Sentimen
Undefined (0%)
31 Des 2024 : 18.43
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Bogor, Semarang

Tokoh Terkait
Bima Arya

Bima Arya

80 Ha Sawah di Semarang Kekurangan Air, Wamendagri Soroti Irigasi yang Buruk

31 Des 2024 : 18.43 Views 12

Espos.id Espos.id Jenis Media: Jateng

80 Ha Sawah di Semarang Kekurangan Air, Wamendagri Soroti Irigasi yang Buruk

Esposin, SEMARANG – Wakil Menteri Dalam Negeri (Wamendagri) Bima Arya Sugiarto menyoroti sistem irigasi pertanian di Kelurahan Mangkang Wetan, Kecamatan Tugu, Kota Semarang, Jawa Tengah. Buruknya sistem irigasi membuat 80 hektare lahan pertanian di sana kekurangan air.

Mantan Wali Kota Bogor tersebut membeberkan buruknya sistem irigasi di lokasi itu disebabkan oleh normalisasi Sungai Beringin. Padahal tujuan normalisasi sungai itu untuk mencegah bencana banjir.

“Di sini ada 40 hektare, di sana ada 40 hektare. Jadi keseluruhan ada 80 hektare lahan pertanian [di Kelurahan Mangkang Wetan] yang kekurangan air,” kata lelaki yang akrab disapa Arya tersebut kepada awak media, Selasa (31/12/2024).

Melihat kondisi seperti itu, Arya mendorong Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang untuk mengusulkan perbaikan irigasi pada tahun 2025. Menurutnya, sudah ada dua juta hektare lahan pertanian yang terverifikasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Kementerian Pertanian untuk dibangun irigasi pada tahun 2025.

Perbaikan irigasi tersebut diharapkan bisa mengoptimalkan lahan pertanian. Sehingga para petani bisa panen sebanyak tiga kali dalam setahun.

“Misal satu hektare bisa panen enam ton. Jadi hasil panennya bisa untuk kebutuhan masyarakat maupun dibeli Bulog untuk dipasarkan. Hal ini juga penting untuk swasembada pangan,” paparnya.

Lebih lanjut, Arya membocorkan bahwa Kemenko Pangan memiliki anggaran sebesar Rp22 triliun untuk memperbaiki irigasi pertanian di seluruh Indonesia sebayak dua juta hektare.

“Total estimasi kebutuhan hampir tiga juta hektare, setelah diverifikasi bisa fokus untuk kapasitas produksi padi itu sekitar dua juta,” imbuhnya.

Sementara itu, seorang petani, Hayat, mengaku sudah tiga tahun terakhir lahan pertanian miliknya seluas 2,3 hektare tidak bisa ditanami akibat kekurangan air. Dia menjelaskan jika kondisi irigasi memadai, Hayat bisa panen sebanyak dua kali dalam setahun.

“Kalau gagal panen, itu masih mending. Setidaknya kami bisa menanam walau hasilnya nihil. Tapi ini? Kami bahkan tidak bisa menanam apa-apa,” ungkapnya.

Hayat lantas mengutarakan normalisasi sungai memang berhasil mengendalikan banjir. Namun permasalahan lainnya muncul, saluran irigasi ke lahan pertanian menjadi kering.

“Setiap musim dua hektare sawah saya bisa menghasilkan sekitar Rp50 juta. Kalau dihitung dalam setahun kami kehilangan sekitar Rp100 juta. Itu baru saya sendiri. Bayangkan kerugian total petani lain di sini,” tukasnya.

Sentimen: neutral (0%)