Sentimen
Undefined (0%)
30 Des 2024 : 22.04

Pelemahan Rupiah di Akhir Tahun Tak Terelakkan, Pengaruh Eksternal Masih Kuat

30 Des 2024 : 22.04 Views 24

Espos.id Espos.id Jenis Media: Bisnis

Pelemahan Rupiah di Akhir Tahun Tak Terelakkan, Pengaruh Eksternal Masih Kuat

Espos.id, JAKARTA - Pengamat pasar uang Ariston Tjendra mengatakan pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) jelang akhir tahun tidak terelakkan. “Pergerakan rupiah yang melemah jelang akhir tahun tak terelakkan karena sentimen penguat dolar jelang akhir tahun masih belum hilang dan belum ada sentimen positif yang membalikkan itu,” ujarnya , Senin (30/12/2024).

Berdasarkan faktor dari dalam negeri, pasar disebut cukup skeptis dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan. Hal ini didasari antara lain karena penurunan daya beli kelas menengah, keputusan pemberlakuan pajak pertambahan nilai (PPN) 12%, dan lainnya. Di sisi lain, lanjut dia, ekonomi AS terlihat masih cukup solid sehingga menurunkan peluang pemangkasan suku bunga acuan yang lebih besar.

Ekspektasi program ekonomi Presiden AS terpilih Donald Trump yang bisa menuai perang dagang dan memantik konflik geopolitik juga mendorong pelaku pasar masuk ke aset dolar AS sebagai aset aman. “Hingga akhir tahun, rupiah bisa bertahan di atas Rp16.100 terhadap dolar AS,” ungkap Ariston.

Sementara pada akhir perdagangan Senin, rupiah menguat 92 poin atau 0,57% menjadi Rp16.143 per dollar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.235 per dollar AS. Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia turut menguat ke level Rp16.162 per dollar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.251 per dollar AS. 

Analis mata uang Doo Financial Futures, Lukman Leong, mengatakan defisit perdagangan Amerika Serikat (AS) menguatkan nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dollar AS hari ini. “Dollar AS terpantau terkoreksi setelah data menunjukkan defisit perdagangan yang lebih besar dari perkiraan pada hari Jumat, yakni -102,86 miliar dolar AS dari perkiraan -US$100,7 miliar ,” ujarnya. Penguatan rupiah juga dipengaruhi minimnya aktivitas perdagangan dan rilis data-data penting dari sektor ekonomi.

Di sisi lain, dia menyoroti sentimen yang masih belum membaik terhadap rupiah akibat masyarakat khawatir pemberlakuan pajak pertambahan nilai (PPN) 12 persen pada tahun 2025 akan menekan daya beli rakyat semakin rendah. Lukman menilai kurs rupiah sulit kembali ke kisaran Rp15.000 karena dollar AS diperkirakan masih akan terus melanjutkan penguatan terhadap semua mata uang dunia. “Ekonomi AS yang masih solid, inflasi AS yang masih bertahan, serta kebijakan proteksionisme Trump akan membuat tingkat suku bunga AS tetap tinggi,” ungkap dia.

Selain itu, ekonomi China yang masih lemah juga menjadi faktor nilai tukar rupiah berat kembali ke kisaran Rp15 ribu per dolar AS. "Ekonomi China yang masih lemah juga tidak membantu rupiah, karena China sendiri juga akan melemahkan Yuan tahun depan untuk antisipasi kebijakan ekonomi AS,” kata Lukman.

Sentimen: neutral (0%)