Sentimen
Undefined (0%)
13 Jun 2025 : 13.50
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Amsterdam, London, Paris, Solo, Tokyo

Jalan Lembut ke Pengaruh Global

13 Jun 2025 : 13.50 Views 7

Espos.id Espos.id Jenis Media: Kolom

Jalan Lembut ke Pengaruh Global

Kota Solo telah lama menjadi simbol kekayaan budaya Jawa, bahkan sebagai pusat budaya Jawa, dengan warisan tradisi yang mendalam seperti Keraton Kasunanan Surakarta, Pura Mangkunegaran, batik, gamelan, tarian, hingga wayang. 

Tentu Kota Solo tidak hanya menjadi pusat kebudayaan nasional, tetapi juga memiliki potensi yang sangat besar sebagai ”aktor” diplomasi budaya di kancah internasional. 

Sekarang saatnya Kota Solo fokus pada pengembangan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia yang berkualitas sebagai fondasi penting guna mendukung pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

Diplomasi budaya menjadi prioritas agenda dari visi Kota Solo 2025. Mewujudkan Kota Solo sebagai kota budaya yang modern, tangguh, gesit, kreatif, dan sejahtera. Diplomasi budaya menjadi salah satu program prioritas Kota Solo.

Ini relevan dengan prioritas Kementerian Kebudayaan bahwa program diplomasi budaya tahun 2025 berfokus pada berbagai kegiatan, termasuk pertukaran budaya, fasilitasi kebudayaan, pengajuan warisan budaya kepada UNESCO, inventarisasi koleksi museum, dan pengembangan rumah budaya Indonesia prioritas di 19 negara. 

Jejak sejarah diplomasi budaya Kota Solo terbukti, antara lain, pada 1889 (mungkin ada yang lebih dulu) ketika rombongan penari Pura Mangkunegaran tampil dalam acara Expo Paris, yaitu acara pameran kelas dunia di Paris. 

Pergelaran Langendriyan kala itu dituliskan dalam unggahan foto Library of Congres. Six Javanese women, two in native dress, four in costume, full-length portrait, seated in front of Javanese dwelling, Paris Exposition, 1889. 

Enam orang perempuan dengan empat penari mengenakan kostum sangat mewah berkemben sutra, memakai mahkota sebagai hiasan kepala, dan sangat memukau pengunjung dengan diiringi gamelan Jawa. 

Peristiwa itu kemudian memengaruhi karya seorang komponis kenamaan Prancis, Claude Debussy (1862-1918), terutama dalam karya Pagodes. Debussy memanfaatkan tangga nada pentatonik dan pola ritme berulang yang mirip dengan gamelan dalam komposisi itu.

Diplomasi budaya adalah bentuk diplomasi yang menggunakan kebudayaan sebagai instrumen untuk membangun hubungan dan pengaruh antarbangsa. 

Dibandingkan pendekatan diplomatik yang formal dan politis, diplomasi budaya menawarkan pendekatan yang lebih lembut (soft power), namun tak kalah efektif dalam membangun citra positif sebuah negara atau kota. 

Misalnya guna memengaruhi opini publik di negara lain, mendukung kebijakan luar negeri, meningkatkan dukungan international. Diplomasi budaya menjadi cara yang paling jitu dalam menarik, memengaruhi, dan membujuk negara lain, tentu dengan kekuatan kebudayaan yang kita miliki. 

Diplomasi Modern

Menurut Milton C. Cummings dalam Cultural Diplomacy and The United States Government: A Survey for Arts and Culture (2003), diplomasi budaya adalah pertukaran ide, informasi, nilai, institusi, tradisi, kepercayaan, dan aspek budaya lainnya dalam semangat saling pengertian dan saling menghormati.

Diplomasi budaya adalah cara melaksanakan diplomasi dengan ciri khas Indonesia di luar negeri dan untuk mencapai tujuan dan maksud kepentingan asing secara keseluruhan.

Melakukan diplomasi budaya berarti berusaha menanamkan, mengembangkan, dan mempertahankan citra Indonesia di luar negeri sebagai negara berbudaya tinggi. 

Melalui diplomasi budaya bisa saling mempromosikan dan saling menghargai terhadap budaya lain, membangun kerja sama dan kolaborasi antarnegara dalam berbagai bidang.

Diplomasi budaya juga meningkatkan citra positif negara di luar negeri, mendukung hubungan dan kerja sama di bidang ekonomi, menciptakan jaringan kerja sama pada masa depan. 

Ini menjadi pendekatan penting dalam diplomasi modern saat ini, memanfaatkan kebudayaan sebagai alat membangun hubungan dan pemahaman antarnegara yang membantu mencapai tujuan politik dan ekonomi, serta meningkatkan citra dan reputasi negara di mata dunia international.

Kota Solo secara konsisten menunjukkan budaya lokal menjadi jembatan hubungan global. Berbagai program budaya yang selama ini menjadi calendar of event Kota Solo, seperti Solo International Performing Arts (SIPA), Solo Batik Carnival, Solo Keroncong Festival, Gamelan Festival, pergelaran wayang wong, wayang kulit, Festival Topeng, Festival Panji, dan aneka acara budaya lainnya adalah satu wujud program nyata mempromosikan budaya Kota Solo.

Festival Gamelan Internasional yang terselenggara pada 2018 menjadi sejarah Kota Solo yang perlu dicatat dalam mewujudkan gerakan diplomasi budaya melalui gamelan. Diaspora gamelan dari 19 negara hadir bersama kelompok untuk sungkem di Kota Solo sebagai kota gamelan. 

Saat itu 127 kelompok gamelan kampung dan pelajar serentak berpentas ditambah beberapa kelompok gamelan Keraton Solo. Ini contoh nyata kota ini membuka diri terhadap dunia dengan menjadikan seni sebagai bahasa universal. 

Program pertukaran budaya dan kerja sama dengan kota-kota luar negeri juga menunjukkan Kota Solo tidak tinggal diam dalam ranah diplomasi.

Pergelaran gamelan Jawa bersama Rahayu Supanggah melalui silent movie Setan Jawa karya sineas Garin Nugroho sukses di sembilan negara menjadi satu karya orkestra gamelan yang memukau di setiap negara. 

Demikian pula upaya seniman lainnya, seperti Sardono W. Kusumo, Eko Supriyanto, Melati Suryodarmo, Peni Candrarini, Purbo Asmoro melalui berbagai lawatan budaya. 

Penting dicatat bahwa diplomasi budaya Kota Solo bukan hanya tanggung jawab pemerintah kota atau Keraton Solo dan Pura Mangkunegaran. Pelaku seni, komunitas kreatif, lembaga pendidikan, dan UMKM turut memainkan peran penting. 

Ketika batik Solo dikenakan di Paris atau ketika kelompok gamelan dan tari dari Kota Solo tampil di Amsterdam, London, dan Tokyo bukan sekadar pertunjukan seni. Ini adalah wujud representasi budaya yang membawa pesan tentang identitas, nilai, dan kedamaian.

Untuk menjadikan Kota Solo sebagai episentrum diplomasi budaya yang berkelanjutan diperlukan penguatan ekosistem budaya yang inklusif, adaptif, dan kolaboratif. Pemerintah harus mendukung melalui kebijakan, infrastruktur, dan pendanaan. 

Komunitas lokal harus terus diberi ruang untuk berinovasi. Generasi muda perlu dilibatkan aktif agar warisan budaya tidak hanya lestari, tetapi juga relevan dengan zaman. 

Kekuatan dan kualitas sumber daya manusia di Kota Solo yang mumpuni dan selalu menjadi tempat kerja-kerja kolaborasi seniman dunia adalah modal yang sangat kuat bagi kota ini.

Di tengah dunia yang semakin terhubung dan terkadang penuh konflik, diplomasi budaya menawarkan harapan. Kota Solo memiliki jalan yang mulus dengan segala kekayaan budaya, memiliki semua bekal untuk menjadi duta budaya yang memperkuat hubungan antarmanusia lintas batas negara.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 12 Juni 2025. Penulis adalah Ketua Program Studi Tata Kelola Seni Institut Seni Indonesia Solo)

Sentimen: neutral (0%)