Sentimen
Undefined (0%)
8 Jun 2025 : 17.57
Informasi Tambahan

Agama: Kristen

Institusi: UNHAN

Kab/Kota: Cirebon, Ende, Kendari, Salatiga, Tomohon

Kasus: bullying, stunting

Tokoh Terkait

Harkitnas DPP PIKI: Rektor UKSW Paparkan Strategi Nasionalisme menuju Indonesia

8 Jun 2025 : 17.57 Views 1

Espos.id Espos.id Jenis Media: News

Harkitnas DPP PIKI: Rektor UKSW Paparkan Strategi Nasionalisme menuju Indonesia

Esposin, SALATIGA -- Rektor Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Profesor Intiyas Utami menjadi salah satu pembicara kunci dalam webinar nasional yang diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan Pusat Persatuan Inteligensia Kristen Indonesia (DPP PIKI), Jumat (6/6/2025) sore. Webinar yang mengangkat tema “Strategi Meningkatkan Nasionalisme dalam Memaknai 117 Tahun Kebangkitan Nasional Menuju Indonesia Emas 2045” ini diikuti oleh anggota DPP PIKI dari seluruh Indonesia dan diselenggarakan secara daring melalui platform zoom.

Webinar dibuka oleh Ketua Umum DPP PIKI Dr. Badikenita Sitepu, SE, SH, M.Si., dan dihadiri pengurus dan anggota dari seluruh Indonesia. Apresiasi positif disampaikan Dr. Badikenita atas keterlibatan para pembicara. Disampaikan Dr. Badikenita Sitepu, webinar ini diselenggarakan untuk memaknai 117 tahun kebangkitan nasional menuju Indonesia Emas 2045.

Dalam sambutannya, Dr. Badikenita mencontohkan beberapa kasus yang hangat diperbincangkan masyarakat termasuk di media sosial, antara lain meninggalnya seorang istri yang akhirnya diketahui dibunuh suaminya di Cirebon, kejadian di Kendari seorang anak mengalami bullying dan meninggal dunia, serta kasus Raja Ampat yang sedang hangat diperbincangkan di media sosial. Beberapa isu nasional terkait konflik sosial dan keluarga ini juga berkaitan dengan bagaimana saat ini kita memaknai nasionalisme.

“Kenapa orang bisa tanpa rasa bersalah mem-bully dan mengakibatkan anak meninggal dunia, bagaimana dengan Raja Ampat. Media sosial ternyata lebih ampuh daripada penegakan hukum itu sendiri. Apa yang terjadi di daerah dan nasional membuat kita harus bisa mempertimbangkan intelegensia kita, apa yang kita pikirkan, kita ucapkan, dan apa yang kita lakukan. Saat ini yang menjadi tantangan kita adalah bagaimana kita mempertahankan dan meningkakan rasa nasionalime. Kiranya diskusi bisa memberi manfaat dan rekomendasi,” kata Dr. Badikenita Sitepu.

Nilai Nasionalisme

Selain Rektor UKSW, hadir juga sebagai pembicara adalah Rektor Institut Teknologi dan Bisnis Widuri Profesor Dr. Robert M.Z. Lawang, dan Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama Universitas Kristen Indonesia Assoc. Profesor Dr. rer. Pol. Ied Veda R. Sitepu.

Keikutsertaan Rektor UKSW dalam forum strategis nasional ini mempertegas posisi UKSW sebagai institusi pendidikan tinggi yang aktif merespons isu kebangsaan, sekaligus menunjukkan kontribusi nyata kampus dalam merawat dan menumbuhkan nilai nasionalisme melalui pendidikan.

Dalam paparannya, Profesor Intiyas menyampaikan bahwa strategi peningkatan nasionalisme harus dimulai dari dunia pendidikan. Ia memaparkan tiga pendekatan utama yang diterapkan di UKSW, yaitu menghasilkan lulusan dengan profil Creative Minority, pembelajaran yang terintegrasi dengan pengabdian masyarakat dan penelitian, serta peningkatan sarana prasarana yang ramah lingkungan, humanis, dan manis.

“Profil lulusan creative minority adalah minoritas yang berdaya cipta. Minoritas yang kami maksud bukan sekadar kelompok agama, melainkan mereka yang mampu menjadi pelopor perubahan. UKSW terpanggil untuk mencetak pemimpin yang menjadi agen perubahan, yang mampu membimbing masyarakat dengan nilai-nilai kebangsaan,” tegasnya.

Ia juga mencontohkan bagaimana semangat nasionalisme diterapkan melalui berbagai program kampus antara lain dengan mengenakan ornamen etnis pada Ibadah Senin, program kepemimpinan mahasiswa yang dikonversi ke SKS, hingga aksi sosial nyata seperti membersihkan sungai bersama warga. Di sisi kurikulum, UKSW mengembangkan Kurikulum Talenta Merdeka yang mendorong mahasiswa untuk menghasilkan inovasi, bukan hanya karya ilmiah atau skripsi biasa.

“Ketika mahasiswa diminta menanggapi persoalan sosial, muncul karya-karya advokatif seperti poster, film pendek, hingga pertunjukan seni. Ini cara kami membangun kesadaran sosial dan nasionalisme melalui pendidikan,” tambahnya.

Kampus yang Berdampak

Rektor UKSW juga menyoroti pentingnya riset yang berdampak dan UKSW terpanggil menjadi kampus yang berdampak. Disampaikan Rektor Intiyas, jejaring kerja sama UKSW dengan berbagai lembaga dilakukan untuk mendukung terwujudnya Sustainable Development Goals (SGDs), mulai dari penanganan stunting di Kota Salatiga yang melibatkan mahasiswa dan dosen secara aktif, live laboratory di Tomohon yang melibatkan Fakultas Kedokteran dan Fakultas Ilmu Kesehatan untuk memberdayakan masyarakat di sana. Tidak hanya itu, UKSW juga hadir di Ende dalam pendampingan BUMDes dari awal riset sampai akhirnya masuk menjadi Desa Wisata.

“Dalam menjaga green ecosystem tiap tahun UKSW juga melakukan dengan penanaman pohon setiap tahunnya bekerja sama dengan pihak eksternal. Ketahanan pangan juga menjadi salah satu concern kami di mana UKSW menjadi pusat pembibitan gandum tropis dan UKSW punya kerja sama dengan UNHAN (Universitas Pertahanan Indonesia-red). Ini cara kami merawat nasionalisme,” papar Rektor Intiyas.

Sebagai penutup, Profesor Intiyas menegaskan bahwa nasionalisme adalah bagian dari identitas kampus Indonesia mini seperti UKSW. “Kami merawat Keindonesiaan dengan aksi nyata—dari stunting, lingkungan, hingga ketahanan pangan. Ini cara kami menyumbang bagi Indonesia Emas 2045,” tandasnya.

Keterlibatan UKSW dalam webinar nasional DPP PIKI menunjukkan peran aktifnya dalam mewujudkan SDGs nomor 4 pendidikan berkualitas, dan nomor 17 kemitraan mencapai tujuan.

Sebagai Perguruan Tinggi Swasta (PTS) terakreditasi Unggul, UKSW telah berdiri sejak 1956 dengan 15 fakultas dan 64 program studi di jenjang D3 hingga S3, dengan 31Prodi Unggul dan A. Terletak di Salatiga, UKSW dikenal dengan julukan Kampus Indonesia Mini, mencerminkan keragaman mahasiswanya yang berasal dari berbagai daerah. Selain itu, UKSW juga dikenal sebagai "Creative Minority" yang berperan sebagai agen perubahan dan inspirasi bagi masyarakat. (NA)

Sentimen: neutral (0%)