warga asli Boyolali. Murid yang kemudian menjadi asistennya tersebut berasal dari Desa Candi, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali, bernama Ibnu Wahyudi alias Iben.

Saat ini, Iben menjadi dosen sastra di Universitas Indonesia (UI). Selain itu, dia juga aktif membuat puisi. Hingga kini ada total 30-an buku yang ia terbitkan, dan 25 di antaranya adalah buku puisi.

Dihubungi Espos pada Selasa (1/7/2025), Iben menceritakan pertemuannya dengan Sapardi Djoko Damono berawal saat dirinya masuk ke Fakultas Sastra UI. Ia lulus dari kampus tersebut pada 1984.

Iben mengatakan ia menempuh pendidikan sarjana dan doktor di UI, akan tetapi untuk S2 dia menempuh pendidikan di Center for Comparative Literature and Cultural Studies, Monash University, Melbourne, Australia.

“Pertemuan dengan Pak Sapardi diawali secara tidak sengaja karena saya diterima di UI, kebetulan Pak Sapardi dosen di situ. Sama-sama dari Solo, di UI beliau mengajar Sastra Indonesia dan saya sudah mulai menulis. Beliau ternyata lebih memperhatikan ke orang yang mau menumpahkan tulisannya ke tulisan,” kata dia.

Iben kemudian diajak untuk lebih aktif dan intensif dalam membaca dan menulis. Sehingga, lama-lama ia didapuk menjadi asisten.

Bahkan, skripsinya pun juga dibimbing oleh Sapardi Djoko Damono. Saat itu, ia lebih mengenal sosok Sapardi dan mempelajari karakternya.

“Contoh yang dipelajari itu tentang kesenian itu tidak harus memaksa orang harus suka, tapi kesenian bisa memberikan jiwa ke kita untuk lebih bijak, arif, dan peduli,” kata dia.

Ia berharap muncul penulis-penulis dari Boyolali yang nantinya bisa mengharumkan nama kota aslinya.

“Tidak ada salahnya untuk mulai menulis, dari mana saja,” ujar pria yang lahir 24 Juni, 67 tahun yang lalu.

Iben mengatakan pada ulang tahunnya ke-67, ia menerbitkan buku kumpulan puisinya pada 2023 dan 2024 berjudul Sampai Menutup Kata.

Tak hanya itu, buku-buku yang pernah ia terbitkan antara lain kumpulan puisi Masih Bersama Musim (KutuBuku, 2005), Haikuku (Artiseni, 2009), Ketika Cinta (BukuPop, 2009), Pada Suatu Haru (Artiseni, 2018), Tentang Rindu (Grasindo, 2021), dan Hujan Titik Titik (Diomedia, 2022, dan kumpulan prosamini berjudul Nama yang Mendera (Citra Aji Parama, 2010).

Buku puisinya Masih Bersama Musim masuk dalam 10 besar penghargaan Khatulistiwa Literary Award 2005.

Sementara itu, buku-buku yang pernah disusun atau disuntingnya adalah Lembar-lembar Sajak Lama (kumpulan sajak P. Sengodjo) terbitan Balai Pustaka (1982), Pahlawan dan Kucing (kumpulan cerpen Suripman) terbitan Balai Pustaka (1984), Konstelasi Sastra (Hiski, 1990), Erotisme dalam Sastra (1994), Menyoal Sastra Marginal (2004), Toilet Lantai 13 (Aksara 13, 2008), Ode Kebangkitan (2008), dan sebagainya.

Ia mengatakan telah menulis puisi sejak 1970-an, akan tetapi intensitasnya belum seperti sekarang.

Iben sejak 1 Januari 2016 memiliki resolusi tahunan dengan menulis puisi setiap hari. Sejak saat itu, setiap tahunnya ia menulis sekitar 365 puisi.

Sebelumnya, Iben jauh-jauh dari Jakarta kembali pulang ke Boyolali untuk menjadi pembicara dalam agenda Juni Berpuisi oleh Boyolali Book Club (BBC) di Passinaon Cafe, Karanggeneng, Boyolali, Minggu (29/6/2025).

Salah satu peserta salah satu peserta dari Klaten, Anggita Dwi C, menilai acara Juni Berpuisi sangat seru dan berkesan.

Ia juga mengaku terkesan dengan produktivitas Iben yang setiap hari masih membuat puisi di tengah kesibukannya.

Anggit juga mengaku bersyukur karena bisa datang ke acara tersebut dan bertemu sastrawan sekaliber Iben yang pernah menimba ilmu dari Sapardi Djoko Damono.

“Ini merupakan hal yang baru tentunya bagi aku, yang mana dengan mengikuti kegiatan Juni Berpuisi pastinya menambah wawasan dan pengetahuan lebih dalam lagi tentang sebuah karya sastra termasuk puisi,” jelas dia.

Ia juga merasa mendapatkan ilmu yang "ndaging" atau berisi soal cara membuat dan mencari inspirasi untuk menulis, musikalisasi puisi, hingga menginterpretasikannya dalam berbagai sudut pandang pendengar serta penikmatnya.

Anggit juga kagum dengan anggota BBC yang sangat haus dengan ilmu baru sehingga mau belajar banyak hal bersama-sama.

“Aku harap event-event ke depan semakin banyak dan menginspirasi. Kalau bisa nanti bisa join atau collab dengan klub buku atau komunitas di luar kota. Terus berdiri dan berdedikasi penuh sebagai wadah masyarakat, terutama generasi muda dalam perihal literasi,” harap dia. 

Sentimen: neutral (0%)