Sentimen
Positif (98%)
27 Apr 2025 : 16.37
Informasi Tambahan

Agama: Kristen

Kab/Kota: Jati, Kartini, Salatiga, Sintang

Tokoh Terkait

Veronica Tan kepada UKSW dan Pemkot Salatiga: Perkuat Wastra Nusantara Hadapi Tiruan dari Luar

27 Apr 2025 : 16.37 Views 16

Tribunnews.com Tribunnews.com Jenis Media: News

Veronica Tan kepada UKSW dan Pemkot Salatiga: Perkuat Wastra Nusantara Hadapi Tiruan dari Luar

TRIBUNJATENG.COM, SALATIGA - Wastra Nusantara bukan sekadar kain tetapi warisan nilai, simbol kebudayaan, sumber kehidupan, dan ekspresi jati diri.

Inisiatif untuk meresmikan Komunitas Wastra di Salatiga tentu bukan seremonial belaka, tetapi memberikan makna dalam wastra nasional.

Tak hanya simbol budaya dan identitas, dalam setiap tenunan, goresan, canting, dan warna menemukan jejak perempuan tangan komunitas harmoni dengan alam juga ruang inovasi kolaborasi pemberdayaan ekonomi di keluarga.

Dalam wastra, menemukan titik temu antara tradisi dan teknologi, seni dan kebudayaan, nilai lokal dan pasar global.

Hal ini ditekankan Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia, Veronica Tan dalam Launching Komunitas Wastra Kota Salatiga yang digelar di kampus Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), Senin (21/4/2025) malam.

Bukan Sekadar Kain

Disampaikan Veronica Tan, warisan budaya terancam oleh wastra tiruan yang diproduksi secara massal.

Di saat yang sama, bumi terus diuji oleh krisis lingkungan yang juga berdampak pada kelangsungan wastra sebagai identitas dan sumber ekonomi keluarga.

“Di tengah tantangan ini, di Salatiga bersama menyaksikan gerakan yang hidup: parade seribu wastra dan launching komunitas wastra Nusantara."

"Ini bukan sekadar kain, melainkan warisan nilai, simbol budaya, dan sumber kehidupan."

"Dalam setiap tenunan dan canting, ada jejak perempuan, harmoni dengan alam, dan ruang inovasi,” lanjutnya.

Veronica Tan juga menekankan bahwa pelestarian wastra adalah bentuk bela negara yang relevan hari ini: merawat budaya, menciptakan nilai ekonomi, memperkuat peran perempuan, melibatkan laki-laki, melindungi anak, dan menjaga bumi sebagai warisan bersama.

Launching Komunitas Wastra Kota Salatiga yang menjadi bagian penting dari peringatan Dies Natalis ke-25 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi (Fiskom), sekaligus menyatukan semangat Hari Kartini dan Hari Bumi dalam satu gerakan nyata untuk menjaga warisan budaya Nusantara.

Wastra, berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti kain atau busana, bukan sekadar penutup tubuh, namun juga cerminan identitas budaya yang hidup dalam keseharian masyarakat dari berbagai etnis di Indonesia.

Launching komunitas ini menjadi penanda bahwa pelestarian budaya adalah tanggung jawab kolektif lintas generasi.

Mendukung Penuh

Dukungan juga diberikan oleh Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Kota Salatiga, Retno Robby Hernawan yang hadir dalam acara itu.

Dalam sambutannya, Ketua TP PKK Kota Salatiga menyatakan dukungan penuh terhadap komunitas ini sebagai upaya konkret untuk melibatkan generasi muda dalam pelestarian wastra.

“Salatiga memiliki kekayaan motif batik dan tenun yang luar biasa."

"Dengan keterhubungannya terhadap nilai perjuangan Kartini dalam merawat budaya lokal, saya sangat menyambut baik peluncuran Komunitas Wastra ini."

"Ini adalah ruang dialog, ruang cinta, dan ruang aksi untuk menjaga kain tradisional agar tidak hilang ditelan zaman,” ujarnya.

Dr Ir Arianti Ina Restiani Hunga, M.Si., pegiat wastra yang juga menjadi penggagas kegiatan ini menyampaikan bahwa wastra bukan hanya bernilai ekonomi, namun menyimpan doa dan cerita dari tangan-tangan perempuan Indonesia.

“Wastra adalah doa yang dijalin oleh ketekunan dan semangat."

"Kini saatnya bela negara bukan dengan senjata, tapi dengan inovasi dan kreativitas."

"Komunitas ini adalah panggilan itu,” tegas Arianti Ina Restiani Hunga yang juga dosen UKSW ini.

WASTRA NUSANTARA - Fashion show mahasiswa UKSW menggunakan Wastra Nusantara dalam Launcing Komunitas Wastra di Salatiga, Senin (21/4/2025).

Kontribusi UKSW

Rektor UKSW dalam sambutannya menyampaikan bahwa peluncuran komunitas ini merupakan bentuk kontribusi nyata kampus sebagai "Kampus Indonesia Mini" dalam merawat keberagaman budaya.

“Melalui komunitas ini, kami ingin menjembatani semangat pelestarian budaya dengan kolaborasi lintas sektor."

"Ini adalah bagian dari pengabdian UKSW bagi Indonesia,” tegasnya.

Sebagai puncak acara, para tamu undangan termasuk Wali Kota Salatiga, Ketua TP PKK, Rektor UKSW, hingga dosen dan mahasiswa, tampil dalam sesi fashion show wastra yang menampilkan berbagai motif batik dan tenun Nusantara di antaranya kain Pantang Sintang Kalimantan Barat dan Parahita Craft Salatiga.

Kegiatan ini sekaligus menjadi panggung ekspresi akan keragaman dan keindahan budaya Indonesia.

Launching Komunitas Wastra Kota Salatiga ditandai dengan penyerahan wastra oleh Rektor UKSW Profesor Intiyas Utami kepada Wali Kota Salatiga dr Robby Hernawan, Sp.OG., dan Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Kota Salatiga Retno Robby Hernawan.

Kegiatan ini juga menjadi momentum awal dari berbagai agenda budaya yang telah dirancang, termasuk expo kolaboratif bersama pengrajin tenun Indonesia dan PT Danar Hadi yang akan dimulai pada Mei 2025.

Selain Launching Komunitas Wastra Salatiga, rangkaian peringatan Dies Perak Fiskom UKSW juga diselenggarakan berbagai kegiatan yang sarat nilai budaya dan akademik.

Membuka rangkaian, diselenggarakan Parade Senja Seribu Wastra Nusantara yang diikuti 1.527 peserta.

Kegiatan ini juga mendapatkan penghargaan dari Lembaga Prestasi Indonesia Dunia (LEPRID).

Dies Perak Fiskom UKSW ini juga dimeriahkan dengan berbagai kegiatan lainnya seperti Lomba Foto dan Creative Video Competition untuk pelajar SMA/SMK, lomba call for paper, bazar UMKM, dan seminar.

Launching Komunitas Wastra Salatiga ini menjadi bukti nyata bahwa UKSW terus mendukung Sustainable Development Goals (SDGs) ke-4 pendidikan berkualitas.

Sebagai Perguruan Tinggi Swasta (PTS) terakreditasi Unggul, UKSW telah berdiri sejak 1956 dengan 15 fakultas dan 64 program studi di jenjang D3 hingga S3, dengan 28 Prodi Unggul dan A.

Terletak di Salatiga, UKSW dikenal dengan julukan Kampus Indonesia Mini, mencerminkan keragaman mahasiswanya yang berasal dari berbagai daerah.

Selain itu, UKSW juga dikenal sebagai "Creative Minority" yang berperan sebagai agen perubahan dan inspirasi bagi masyarakat. (*)

Sentimen: positif (98.5%)