Merawat Warisan Budaya
Espos.id
Jenis Media: Kolom

Pada 9-10 Mei 2025, Balai Kota Solo menjadi lokasi penyelenggaraan acara bertajuk Semarak Budaya Indonesia. Festival yang digelar di kota budaya ini bukan hanya acara hiburan, tetapi juga momen penting untuk memperingati dan merayakan keberagaman budaya Indonesia yang telah diwariskan oleh nenek moyang.
Sebagai kota yang kaya dengan sejarah dan budaya, menjadi penyelenggara acara ini tentu menjadi ruang refleksi tentang sejauh mana warisan budaya dihargai dan bagaimana langkah ke depan untuk melestarikan dalam kehidupan sehari-hari.
Indonesia adalah negara dengan keragaman budaya yang luar biasa. Dari Sabang hingga Merauke, setiap daerah memiliki tradisi, seni, dan warisan budaya yang berbeda, yang saling melengkapi membentuk mozaik besar bangsa ini.
Pada era globalisasi yang berubah begitu cepat, sering kali kesenjangan dengan akar budaya menjadi semakin nyata. Apakah generasi muda masih mengenal tarian tradisional dan filosofi yang terkandung dalam motif batik yang sering dikenakan?
Semarak Budaya Indonesia menjadi simpul penting dalam konteks ini. Acara ini tidak hanya untuk merayakan kesenian, tetapi juga menjadi media pendidikan yang memungkinkan generasi muda lebih dekat dengan tradisi warisan nenek moyang mereka.
Ketika anak-anak tampil menari menggunakan kebaya dan beskap, mereka tidak hanya menampilkan gerakan, tetapi juga mempelajari sejarah, nilai, dan filosofi yang ada di balik karya seni berbasis budaya tersebut.
Festival ini memberikan kesempatan bagi mereka untuk merasakan langsung keindahan budaya yang mungkin tidak ditemukan di ruang kelas. Pelestarian budaya bukan hanya tugas seniman, budayawan, atau pemerintah. Seluruh masyarakat memiliki peran penting menjaga dan merawat warisan budaya.
Salah satu langkah sederhana yang dapat dilakukan adalah dengan mendukung acara seperti Semarak Budaya Indonesia. Kehadiran masyarakat sebagai penonton dan pengunjung memberi energi bagi pelaku seni dan budaya lokal untuk terus berkarya.
Selain itu, membeli produk kerajinan tangan atau sekadar membagikan momen acara ini melalui media sosial dapat memberikan dampak positif yang lebih luas. Lebih dari itu, festival seperti ini juga membuka peluang bagi sektor ekonomi kreatif.
Para perajin, desainer busana, hingga pedagang makanan khas lokal mendapat kesempatan untuk menunjukkan hasil karya mereka kepada masyarakat luas. Bagi para pelaku usaha lokal, apresiasi dari masyarakat sangat berarti.
Dukungan ini memungkinkan mereka terus berkembang dan menghasilkan produk yang semakin berkualitas. Kota Solo, sebagai kota budaya, memiliki daya tarik yang besar bagi wisatawan.
Festival budaya seperti Semarak Budaya Indonesia tidak hanya membawa manfaat bagi warga lokal, tetapi juga mampu menarik perhatian wisatawan domestik maupun internasional.
Dengan pengelolaan yang tepat, acara semacam ini dapat menjadi daya tarik utama bagi sektor pariwisata yang pada akhirnya dapat meningkatkan perekonomian kota. Acara budaya bukan hanya tentang merayakan keberagaman, tetapi juga menyampaikan pesan bahwa dalam perbedaan terdapat kekuatan.
Melalui tarian, musik, dan busana tradisional yang dipamerkan, kita diajak lebih menghargai satu sama lain, menghormati perbedaan, dan merayakan keragaman yang menjadi kekuatan bangsa. Inilah esensi dari Semarak Budaya Indonesia yang harus dijaga dan dilestarikan bersama.
Momen seperti ini jangan hanya berhenti di panggung. Langkah selanjutnya adalah bagaimana mengintegrasikan pelestarian budaya dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, dengan mengadakan workshop tari atau musik tradisional di sekolah-sekolah atau memberi ruang bagi anak muda untuk bereksperimen dengan menggabungkan tradisi dan inovasi.
Di era digital ini, media sosial juga dapat dimanfaatkan sebagai platform untuk memperkenalkan dan menyebarkan budaya lokal. Bayangkan ketika konten budaya lokal mendominasi platform seperti Tiktok atau Instagram, bukan hanya tren dari luar negeri yang terus berkembang.
Semarak Budaya Indonesia adalah bukti bahwa keberagaman budaya dapat dirayakan dan dilestarikan di tengah dinamika zaman. Acara seperti ini perlu didukung, bukan hanya dengan hadir, tetapi juga dengan menjadi bagian dari gerakan pelestarian budaya yang lebih besar.
Pada akhirnya budaya bukan hanya milik seniman atau pemerintah. Budaya adalah milik kita bersama, warisan yang harus dijaga, dirawat, dan wariskan kepada anak cucu kita.
(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 20 Mei 2025. Penulis adalah mahasiswa Program Studi Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret)
Sentimen: neutral (0%)