Sentimen
Undefined (0%)
26 Jun 2025 : 19.44
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Mataram, Salatiga, Solo

Partai Terkait

Tradisi Jamasan Keris Malam Satu Suro: Tak Sekadar Soal Mistis

26 Jun 2025 : 19.44 Views 6

Espos.id Espos.id Jenis Media: Jateng

Tradisi Jamasan Keris Malam Satu Suro: Tak Sekadar Soal Mistis

Esposin, SALATIGA – Malam Satu Suro dalam penanggalan Jawa selalu memiliki makna mendalam bagi masyarakat Jawa. Momen ini sering dijadikan waktu untuk melakukan ritual adat, doa bersama, serta menjaga warisan budaya. Salah satu tradisi yang terus dilestarikan adalah jamasan keris—yakni membersihkan pusaka keris peninggalan leluhur.

Tradisi jamasan keris tidak hanya dipandang sebagai aktivitas mistis, tetapi juga sebagai bentuk pelestarian nilai budaya dan seni. Hal ini sebagaimana dilakukan oleh Dekan Bawono, pemerhati keris asal Salatiga.

Pria kelahiran Solo tersebut tampak sibuk membersihkan puluhan bilah keris koleksinya di rumah. Bagi Dekan, menjamas keris di malam Satu Suro adalah bagian dari nguri-uri budaya leluhur.

“Keris merupakan bagian dari kearifan lokal, tradisi dari leluhur yang harus dilestarikan. Ada nilai dan pesan filosofis dari tradisi menjamas ini,“ kata pria yang akrab disapa Dekan itu, Kamis (26/6/2025).

Koleksi Keris dari Masa ke Masa

Dekan mengaku memiliki puluhan keris dari berbagai era sejarah, mulai dari Kerajaan Singasari, Majapahit, hingga Mataram. Koleksi tersebut dia peroleh dari berbagai tempat, bahkan tak jarang harus mencarinya ke pelosok-pelosok daerah.

Menurutnya, jamasan sebenarnya tidak harus dilakukan setiap bulan Suro. Perawatan keris bisa dilakukan kapan saja, terutama saat bilah mulai kotor atau berkarat.

“Namun karena sudah menjadi tradisi setiap bulan Suro maka hal itu sah-sah saja. Sedangkan tujuan dari menjamas ini supaya tidak karat dan korosi. Karena jika karat dan korosi, maka keris itu lama-lama akan keropos. Bila rusak maka unsur seni dan keindahannya otomatis akan hilang,” ungkap Dekan.

Cara Merawat Keris Agar Tetap Awet

Dalam proses jamasan, teknik pembersihan keris disesuaikan dengan kondisi bilah. Jika hanya kotor ringan, cukup dilap dengan kain atau kuas yang dicampur minyak. Namun jika korosi cukup parah, diperlukan perlakuan khusus.

“Namun bila korosinya parah, bisa direndam dulu ke dalam air kelapa. Kemudian setelah karatnya rontok, dibilas dengan jeruk nipis, dibersihkan dengan sabun colek, kemudian dibilas dengan air dan diminyaki,” jelasnya.

Ia menegaskan, tidak ada unsur ritual khusus dalam proses jamasan keris. Minyak yang digunakan pun bisa diperoleh di toko biasa, atau menggunakan minyak alami dari santan kelapa, yang dikenal dengan nama minyak klentik.

“Justru minyak alami itu sangat bagus karena awet dan tidak merusak bilah. Jadi jangan salah persepsi, memberi minyak itu bukan berarti memberi sesaji atau memberi makan keris. Itu persepsi yang salah. Makna yang terkandung jelas supaya selalu bersih, sehingga awet,” terangnya.

Nilai Filosofis dan Pengakuan Dunia

Bagi sebagian masyarakat, keris diyakini memiliki tuah atau energi tertentu. Namun Dekan menekankan bahwa segala kekuatan tetap berasal dari Tuhan. Ia mengajak masyarakat untuk bangga karena keris telah diakui sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO, bersama wayang dan batik.

“Wayang, keris dan batik sudah diakui oleh Unesco (PBB) sebagai warisan budaya dunia. Kita patut berbangga,” katanya.

Dekan menjelaskan bahwa dalam setiap bilah keris, terdapat nilai-nilai filosofi yang tinggi. Lebih dari sekadar senjata, keris adalah karya seni tinggi yang mengandung unsur budaya, spiritual, dan teknik metalurgi yang luar biasa.

“Teknik nenek moyang kita (empu pembuat keris) meski sederhana namun sudah luar biasa, karena sudah bisa meleburkan baja, besi, dan titanium yang memiliki titik lebur yang berbeda-beda ke dalam keris. Inilah kelebihannya yang tidak dimiliki oleh bangsa lain pada masanya,” jelas Dekan.

Setiap keris memiliki nama atau dhapur, baik yang lurus maupun berlekuk. Nama tersebut mencerminkan makna filosofis tertentu. Selain itu, pola pamor—corak putih yang muncul di bilah, juga memiliki arti tersendiri.

“Itulah keunikan keris, dari setiap dhapur (jenis) dan pamor memiliki arti filosofisnya masing-masing,” tandasnya.

 

Sentimen: neutral (0%)