Sentimen
Undefined (0%)
27 Jun 2025 : 09.33
Informasi Tambahan

Agama: Islam

Grup Musik: iKON

Kab/Kota: Batang, Dukuh, Karanganyar, Klaten, Serang, Solo, Sragen

Tokoh Terkait

Malam 1 Sura, Warga Desa Karungan Kirab Obor Sewu ke Pasar Bahulak Sragen

27 Jun 2025 : 09.33 Views 19

Espos.id Espos.id Jenis Media: Solopos

Malam 1 Sura, Warga Desa Karungan Kirab Obor Sewu ke Pasar Bahulak Sragen

Esposin, SRAGEN — Lantunan lafaz pujian dan doa kepada Allah SWT mengalun memenuhi kompleks makam kuno di Dukuh Karungan, Desa Karungan, Kecamatan Plupuh, Sragen, Kamis (27/6/2025) malam, tepatnya malam 1 Sura.

Jarum jam menunjuk pukul 20.00 WIB. Doa-doa itu dilantunkan para sesepuh desa dan tokoh masyarakat yang duduk bersila di depan makam cikal bakal desa yang bernama Raden Ayu Serang yang juga dikenal sebagai Nyi Ageng Serang. Para warga dan anak-anak membawa obor berkeliling di luar pagar makam Nyi Ageng Serang untuk menerangi para tokoh masyarakat yang sedang berkirim doa kepada arwah Nyi Ageng Serang.

Lokasi makam itu di tengah permakaman umum yang masih aktif. Tampak Kepala Desa Karungan, Joko Suarno, membawa wangi-wangian kayu gaharu yang dibakar saat doa dilantunkan. Bau harum semerbak menyelimuti lingkungan sekitar makam pada malam Jumat Kliwon itu. Para emak-emak dan anak-anak laki-laki/perempuan tidak takut malam-malam berada di antara makam-makam di malam itu. Mereka tampak senang dan menyambut antusias awalan dimulai kirab obor 1.000 dari makam cikal bakal Desa Karungan.

Seusai doa selesai, Kades Joko Sunarso berjalan paling depan membawa tempat pembakaran kayu gaharu itu. Di belakangnya terdapat terdapat dua orang membawa bendera merah putih dan pusaka berupa tumbak, diikuti para emban yang memakai kebayak, dan rombongan 1.000 obora dari seluruh warga se-Desa Karungan.

Mereka berjalan kaki dari makam Nyi Ageng Serang menuju ke Pasar Bahulak yang berjarak sekitar 300-500 meter dengan menerabas jalan usaha tani dan jalan makam. Perjalanan itu relatif singkat karena hanya memakan waktu 20 menit.

Tak hanya warga desa yang membawa obor tetapi para pendekar dari perguruan Persaudaraan Setia Hati Terate juga ikut bergabung membawa obor. Bahkan para pendekar tersebut membuat pagar betis dengan membawa obor di sepanjang jalur Kirab Obor 1.000.

Suasanya terkesan sakral. Rombongan 1.000 obor itu memasuki gapura Pasar Bahulak dengan berjalan pelan. Di depannya terdapat seorang penari perempuan yang menjadi pemandu jalan dalam istilah Jawa disebut cucuk lampah atau manggalayuda. Begitu tiba di Pasar Bahulak, tumbak pusaka desa secara simbolis diserahkan kepada Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar) Sragen Joko Hendang Murdono sebagai pejabat yang mewakili Bupati Sragen. Kemudian tumbak itu diserahkan kepada Kepala Desa Karungan, Joko Sunarso.

Seorang warga dari Dukuh Karanggaleng RT 011, Desa Karungan, Warni, 60, turut serta dalam kirab obor 1.000 itu. Ia membawa obor yang dibuat sendiri dari bamboo pada Kamis siang. Obor itu menggunakan bahan bakar solar karena sekarang sulit mencari minyak tanah. Tak hanya Warni, para ibu lainnya juga siap membawa obor. Mereka bersiap ikut kirab sembari menunggu doa ziarah makam selesai.

“Ini merupakan kirab obor 1.000 kali keempat. Semua warga satu desa ikut semua. Pada tahun-tahun lalu kirab obor ini keliling satu desa. Kali ini langsung dari makam ke Pasar Bahulak. Semua warga desa dari yang dewasa sampai anak-anak ikut semua membawa obor. Mereka beradal dari Dukuh Karungan, Karanggaleng, Sawahan, Gayaman, Sobayan, Pengkol, hingga Dungasem. Ini sekarang menjadi tradisi warga Karungan,” kata Warni yang diamini para ibu-ibu lainnya saat berbincang dengan Espos.id di kompleks Makam Nyi Ageng Serang, Kamis malam.

Warni sudah menyiapkan obor dari bamboo pada Kamis siang. Demikian pula para warga lainnya juga membuat obor. Setiap RT jumlah obornya bisa mencapai 40 batang. Dia mengatakan kirab obor ini dilakukan sejak adanya Pasar Bahulak. “Bahan bakarnya solar. Sekarang susah mencari minyak tanah,” jelas dia.

Sesampainya di Pasar Bahulak, para warga membaur dan menikmati jajanan tempo dulu dengan menggunakan koin batok sebagai alat transaksi. Setiap koin tempurung kelapa itu senilai Rp2.000. Para anak dan remaja langsung menyerbu es kuwut dan es dawet untuk melepas dahaga. Orang-orang dewasa memilih membeli pecel gendar, gado-gado, dan makanan lainnya. Kedatangan para peserta kirab itu disambut tari gambyong sebagai sarana pertunjukan dari grup karawitan Sarwo Gathuk.

“Kirab obor 1.000 ini dilakukan mulai 2022 dengan cara keliling kampung. Pada 2023 juga keliling kampung hingga 2024 ada pengajian di Pasar Bahulak. Namun, pada 2025 ini kirabnya tidak keliling kampung tetapi dari makam Nyi Ageng Serang langsung ke Pasar Bahulak. Nisan Nyi Ageng Serang itu terbuat dari batu dan sudah banyak yang berziarah ke sana. Beliau sosok pejuang pada masa Perang Diponegaran. Dulu di Karungan juga ada pohon bulu yang menjadi simbol pasukan Pangeran Diponegara,” ujar Kades Karungan, Joko Sunarso.

Joko mengungkapkan meskipun digelar malam hari ternyata antusias masyarakat datang ke Pasar Bahulak tinggi. Selama 2025, kunjungan di Pasar Bahulak, jelas dia, mulai bangkit lagi. Dalam setiap buka momentum Pasar Bahulak, kata dia, transaksinya bisa tembus Rp20 juta per hari, bahkan bisa sampai Rp35 juta per hari.

“Pengunjung Pasar Bahulak tidak hanya dari Sragen tetapi juga dari Solo, Klaten, Karanganyar, hingga Grobogan. Ini pariwisata buatan yang memiliki daya tarik. Dulunya tempat ini angker dan sekarang sudah menjadi tempat banyak orang datang,” kata Joko.

Kepala Disporapar Sragen Joko Hendang Murdono (kiri) menyerahkan tumbak kepada Kades Karungan Joko Sunarso di Pasar Bahulak Desa Karungan, Plupuh, Sragen, Kamis (26/6/2025) malam. (Espos.id/Tri Rahayu)
Kepala Disporapar Sragen Joko Hendang Murdono (kiri) menyerahkan tumbak kepada Kades Karungan Joko Sunarso di Pasar Bahulak Desa Karungan, Plupuh, Sragen, Kamis (26/6/2025) malam. (Espos.id/Tri Rahayu)

Kepala Disporapar Sragen Joko Hendang Murdono mengapresiasi Pemerintah Desa Karungan bersama perangkat, tokoh masyarakat, lembaga desa, hingga warganya yang kompak dan berkomitmen membangun dan menciptakan ikon baru pariwisata di Kabupaten Sragen yang bernama Pasar Bahulak. Dia melihat kirab obor 1.000 ternyata menyedot antusias masyarakat yang ramai dan tidak kalah ramah dengan momentum Pasar Bahulak pada Minggu Pahing dan Minggu Legi.

“Kirban obor 1.000 ini momentum setahun sekali untuk menyambut Tahun Baru Islam yang dimulai dari 1 Muharam. Kalau di Jawa bernama 1 Sura. Kami berharap dengan promosi yang massif bisa mendatangkan pengunjung yang lebih banyak dari luar Sragen. Kirab obor 1.000 ini juga untuk mengenang jasa pahlawan dan pejuang perempuan Nyi Ageng Serang yang berperang melawan kolonial Belanda,” kata dia.

Pada momentum itu pula, Joko Hendang Murdono juga meresmikan inovasi yang dimiliki Desa Karungan, yakni inovasi website Desa Karungan dan inovasi pelayanan desa. Dia mengatakan inovasi terus lahir di Pasar Bahulak dan sudah banyak yang membuktikan dari pemerintah pusat sampai para mahasiswa melihat Pasar Bahulak. “Ini prestasi luar biasa bagi Desa Karungan. Semoga inovasi-inovasi di Desa Karungan bida meningkatkan kesejahteraan warganya,” kata dia.

Sentimen: neutral (0%)