Sentimen
Negatif (99%)
5 Mar 2025 : 20.07
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Denpasar

Tokoh Terkait

Mulai Tekan Diskriminasi Perempuan dengan Berbahasa

5 Mar 2025 : 20.07 Views 10

Medcom.id Medcom.id Jenis Media: Ekonomi

Mulai Tekan Diskriminasi Perempuan dengan Berbahasa

Jakarta: Berbicara perempuan, kesetaraan terhadap laki-laki belakangan ini sering kali disuarakan, baik itu di media sosial maupun melalui demonstrasi. Menurut wartawan senior Saur Hutabarat, diskriminasi terhadap perempuan harus dimulai dari berbahasa. "Saya tuh mengkhawatirkan bahwa label yang kita kasih perempuan dan laki-laki itu justru memperkuat diskriminasi. Contoh bangsawan dan bangsawati, negarawan tidak ada negarawati, rupawan tidak ada rupawati. Kenapa sampai ke kita ada taruna ada taruni?" kata Saur Hutabarat dalam pertemuan daring Forum Diskusi Denpasar 12 dengan tema patriotisme perempuan, Rabu, 5 Maret 2025. Ia mencontohkan bahwa kata taruna sebenarnya berartikan muda. Pun, ia juga menekankan bahwa karang taruna memiliki arti tempat untuk anak-anak muda. Namun, tak ada yang namanya karang taruni khusus perempuan. Jadi, ia menekankan bahwa mulailah dengan kebiasaan berbahasa. Baca juga: Ramai #KaburAjaDulu, Saur Hutabarat: Cuma Samar Pergi, Bukan Melarikan Diri Saur Hutabarat mengungkapkan bahwa anggapan bahasa yang membedakan antara laki-laki dan perempuan merupakan bentuk diskriminasi dan ketidaksetaraan terhadap sesama. Bahasa menjadi salah satu penyebab munculnya diskriminasi ini. Untuk mulai tidak melakukan diskriminasi, Sahur Hutabarat menyarankan untuk mulai dari berbahasa kepada sesama. Sebaiknya, tidak ada lagi menyebutkan anggapan bahasa yang membedakan laki-laki dan perempuan. "Jadi, saya berpandangan bahwa itu perlu dikoreksi mulai dari alam pikiran berbahasa. Contoh wartawan, ada wartawan ada wartawati. Tetapi tidak ada persatuan wartawati, adanya persatuan wartawan," jelas Saur Hutabarat. "Jadi terlalu diskriminasi dimulai dari cara kita berpikir, cara kita berbahasa. Itu dulu yang perlu dikoreksi," pungkasnya.

Jakarta: Berbicara perempuan, kesetaraan terhadap laki-laki belakangan ini sering kali disuarakan, baik itu di media sosial maupun melalui demonstrasi. Menurut wartawan senior Saur Hutabarat, diskriminasi terhadap perempuan harus dimulai dari berbahasa.
 
"Saya tuh mengkhawatirkan bahwa label yang kita kasih perempuan dan laki-laki itu justru memperkuat diskriminasi. Contoh bangsawan dan bangsawati, negarawan tidak ada negarawati, rupawan tidak ada rupawati. Kenapa sampai ke kita ada taruna ada taruni?" kata Saur Hutabarat dalam pertemuan daring Forum Diskusi Denpasar 12 dengan tema patriotisme perempuan, Rabu, 5 Maret 2025.
 
Ia mencontohkan bahwa kata taruna sebenarnya berartikan muda. Pun, ia juga menekankan bahwa karang taruna memiliki arti tempat untuk anak-anak muda. Namun, tak ada yang namanya karang taruni khusus perempuan. Jadi, ia menekankan bahwa mulailah dengan kebiasaan berbahasa.

Baca juga: Ramai #KaburAjaDulu, Saur Hutabarat: Cuma Samar Pergi, Bukan Melarikan Diri
 
Saur Hutabarat mengungkapkan bahwa anggapan bahasa yang membedakan antara laki-laki dan perempuan merupakan bentuk diskriminasi dan ketidaksetaraan terhadap sesama. Bahasa menjadi salah satu penyebab munculnya diskriminasi ini.
 
Untuk mulai tidak melakukan diskriminasi, Sahur Hutabarat menyarankan untuk mulai dari berbahasa kepada sesama. Sebaiknya, tidak ada lagi menyebutkan anggapan bahasa yang membedakan laki-laki dan perempuan.
 
"Jadi, saya berpandangan bahwa itu perlu dikoreksi mulai dari alam pikiran berbahasa. Contoh wartawan, ada wartawan ada wartawati. Tetapi tidak ada persatuan wartawati, adanya persatuan wartawan," jelas Saur Hutabarat.
 
"Jadi terlalu diskriminasi dimulai dari cara kita berpikir, cara kita berbahasa. Itu dulu yang perlu dikoreksi," pungkasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

(TIN)

Sentimen: negatif (99.6%)