Sentimen
Informasi Tambahan
Hewan: Monyet
Kab/Kota: Tiongkok, Washington, Wuhan
Kasus: covid-19
Donald Trump Ingin AS Keluar dari Keanggotaan, WHO Ingatkan 'Kenangan Manis' saat Atasi Cacar - Halaman all
Tribunnews.com Jenis Media: Kesehatan
TRIBUNNEWS.COM,JENEWA -- Keputusan mengejutkan diungkapkan Donald Trump, Presiden Amerika Serikat (AS), Senin (20/1/2025). Ia memerintahkan negara yang sekarang dipimpinnya keluar dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
WHO pun buka suara terkait pernyataan yang diungkapkan Trump usai resmi dilantik sebagai Presiden AS.
Melalui keterangan tertulis, WHO merespon pernyataan Trump.
WHO menyesalkan pengumuman penarikan diri Amerika Serikat dari organisasi tersebut. Lembaga ini bahkan ungkap 'kenangan manis' bersama negara besar ini dalam upaya pemeberantasan penyakit dan membangun sistem kesehatan global.
Berikut ulasan Tribunnews.com.
Amerika dan Perannya Pada Sejarah Berdirinya WHO
Masih dikutip dari keterangan tertulisnya, WHO mengenang sejarah berdirinya lembaga ini dan peran Amerika Serikat.
Amerika termasuk jajaran negara anggota WHO yang berperan dalam terbentuknya organisasi ini pada tahun 1948.
Terhitung sejak tahun itu, Amerika Serikat dan telah berpartisipasi dalam membentuk dan mengatur kerja WHO.
Amerika bersama dengan 193 Negara Anggota lainnya memiliki peran penting.
Termasuk melalui partisipasi aktifnya dalam Majelis Kesehatan Dunia dan Dewan Eksekutif.
Kenangan Manis WHO dan Amerika Serikat
WHOt. (CBS News)WHO menjelaskan bagaimana kolaborasi Amerika di Lembaga ini begitu banyak meninggalkan 'kenangan manis'.
WHO bersama negara-negara anggota termasuk Amerika memainkan peran penting dalam melindungi kesehatan dan keamanan masyarakat dunia.
Perlindungan ini juga dirasakan manfaatnya untuk warga Amerika.
WHO menandai kolaborasi ini salah satunya ialah upaya merespons keadaan darurat kesehatan seperti wabah penyakit.
Selama lebih dari tujuh dekade, WHO dan Amerika Serikat telah menyelamatkan banyak nyawa dan melindungi warga Amerika dan semua orang dari ancaman kesehatan.
Diantara kenangan manis iyu adalah pemberantasan wabah cacar dan polio.
Monkeypox atau cacar monyet (freepik)
"Bersama-sama, WHO dan AS mengakhiri penyakit cacar, dan bersama-sama kita membawa polio ke ambang pemberantasan. Institusi-institusi Amerika telah berkontribusi dan memperoleh manfaat dari keanggotaan WHO," tulis WHO dilaman resminya, Selasa (22/1/2025).
Data berbagai sumber, pada 2022 lalu, Amerika tercatat sebagai satu dari kawasan yang paling terdampak wabah cacar monyet.
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus kepada wartawan di Jenewa pada Rabu (27/7/2022) menyatakan hal ini.
Pada tahun sama, di bulan Agustus mengutip Our World in Data, kasus positif cacar monyet di skala global Amerika Serikat menjadi negara dengan kasus terkonfirmasi tertinggi dalam skala global.
Dengan partisipasi Amerika Serikat dan Negara Anggota lainnya, WHO selama 7 tahun terakhir telah menerapkan rangkaian reformasi terbesar dalam sejarahnya, untuk mengubah akuntabilitas, efektivitas biaya, dan dampaknya di berbagai negara.
Oleh sebab itu, WHO berharap Amerika Serikat tetap ada di organisasi ini.
"Kami berharap Amerika Serikat akan mempertimbangkan kembali dan kami berharap dapat terlibat dalam dialog konstruktif untuk mempertahankan kemitraan antara Amerika Serikat dan WHO, demi kepentingan kesehatan dan kesejahteraan jutaan orang di seluruh dunia," lanjut keterangan tersebut.
AS Keluar dari Keanggotaan WHO Adakah Dampaknya untuk Indonesia?
Menteri Kesehatan RI (Menkes) Budi Gunadi Sadikin saat wawancara eksklusif dengan Direktur Pemberitaan Tribun Network, Febby Mahendra Putra di Kantor Kementerian Kesehatan, Jakarta, Senin(18/11/2024). (Tribunnews/Jeprima)Menteri Kesehatan RI (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan, penarikan diri Amerika Serikat dari keanggotaan WHO tidak memiliki dampak langsung terhadap Indonesia.
Sekalipun soal pendanaan, Budi menyebut hal ini tidak signifikan berdampak kepada Indonesia.
Indonesia hanya mendapat porsi sedikit pembiayaan tersebut.
Diketahui, Amerika Serikat banyak menyumbang WHO untuk melakukan pencegahan penyakit menular dinegara-negara berkembang di Asia Tenggara .
"Itu berdampak pada pendanaan WHO. Di RI nggak terlalu banyak dapat dari WHO," kata dia saat ditemui di kantornya, Jakarta, Rabu (22/1/2025).
Trump Kritik WHO, Merasa Ditipu Soal Covid-19 dan Memilih Keluar
Ramai sebelumnya, pernyataan mengejutkan dari Donald Trump. Ia Trump mengumumkan AS keluar dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Pernyataan resmi ini dilontarkan dari Gedung Putih pada Senin (20/1/2025) waktu setempat.
Mengutip dari BCC, kebijakan itu diumumkan pada Senin (20/1/2025) melalui penandatangan perintah eksekutif.
Apa dampaknya pada kelangsungan sistem kesehatan dunia? Berikut ulasannya
Banyak yang menduga jika efek pertama keluarnya Amerika Serikat (AS) sebagai anggota WHO ialah pada pendanaan dan anggaran WHO.
Induk kesehatan dunia milik PBB itu berulang kali dikritik Trump atas penanganannya terhadap pandemi Covid-19.
Beberapa jam setelah pelantikan, Trump berujar bahwa AS membayar jauh lebih banyak ke WHO daripada China.
"(Badan) Kesehatan Dunia menipu kita," lanjutnya, dikutip Kompas.com.
Trump sering mengkritik cara badan internasional tersebut menangani Covid-19 dan memulai proses penarikan diri dari lembaga yang berbasis di Jenewa tersebut selama pandemi.
Sayangnya saat masa Presiden Joe Biden, Biden membatalkan keputusan itu.
“WHO sangat menginginkan USA kembali, jadi dilihat saja apa yang terjadi,” kata Trump.
Trump beralasan jika AS menarik diri karena kesalahan organisasi tersebut dalam menangani pandemi Covid-19 yang muncul di Wuhan, Tiongkok, dan krisis kesehatan global lainnya, kegagalan organisasi tersebut untuk mengadopsi reformasi yang sangat diperlukan, dan ketidakmampuannya untuk menunjukkan kemandirian.
Trump menuduh WHO bias terhadap Tiongkok dalam cara mereka mengeluarkan pedoman selama wabah ini terjadi.
Jadi Penyandang Dana Terbesar, Trump Pernah Berupaya Bawa AS Keluar dari WHO
Tindakan ini merupakan kali kedua Trump memerintahkan AS keluar dari WHO.
Awalnya, ia berupaya membawa AS keluar dari WHO saat masa jabatan pertamanya.
Trump sebagai presiden ke-45 AS menuduh WHO dipengaruhi China selama awal pandemi.
Sehari setelah dilantik, Presiden AS Donald Trump mempertimbangkan rencana untuk memberlakukan tarif sebesar 10 persen pada impor barang-barang buatan Tiongkok, berlaku mulai 1 Februari 2025. (CNBC International)
Namun, upaya Trump dibatalkan oleh Joe Biden setelah politisi Demokrat itu menang pemilihan presiden atau pilpres AS 2020.
AS Jadi Donatur Terbesar, Trump Perintahkan Stop Transfer Dana ke WHO
Pada keputusannya kali ini, Trump meneken perintah eksekutif yang memerintahkan badan-badan terkait menghentikan sementara transfer dana, dukungan, atau sumber daya Pemerintah AS ke WHO.
Amerika Serikat adalah donatur terbesar bagi organisasi yang berkantor pusat di Jenewa, Swiss, tersebut.
Dukungan finansial AS sangat penting bagi operasional WHO.
Di bawah pemerintahan Biden, AS terus menjadi penyandang dana terbesar bagi WHO dan pada tahun 2023 menyumbang hampir seperlima anggaran badan tersebut.
Anggaran tahunan organisasi ini adalah $6,8 miliar (£5,5 miliar).
Efek untuk Amerika Jika Keluar dari WHO
Pakar kesehatan masyarakat mengkritik keputusan Trump untuk keluar dari WHO, dan memperingatkan bahwa mungkin ada konsekuensi bagi kesehatan masyarakat Amerika.
Beberapa orang berpendapat bahwa langkah ini memutus kemajuan AS dalam memerangi penyakit menular seperti malaria, tuberkulosis, dan Hiv & Aids.
"Ini adalah keputusan presiden yang sangat dahsyat. Penarikan diri dari program ini merupakan luka yang sangat menyedihkan bagi kesehatan dunia, namun luka yang lebih dalam bagi Amerika Serikat," kata pakar kesehatan masyarakat global dan profesor di Universitas Georgetown, Lawrence Gostin.
Jika Amerika keluar dari WHO, akan memicu restrukturisasi besar-besaran lembaga itu dan dapat mengganggu rencana-rencana kesehatan global.
Pengamat kesehatan Prof Tjandra Yoga Aditama. (istimewa)
Kabinet Trump juga mengumumkan rencana meninjau dan membatalkan Strategi Keamanan Kesehatan Global AS 2024, yang dirancang Biden untuk mencegah, mendeteksi, serta menanggapi ancaman penyakit menular.
AS keluar dari WHO saat kekhawatiran dunia meningkat mengenai pandemi flu burung (H5N1). Puluhan orang terinfeksi dan satu pasien meninggal di Amerika Serikat.
Negara-negara anggota WHO sejak akhir 2021 merundingkan perjanjian pertama di dunia tentang pencegahan, kesiapsiagaan, dan tanggapan pandemi.
Dengan keluarnya AS, negosiasi akan dilanjutkan tanpa partisipasi Washington.
Amerika Keluar dari WHO Bakal Berdampak pada Situasi Kesehatan Dunia?
Keputusan Presiden Trump yang mengeluarkan Amerika Serikat dari keanggotaaan WHO menimbulkan kekhawatiran pada situasi kesehatan global.
Hal ini disampaikan Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara Prof Tjandra Yoga Aditama di Jakarta, Selasa (21/1/2025).
Ia menuturkan, Amerika Serikat mempunyai berbagai pusat kajian kesehatan yang diakui dunia seperti Center of Diseases Control and Prevention (CDC), National Institute of Health (NIH) dan lainnya.
"Bagaimana peran berbagai organisasi ini sesudah Amerika Serikat menarik diri dari WHO," ujar Prof Tjandra.
Banyak pakar Amerika Serikat yang aktif dalam kesehatan global, termasuk bekerja di World Health Organization (WHO).
Ada berbagai Universitas ternama di Amerika Serikat yang bergerak dalam kesehatan global pula.
"Tentu patut ditelusuri bagaimana peran para pakar ini di kesehatan global kelak, sehubungan dengan kebijakan Trump di hari pertama kerjanya ini," kata dia.
Lebih jauh, aspek pendanaan dan anggaran WHO terkena dampak cukup bermakna jika kontribusi dari Amerika Serikat dihentikan.
Amerika Serikat sudah lama dikenal sebagai donatur WHO.
Imbasnya, apakah kondisi setelah ini tetap bisa terjaga kesehatan dunia.
Situasi kesehatan dunia akan jadi perhatian penting karena besarnya jumlah penduduk Amerika Serikat, yang juga banyak melakukan perjalanan ke berbagai negara di dunia.
Kondisi ini membawa dampak dalam pengawasan perjalanan kesehatan internasonal.
"Harus ditunggu bagaimana implementasi atau eksekusi keputusan itu, apakah akan ada waktu tertentu sampai ini benar-benar terlaksana. Pernah ada informasi bahwa prosesnya akan memakan waktu 1 tahun, tetapi mungkin saja situasinya berbeda kini," kata direktur pascasarjana RS YARSI ini.
(Tribunnews.com/Anita K Wardhani/Rina Ayu/Rizki Sandi Saputra/BBC/Kompas.com)
Sentimen: positif (99.9%)