Sentimen
Informasi Tambahan
BUMN: Bank Mandiri, BRI
Kab/Kota: Michigan, Shanghai
Kasus: zona merah
Tokoh Terkait
Optimisme Penurunan Suku Bunga The Fed Bawa IHSG Menguat
Espos.id
Jenis Media: Bisnis

Espos.ID, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis (26/6/2025) ditutup menguat seiring optimisme pemangkasan suku bunga acuan oleh The Fed pada tahun ini.
IHSG ditutup menguat 65,26 poin atau 0,96% ke posisi 6.897,40. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 turun 10,32 poin atau 1,36% ke posisi 770,58.
Dibuka menguat, IHSG bergerak ke teritori negatif sampai penutupan sesi pertama perdagangan saham. Pada sesi kedua, IHSG masih betah di zona merah hingga penutupan perdagangan saham. Berdasarkan Indeks Sektoral IDX-IC, tujuh sektor menguat yaitu dipimpin sektor barang baku yang naik sebesar 0,89%, diikuti oleh sektor keuangan yang naik 0,82% dan sektor infrastruktur yang naik 0,61%.
Sedangkan, empat sektor melemah yaitu sektor transportasi & logistik yang turun paling dalam sebesar 1,49%, diikuti oleh sektor teknologi yang turun 0,30% dan sektor industri yang turun 0,04%. Adapun saham-saham yang mengalami penguatan terbesar yaitu SAFE, INPS, JAST, DATA dan BALI Sedangkan saham-saham yang mengalami pelemahan terbesar yakni RGAS, BUVA, APEX, ASPI dan NZIA.
Saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) menjadi salah satu saham yang naik tinggi sore ini, ditutup 2,97% pada level Rp5.025 per saham. Kenaikan juga dialami oleh saham PT Amman Mineral Internasional Tbk. (AMMN) yang menguat 1,49% ke level Rp8.525 per saham. Lalu saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) yang naik 1,86% ke level Rp3.830 per saham. Kenaikan juga terjadi pada saham TLKM yang menguat 3,44% ke level Rp2.710, saham BRMS naik 1,53% ke leve Rp398, dan saham MDKA menguat 1,39% ke level Rp1.830 per saham.
Frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak 1.012.938 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 21,11 miliar lembar saham senilai Rp14,81 triliun. Sebanyak 357 saham naik 246 saham menurun, dan 200 tidak bergerak nilainya.
Pantauan bursa saham regional Asia sore ini menunjukkan antara lain Indeks Nikkei menguat 645,93 poin atau 0,31% ke 39.588,00, indeks Shanghai melemah 7,52 poin atau 0,22% ke 3.448,19, indeks Hang Seng melemah 149,27 poin atau 0,61% ke posisi 24.325,31, dan indeks Straits Times menguat 8,92 poin atau 0,24% ke 3.935,09.
Analis Phintraco Sekuritas, Ratna Lim, dalam risetnya menjelaskan investor cenderung melakukan perdagangan jangka pendek, di tengah kondisi ketidakpastian yang masih relatif tinggi serta menjelang libur long weekend. Pasar masih bersikap menunggu apakah gencatan senjata Iran-Israel akan bertahan. Selain itu menjelang akhir semester I/2025, investor juga mengantisipasi kinerja keuangan emiten pada semester I/2025.
“Maraknya IPO yang ditawarkan dalam waktu bersamaan diperkirakan juga berpengaruh terhadap ketatnya likuiditas di pasar reguler,” kata Ratna. Dia menuturkan sepanjang sisa pekan ini, dari AS akan dirilis Indeks Core PCE Price (27/6/2025) bulan Mei 2025 yang diperkirakan sebesar 0,1% MoM, sama seperti bulan sebelumnya.
Sementara itu, untuk Michigan Consumer Sentiment Final (27/6/2025) bulan Juni 2025 diperkirakan naik ke 60,5 dari 52,2 di Mei 2025. Selain itu, beberapa pejabat The Fed juga dijadwalkan melakukan pidato.
Sedangkan tim riset Phillips Sekuritas Indonesia dalam kajiannya menyebut pasar keuangan memperkirakan peluang penurunan suku bunga pada pertemuan kebijakan Federal Reserve bulan Juli 2025 sebesar 25%, dan melihat 67% probabilitas pemangkasan suku bunga pertama tahun ini terjadi di bulan September 2025.
Ketua Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed, Jerome Powell, saat memberikan keterangan di hadapan Komite Perbankan (Banking Committee) Senate (DPD) pada hari kedua rapat degan pendapatnya di Kongres (parlemen) AS, menegaskan kembali bahwa The Fed berada dalam posisi yang baik, untuk menunggu pemangkasan suku bunga acuan hingga dampak inflasi dari aturan baru bea masukPresiden AS Donald Trump semakin jelas.
Dengan kata lain, The Fed masih mempelajari dampak dari kebijakan tarif perdagangan Presiden Trump terhadap kebijakan moneter sebelum memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan.
Sentimen: neutral (0%)