Sentimen
Informasi Tambahan
Agama: Islam
Event: Perang Dunia II
Kab/Kota: Ambon, Kediri
Tokoh Terkait
Oei Hok San, Tionghoa Veteran 45 yang Terlupakan... Nasional 29 Januari 2025
Kompas.com Jenis Media: Nasional
Oei Hok San, Tionghoa Veteran 45 yang Terlupakan... Tim Redaksi JAKARTA, KOMPAS.com - Mungkin sekarang banyak yang tidak mengetahui siapa sosok Oei Hok San , Veteran Pejuang Kemerdekaan 1945. Dia adalah mantan Tentara Pelajar (TP) di Kediri, Jawa Timur. Dilansir dari buku "Tionghoa Dalam Sejarah Kemiliteran : Sejak Nusantara Sampai Indonesia" (2015), Oei Hok San disebut merupakan sosok yang terlupakan. Dalam buku ini digambarkan bahwa Veteran Pejuang Kemerdekaan itu tengah dalam kondisi memprihatinkan di usia senjanya. Buku yang ditulis Iwan Santosa ini menyebutkan bahwa Oei Hok San yang saat itu berusia 86 tahun hanya mengenakan celana rombeng berlubang dengan kemeja lusuh saat ditemui. Kakek tua berdarah Tionghoa ini tinggal di gubuk berdinding gedek yang atapnya bocor di sana-sini. Gubuk yang disewa itu terletak di sudut Kota Tulung Agung, pelosok Jawa Timur. Gubuk yang disewa Oei Hok San itu berada di belakang garasi sebuah perusahaan bus di Kelurahan Kedung Waru, Kecamatan Kedung Waru, Jalan Pahlawan, Kota Tulung Agung. Dengan lirih, Oei Hok San menceritakan bahwa terdapat 350-an pejuang yang ditembak mati Belanda di dua buah toko dan sebuah gudang di Tulung Agung. Dia bilang, sebanyak 300 pejuang di kota ini yang ditembak mati saat itu merupakan suku Jawa, sementara 50 pejuang lainnya adalah suku Tionghoa. Oei Hok San menuturkan, semasa perang kemerdekaan pada tahun 1945 sampai dengan tahun 1949, banyak pejuang Indonesia yang berasal dari suku Tionghoa. Mereka terlibat dalam pertempuran melawan Belanda, baik di garis depan, garis belakang, maupun di daerah pendudukan Belanda. Para veteran tersebut dapat ditemui di berbagai daerah Indonesia. Dalam pertemuan ini, Oei Hok San pun menceritakan sosok ayahnya, Oei Djing Swan, yang pernah memerintahkan seorang pejuang bernama Tan Bun Yin untuk membalas dendam kematian Dokter Tan Ping Djiang. Berdasarkan cerita sang ayah, seorang Mayor KL (Koninklijk Leger) menembak mati Dokter Tan Ping Djiang, yang seorang republiken, lantaran menentang Belanda saat Perang Dunia II terjadi di tahun 1949. Sebab, Dokter Tan yang beristrikan seorang perempuan Belanda itu memerintahkan komandan Belanda untuk memberitahukan mantan Gubernur Jenderal Hindia Belanda HJ van Mook bahwa Indonesia dan Asia sudah merdeka. Pernyataan ini disampaikan Dokter Tan kepada Komandan Belanda setelah Jepang yang sempat menduduki Indonesia menyerah dari serangan sekutu di Perang Dunia II. "Kasih tahu van Mook, Indonesia sudah merdeka. Belanda silakan mundur dari Indonesia," kata Hok San, menirukan ucapan Dokter Tan Ping Djiang. Akibat seruan itu, Dokter Tan pun ditembak mati serdadu Belanda dari Princess Irene Brigade. Setelah kematian ini, Mayor Belanda yang memerintahkan eksekusi Dokter Tan ditembak dari jarak dekat di Restoran Baru di dalam Kota Tulung Agung, sebelah barat alun-alun, oleh Tan Bun Yin atas suruhan ayah Hok San. Saat Belanda menduduki Tulung Agung, aksi pembersihan terhadap unsur republiken pun terjadi. Para pemuda Jawa dan Tionghoa yang berjuang, dikumpulkan di Gudang OTB, Toko Perca, dan Gudang Kobong. Mereka diberondong peluru tentara Belanda di sana. Meskipun telah berjuang untuk Indonesia, tidak ada sebuah monumen pun didirikan bagi mereka. Ardian Purwoseputro, seorang yang aktif membuat dokumenter sejarah di Jawa Timur, mengakui, di kalangan sesepuh TP dan Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP) Jawa Timur, banyak komandan Tionghoa terlibat dalam perjuangan di garis depan di Front Jawa Timur. Perjuangan para veteran pejuang berdirinya Republik Indonesia itu salah satunya berada di Tulung Agung. Dalam perjalanan hidupnya, Oei Hok San sempat bergabung dengan Batalyon 507-Sikatan. Dia ikut operasi penumpasan Republik Maluku Selatan (RMS) di Ambon. Turunan Tionghoa ini juga ikut dalam perang pemberantasan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) di Makassar dan Jawa Barat. Selain itu, Oei Hok San juga ikut di dalam Operasi Mandala-Trikora untuk merebut Irian Barat. Copyright 2008 - 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Sentimen: negatif (100%)