Sentimen
Informasi Tambahan
Institusi: Universitas Indonesia
Kab/Kota: Bekasi, Solo
Tokoh Terkait
"Kenapa Miskin Bergaya?", Dedi Mulyadi Balas Aura Cinta Remaja Viral yang Kritik Pemerintah
Tribunnews.com
Jenis Media: News

"Kenapa Miskin Bergaya?", Dedi Mulyadi Balas Aura Cinta Remaja Viral yang Kritik Pemerintah
TRIBUNJATENG.COM - Beberapa waktu lalu viral seorang remaja yang mengunggah video mengritik pemerintah pasca rumahnya digusur.
Remaja tersebut bernama Aura Cinta yang yang dibongkar akibat kebijakan normalisasi sungai yang dijalankan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi.
Dalam unggahan videonya Aura Cinta menyuarakan keluhan dan kekecewaannya.
Ia menyebut pembongkaran terjadi tanpa komunikasi atau pemberitahuan yang layak.
Aura Cinta juga menyoroti proyek-proyek besar pemerintah yang menurutnya justru menyulitkan rakyat kecil.
Selain protes penggusuran rumahnya, di depan Dedi Mulyadi Aura Cinta juga mempertanyakan kebijakan larangan study tour dan perpisahan sekolah.
Aura Cinta yang merupakan calon mahasiswi Universitas Indonesia itu meminta Dedi Mulyadi mengkaji kembali larangan tersebut.
Pasalnya perpisahan merupakan kenangan terakhir dirinya dan teman-temannya di masa SMA.
Saat menyuarakan pendapatnya, Dedi Mulyadi menyinggung kondisi ekonomi keluarga Aura Cinta.
"Tinggal aja di bantaran sungai, tapi gaya hidup begini (tinggi) ini kan harus diubah rakyatnya.
Sekarang teriak-teriak minta penggantian, saya kalau tega-tegaan saya layak ganti gak?
Tanah tanah negara, kebutuhan untuk rakyat, proyek kabupaten (Bekasi), terus kemudian saya ngapain ngeluarin uang Rp 10 juta buat ibu,
udah kasihin orang miskin aja yang lain," kata Dedi Mulyadi.
"Saya juga miskin," timpal ibu Aura yang merupakan asli Solo, Jawa Tengah.
"Kenapa miskin gayanya kayak orang kaya," kata Dedi Mulyadi.
Dedi mengatakan dengan gaya Aura yang sinis mengkritik kebijakan larangan perpisahan sekolah, seharunya disesuaikan dengan kemampuan ekonomi.
"Anak ibu kalau modelnya begini gak bisa. Kan harus dibenerin, rumah gak punya, sekarang ngontrak udah punya?"
"Udah nyicil berapa bulan," katanya.
Dedi Mulyadi menganggap keluarga Aura masuk dalam kategori mampu.
"Udah saya gak usah bantu ibu deh. Karena ibu mapan, orang sekolah aja pengen ada wisuda, berarti kan punya kemampuan. Saya gak usah bantu yah," kata Dedi Mulyadi.
Mendengar tak akan dapat uang kerohiman dari Dedi Mulyadi, Aura Cinta langsung bersuara.
"Gak gitu pak, waktu bikin video TikTok bukan untuk minta kerohiman. Saya cuma minta keadilan aja.
Waktu digusur itu gak ada musyawarah cuma ada stapol pp datang," kata Aura.
Dedi Mulyadi pun mengatakan bagaimana jika kondisinya diballik.
"Saya balik pertanyaannya, tinggal di tanah orang harus bayar gak?
Kalau saya balik nuntut pemdanya suruh minta tagihan dihitung berapa tahun ke belakang bayar tipa tahun," tambah Dedi Mulyadi.
Aura justru memintta Dedi melihat latar belakang ekonomi keluarganya.
"Ya bapak kan bisa lihat latar belakang saya miskin atau gak terus mampu bayar apa gak," kata Aura.
"Kamu miskin gak ?" tanya Dedi Mulyadi.
"Iya, saya mengakui," kata Aura.
"Kenapa miskin hidup bergaya? Sekolah harus perpisahan. Kamu kan miskin kenapa orang miskin gak prihatin?" tanya Dedi.
Aura menjelaskan ia hanya meminta kebijakan agar perpisahan sekolah tetap diizinkan karena tidak semua setuju.
"Gini pak mohon maaf ya pak saya bukan menolak kebijakan bapak apapun itu saya mendukung cuma jangan dihapus pak.
Gak semua orang bisa menerima terus kalau misal wisuda dihapus terus bapaknya juga minta pajak ke saya padahal saya miskin," kata Aura.
Mendengar itu, Dedi Mulyadi pun memberi jawaban pedas.
"Bukan minta pajak. Saya balik, anda miskin tapi jangan sok kaya. Orang miskin tuh prihatin membangun masa depan seluruh pengeluaran ditekan.
Digunakan untuk yang positif, bisnis, pengembangan diri. Lah ini rumah gak punya, tinggal di bantaran sungai.
Orang tua yang lain itu menyambut gembira ketika wisuda dihapus, keluarga ini menolak wisuda dihapus, ya kalau gitu saya gak usah kasih kerohiman," jelas Dedi Mulyadi.
Ibu Aura Cinta juga mengaku membutuhkan uang kerohiman itu untuk membayar kontrakan.
"Perlu uang gak? Kalau ibu buat ngontrak aja gak punya, ngapain protes wisuda harus ada.
Kan logika harus ada, hidup tuh jangan sombong. Ibu buat ngontrak aja gak punya, tapi ibu merasa wisuda lebih penting.
Lebih penting mana kontrakan untuk tempat tinggal apa wisuda?
Anda teriak-teriak gak punya untuk ngontrak tapi satu sisi anaknya protes harus ada wisuda, saya kan pusing dengerinnya," kata Dedi Mulyadi. (*)
Sentimen: positif (50%)