Sentimen
Tingkatkan Daya Beli
Espos.id Jenis Media: Kolom
Mayoritas warga negeri ini, bisa jadi, memasuki 2025 dengan waspada. Ini sikap yang wajar karena ketidakpastian masih mengemuka di mana-mana. Waspada bukan berarti tidak optimistis.
Pada awal tahun selayaknya optimisme selalu diapungkan, namun kali ini optimisme memang diikuti banyak catatan. Data Lembaga Penjamin Simpanan atau LPS menunjukkan kini rata-rata saldo rekening di kelompok nasabah dengan nilai tabungan di bawah Rp100 juta—berarti 90% dari mayoritas masyarakat Indonesia—terus menurun dari 2019 hingga 2024.
Pada awal 2019, rata-rata saldo rekening kelompok ini Rp3 juta. Pada 2024, rata-rata saldo rekening kelompok ini menurun menjadi Rp1,8 juta. Data Center of Economics and Law Studies (Celios) menunjukkan dalam beberapa tahun terakhir jumlah pekerja informal di Indonesia meningkat.
Hingga akhir 2024 jumlah pekerja informal sekitar 59%. Angka itu meningkat jika dibandingkan pada 2020 yang hanya 56%. Sebagian warga menjadikan pekerjaan informal itu sebagai sampingan atau sambilan.
Dalam jangka panjang kondisi ini mengkhawatirkan karena pekerja formal makin berkurang dan makin banyak pekerja dengan keuangan yang terbatas. Mengendalikan konsumtivisme jadi pilihan terbaik.
Konsumtivisme adalah tingkah laku yang cenderung mengutamakan pengeluaran dan pembelian barang. Kala ada produk baru, walau sebenarnya tak butuh-butuh amat, selalu membeli, apalagi ketika masa promosi dan banyak diskon.
Pada masa yang penuh ketidakpastian, hal demikian harus dikendalikan, harus dikurangi secara signifikan. Dana untuk konsumtivisme dialihkan menjadi tabungan.
Masyarakat perlu menyadari data tentang preferensi mereka telah terekam dalam big data yang kini makin lazim. Para praktisi pemasaran makin bersahabat dengan alat-alat canggih untuk menunjang riset pemasaran.
Artinya kemajuan teknologi mempermudah pemasaran, namun juga berpeluang menjerumuskan masyarakat ke tindakan konsumtivisme yang makin menjadi-jadi. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebenarnya memiliki agenda untuk memberi arahan tentang penggunaan dana pribadi.
Seri edukasi OJK tak pernah habis mengikuti perkembangan tantangan pengelolaan keuangan. Nyatanya hal ini tak selaras dengan kenyataan. Data Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) yang dipublikasikan OJK Agustus 2024 menunjukkan indeks literasi keuangan penduduk Indonesia sebesar 65,43%, sementara indeks inklusi keuangan sebesar 75,02%.
Meningkatkan daya beli, yang sepaket dengan mengendalikan konsumtivisme, menjadi langkah berikutnya. Persoalan ini tentu membutuhkan dukungan kebijakan makro dan mikro. Jatah pemerintah tentu stimulus dan intervensi kebijakan.
Pemerintah mengalokasikan stimulus, antara lain, bantuan beras untuk 16 juta penerima bantuan pangan masing-masing 10 kilogram per bulan dan diskon 50% untuk pelanggan listrik dengan daya maksimal 2.200 Watt.
Jatah warga negara, ya, bersiasat agar tabungan bertambah banyak, pengeluaran terhemat, tidak besar pasak daripada tiang.
Sentimen: neutral (0%)