Sentimen
Undefined (0%)
30 Jun 2025 : 09.26
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Karawang, Tiongkok

Misi Swasembada Energi lewat Proyek Kolosal Baterai

30 Jun 2025 : 09.26 Views 18

Espos.id Espos.id Jenis Media: Ekonomi

Misi Swasembada Energi lewat Proyek Kolosal Baterai

Esposin, KARAWANG — Target swasembada energi di Indonesia akan mampu dicapai dalam waktu relatif singkat, yakni dalam lima hingga enam tahun ke depan.

Hal tersebut disampaikan Presiden Prabowo Subianto dalam pidato saat menghadiri acara peletakan batu pertama proyek Ekosistem Industri Baterai Kendaraan Listrik Terintegrasi di Karawang, Jawa Barat, Minggu (29/6/2025).

“Saya diberitahu oleh para pakar, bahwa bangsa kita ini sungguh-sungguh bisa swasembada energi dan hitungan saya tidak lama. 5 tahun, paling lambat 6 tahun, kita bisa swasembada energi,” katanya seperti dilansir Antara.

Kepala Negara menjelaskan salah satu kunci menuju kemandirian energi nasional adalah pemanfaatan energi listrik yang bersumber dari tenaga surya.

Dalam hal ini, kata Presiden, teknologi baterai yang nanti diproduksi di Karawang, menjadi komponen vital untuk menyimpan dan mendistribusikan energi tersebut secara efektif.

“Listrik dari tenaga surya kuncinya adalah baterai dan hari ini kita saksikan,” ujarnya.

Dalam laporan yang diterima Presiden, kapasitas yang dihasilkan saat ini di fasilitas tersebut baru mencapai 15 gigawatt. Namun untuk mencapai kemandirian energi secara penuh, Indonesia membutuhkan sekitar 100 gigawatt.

“Artinya proyek seperti ini perlu kita lipatgandakan. Dan saya percaya, bangsa ini mampu melaksanakannya,” ujar Presiden.

Presiden juga mengatakan, ekosistem industri baterai listrik terintegrasi merupakan bentuk kerja sama kolosal antarnegara yang ditandai kerja sama dengan China.

“Kita bisa bekerja sama dengan program yang menurut saya ini termasuk, bisa dikatakan, kolosal. Bisa dikatakan terobosan luar biasa,” ujar Prabowo.

Dari sini, lanjut Presiden, Indonesia bisa menghasilkan energi terbarukan dan ramah lingkungan yang dicita-citakan seluruh dunia.

Hilirisasi Berkeadilan

Presiden Prabowo didampingi Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia meresmikan Groundbreaking Ekosistem Industri Baterai Listrik Terintegrasi Konsorsium ANTAM-IBC-CBL di Kawasan Artha Industrial Hills (AIH) di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Minggu.

Bahlil menekankan seluruh proyek hilirisasi harus berkeadilan, sesuai dengan arahan Prabowo.

"Saya minta kepada perusahaannya, agar hilirisasi ini jangan hanya yang untung itu investor dan Pemerintah Pusat. Jadi hilirisasi atas arahan Bapak Presiden harus berkeadilan. Adil untuk pengusaha daerah, adil juga untuk masyarakat, dan adil juga untuk Pemerintah Daerah," kata Bahlil.

Bahlil juga menyampaikan bahwa proyek ini adalah gagasan awal untuk melakukan kolaborasi antara negara yang kaya sumber daya alam, dengan negara yang unggul dalam teknologi dan tujuan pasar.

"Indonesia itu betul, dari bahan baterai, nikel, mangan, kobalt, dan lithium, yang kita tidak punya itu tinggal lithium. Mangan, kobalt, dan nikel kita punya semua. Tetapi teknologi itu memang belum terlalu kita miliki secara komprehensif. Karena itu kita lakukan kerjasama dengan teman-teman dari Tiongkok, khususnya CATL," ujar Bahlil.

Proyek Ekosistem Industri Baterai Kendaraan Listrik Terintegrasi terdiri dari enam subproyek proyek utama, di mana lima proyek dikembangkan di Kawasan Feni Haltim (FHT) Halmahera Timur, Maluku Utara, dan satu proyek dikembangkan di Karawang, Jawa Barat.

Proyek ini merupakan bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN) dengan nilai investasi sebesar 5,9 miliar dolar AS dan mencakup area seluas 3.023 hektar, serta mampu menyerap 35.000 tenaga kerja langsung, pertumbuhan ekonomi lokal, dan 18 proyek infrastruktur dermaga multifungsi.

Bahlil Lahadalia menyampaikan nilai investasi pabrik terintegrasi baterai kendaraan listrik (electric vehicle) sekitar 6 miliar dolar AS atau sekitar Rp100 triliun.

“Secara keseluruhan, investasi pabrik ini kurang lebih sekitar US$5,9 miliar–6 miliar. Ini kurang lebih sekitar Rp100 triliun,” ucap Bahlil.

Apabila diperinci berdasarkan wilayahnya, investasi di Karawang, Jawa Barat sebesar 1,2 miliar dolar AS, dan senilai 4,7 miliar dolar AS diinvestasikan di Maluku Utara.

“Proyek ini menyerap 8.000 tenaga kerja secara langsung,” kata dia.

Secara tidak langsung, lanjut Bahlil, proyek tersebut menciptakan lapangan pekerjaan kepada 35 ribu orang.

Kemudian, efek berganda yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi dari kehadiran proyek tersebut diperkirakan mencapai US$40 miliar per tahun.

“Dan ini setiap tahun, ketika harganya naik, itu [efek berganda] naik lagi,” ucapnya.

Sebanyak lima proyek dikembangkan di Kawasan FHT Halmahera Timur dan satu proyek dikembangkan di Karawang.

Pabrik baterai di Karawang berada di atas lahan seluas 43 hektare dan dioperasikan oleh perusahaan patungan PT Contemporary Amperex Technology Indonesia Battery (CATIB)—hasil kolaborasi IBC dengan CBL, anak usaha raksasa baterai dunia Contemporary Amperex Technology Co. Limited (CATL).

Pabrik ini ditargetkan memiliki kapasitas awal 6,9 GWh pada fase pertama dan meningkat hingga 15 GWh pada fase kedua. Operasi komersial dijadwalkan dimulai akhir 2026.

Di Halmahera Timur, ANTAM dan Hong Kong CBL Limited (HK CBL) telah membentuk PT Feni Haltim (PT FHT) untuk mengembangkan kawasan industri energi baru yang terdiri atas proyek pertambangan nikel, smelter pirometalurgi dengan kapasitas 88.000 ton refined nickel alloy per tahun (2027).

Selain itu, juga memproduksi smelter hidrometalurgi menghasilkan 55.000 ton Mixed Hydroxide Precipitate per tahun (2028), pabrik bahan katoda Nickel Cobalt Manganese (NCM) sebesar 30.000 ton per tahun (2028), serta fasilitas daur ulang baterai menghasilkan logam sulfat dan lithium karbonat sebanyak 20.000 ton per tahun (2031).

Dalam kesempatan tersebut, Presiden Prabowo Subianto meletakkan batu pertama (groundbreaking) pembangunan proyek Ekosistem Industri Baterai Kendaraan Listrik Terintegrasi Konsorsium ANTAM-IBC-CBL di Kawasan Artha Industrial Hills (AIH), di Karawang, Jawa Barat, Minggu.

Direktur Utama Indonesia Battery Corporation Toto Nugroho menyampaikan bahwa off-taker atau pembeli baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV) yang diproduksi di Karawang, Jawa Barat, mayoritas berasal dari dalam negeri.

"Jadi, sudah ada beberapa off-taker langsung. Banyak yang ada di Indonesia," kata Toto ketika ditemui setelah Groundbreaking Proyek Ekosistem Industri Baterai Kendaraan Listrik Terintegrasi Konsorsium ANTAM-IBC-CBL di Kawasan Artha Industrial Hills (AIH), di Karawang, Jawa Barat, Minggu.

Toto belum bisa mengungkapkan siapa saja yang akan menjadi pembeli dari baterai EV yang diproduksi di Karawang, sebab masih pada tahap perjanjian dengan CATL (Contemporary Amperex Technology Co. Limited).

Tidak hanya menyasar pasar domestik, baterai EV yang akan diproduksi di Karawang juga akan diekspor ke sejumlah negara, seperti Jepang, India, hingga Amerika Serikat. Benua Eropa belum menjadi pasar baterai EV Indonesia.

"Kalau kami lihat kondisi sekarang, yang diekspor sekitar 30-an persen. Tapi, nanti pasti berubah-ubah dari tahun ke tahun," kata Toto.

Sentimen: neutral (0%)