Sentimen
Undefined (0%)
14 Mei 2025 : 13.33
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Semarang

Partai Terkait

Eksplorasi Logat dan Bahasa Khas Semarangan, Ada Kamso dan Ndes

14 Mei 2025 : 13.33 Views 11

Espos.id Espos.id Jenis Media: Jateng

Eksplorasi Logat dan Bahasa Khas Semarangan, Ada Kamso dan Ndes

Esposin, SEMARANG – Sebuah karya seni cetak (Artprint) bergambar Spencer Elden atau sosok bayi yang menjadi cover album milik Nirvana, Nevermind, tertempel di sudut tembok lantai dua gedung Monod Deep Huis & Co di kawasan Kota Lama Semarang, Jawa Tengah (Jateng).

Bagian yang mengusik mata dalam karya seni ini, terdapat gambar sandal jepit dan sampah plastik. Judulnya pun menarik, yakni “SEMARANG KALINE BANJIR.”

Di sudut berbeda, terdapat juga karya seni lain berupa komik frame tunggal, empat panel hingga lukisan digital dengan sentuhan kalimat menarik khas Semarangan.

Di antaranya: Dilarang Kamso (dilarang ketinggalan zaman), Senggel (berkelahi), Grak Grek (berbuat macam-macam), Ndes (gondrong kampungan), dan He eh ik (iya).

Karya-karya seni tersebut merupakan kreasi dari salah satu peserta pameran, yaitu SMK Negeri 4 Semarang.

Lahir melalui tangan 19 pelajar, belasan anak muda itu berhasil membalut problematik yang terus berkecamuk di Ibu Kota Jawa Tengah dengan bahasa khas Kota Semarang.

Kala Espos berkunjung pada Selasa (13/5/2025) malam, belasan pelajar dari SMK Negeri 4 Semarang terlihat serius menata stand mereka, salah satunya ialah Muhammad Rifki Maulana. Di atas meja tersusun rapi kaus, tumbler, mug, dan aneka produk lainnya.

“Kami angkat tema pesisir Kota Semarang dan bahasa-bahasa khas Semarangan,” kata Rifki sembari menunjukan tumbler dengan gambar yang mengandung makna tentang minuman Congyang.

Selama lima bulan, Rifki dan 19 temannya bekerja keras untuk mempersiapkan pameran ini, mulai dari membuat 30 desain digital, mencetaknya, hingga mengemasnya dalam produk yang bisa dikenakan dan digunakan sehari-hari.

Apalagi, bagi mereka, pameran ini bukan sekadar tugas sekolah, melainkan panggung langka untuk menunjukkan bahwa anak SMK juga bisa jadi seniman.

“Pameran seperti ini penting. Jadi wadah berkarya dan membuka peluang. Siapa tahu dari sini bisa jadi jalan untuk masa depan kami,” ujar Siswa kelas XI itu sambil tersenyum.

Sementara itu, Asisten Kurator Craftopia Heritage, Maretha Handoyo, mengatakan pameran yang digelar mulai 13 hingga 17 Mei 2025 ini, tak hanya memamerkan seni. Namun juga memetakan potensi budaya lokal agar tak hilang dimakan waktu.

“Ada tujuh tema yang diangkat, mulai dari kisah laut membentuk sejarah pesisir kota, cerita mistik, arsitektur kolonial, potensi bahasa lokal hingga kekuatan cerita kuliner seperti lumpia sebagai simbol persaudaraan antarbudaya,” kata Maretha.

Dalam pameran Craftopia Heritage, lanjut Maretha, para seniman, pelajar, komunitas, dan kurator tak hanya membuat seni. Akan tetapi juga membicarakan strategi pelestarian, pengelolaan ruang publik, hingga potensi seni sebagai roda ekonomi baru.

Oleh karenanya, lewat Craftopia Heritage, Kota Lama Semarang tak hanya menjadi destinasi nostalgia. Namun berhasil menjelma menjadi ruang hidup yang disulap oleh kreativitas anak muda.

“Warisan budaya tak benda yang selama ini sering dilupakan, kini hadir dalam bentuk yang bisa dipakai, disentuh, dan dirasakan,” imbuhnya.

Sekadar untuk diketahui, sebanyak 1.723 karya dari 39 daerah di Jawa dan Bali memenuhi gedung tua bersejarah dalam pameran Craftopia Heritage.

Maka tak heran, setiap sudutnya penuh dengan instalasi visual, karya kriya, ilustrasi, hingga produk kreatif yang unik. Adapun pameran ini bisa dikunjungi tanpa biaya sepeserpun alias gratis!

Sentimen: neutral (0%)