Sentimen
Undefined (0%)
23 Des 2024 : 20.50
Informasi Tambahan

Agama: Hindu, Islam, Katolik, Kristen

Kab/Kota: Pekalongan, Solo, Sukoharjo

Kasus: HAM

Memotret Kentalnya Toleransi dalam Sukacita Parade Natal di Balai Kota Solo

23 Des 2024 : 20.50 Views 3

Espos.id Espos.id Jenis Media: Solopos

Memotret Kentalnya Toleransi dalam Sukacita Parade Natal di Balai Kota Solo

Esposin, SOLO -- Tujuh orang mahasiswa dari Universitas Kristen Teknologi Solo (Solotech) mengajak warga bersukacita dengan empat lagu Natal di panggung Plaza Balai Kota Solo Jl Jenderal Sudirman, Solo, Kamis (19/12/2024) malam.

Tiga orang mahasiswa Solotech menjadi penyanyi malam itu, yakni Novita Christalia Prihandhini, Anita, dan Anggita. Sedangkan Theo, Vincent, Daniel Farera, dan Nugi menjadi pemain musik. 

Mereka kompak mengenakan pakaian putih. Lagu-lagu Natal yang dibawakan Solotech merupakan lagu ceria yang menyejukkan hati bagi umat Kristiani, salah satunya lagu Hei Mari Berhimpun.

Hai mari, berhimpun, dan bersukaria! Hai mari semua ke Betlehem! Lihat yang lahir, Raja Balasorga! Sembah dan puji Dia, sembah dan puji Dia, sembah dan puji Dia, oh Tuhanmu!” begitu beberapa penggalan Hei Mari Berhimpun yang dibawakan Solotech.

Sejumlah penonton, khususnya di depan panggung ikut bernyanyi. Ada juga penonton yang mengabadikan konser musik dengan kamera ponsel mereka. Kondisi kawasan depan Balai Kota Solo ramai malam itu meskipun sempat hujan saat petang. 

Solotech hanya melakukan persiapan singkat yakni empat hari sebelum tampil di Plaza Balai Kota Solo. Tampil di ruang publik dengan lagu rohani merupakan pengamalan kali pertama Novita Christalia Prihandhini.

“Saya deg-degan, baru pertama kali, biasanya tampil di gereja dengan audience yang kami kenal. Ini banyak orang tidak kenal, ada waswas mau naik ke panggung rasanya gimana, takut misal ada salah lirik,” jelas Novita kepada Espos.

Mahasiswa asal Pekalongan itu mengapresiasi Kota Solo yang mendukung upaya merajut toleransi antarumat beragama dengan membuka ruang publik untuk merayakan Natal.

Menurut dia, acara merayakan Natal seperti di depan Balai Kota Solo harus menjadi agenda tahunan. Pemkot Solo harus adil dengan memberikan akses bagi semua komunitas agama maupun penghayat kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Kebersamaan Antarumat Beragama

Sementara itu, kelompok paduan suara Badan Antar Gereja Kristen Surakarta (BAGKS) membawakan empat lagu, masing-masing Yesus Juru Selamat Dunia, Dari Pulau dan Benua, Datanglah Tuhan, dan We Wish You a Merry Christmas.

Ada 40 anggota BAGKS yang tampil malam itu. Uniknya, mereka mengenakan pakaian serbahitam dipadukan dengan ulos. Selendang khas itu merupakan pakaian adat dari Batak. Mereka memakai ulos untuk menyesuaikan dengan lagu Datanglah Tuhan

Pengunjung berfoto dengan sinterklas pada  Parade dan Bazar Perayaan Natal 2024 di depan Balai Kota Solo, Kamis (19/12/2024). (Solopos/Wahyu Prakoso)
Pengunjung berfoto dengan sinterklas pada Parade dan Bazar Perayaan Natal 2024 di depan Balai Kota Solo, Kamis (19/12/2024). (Solopos/Wahyu Prakoso)

 

Datanglah Tuhan merupakan lagu rohani yang diciptakan dan diaransemen oleh warga asal Batak. Pada momen itu, paduan suara BAGKS ingin mengenalkan pakaian daerah.

Senyum mengembang para anggota paduan suara BAGKS ketika tampil, puncaknya ketika pertunjukan berakhir. Mereka sudah latihan jauh-jauh hari, yakni dua bulan sebelum tampil. Latihan dilakukan di dalam gedung gereja.

“Tentu kami suka sekali dan bangga sekali namun kebahagiaan hanya untuk Tuhan. Kami memuji pada dasarnya untuk Tuhan. Bersyukur kalau pujian ini dinikmati oleh masyarakat yang hadir menonton, semoga memberi berkat bagi mereka, penghiburan, dan memberikan sukacita,” kata koordinator paduan suara BAGKS, Djoni Paryadi.

Djoni bersyukur bisa merasakan kebersamaan antarumat beragama di kawasan Balai Kota Solo. Pemkot Solo telah mendekati dan membina komunitas setiap agama maupun penghayat kepercayaan untuk merayakan hari besar keagamaan di Balai Kota Solo. Natal kali ini merupakan kali ketiga dirayakan dengan memasang ornamen serta pertunjukan dengan skala besar.

Djoni masih ingat ketika kali pertama merayakan Natal secara terbuka di depan Balai Kota Solo tiga tahun lalu. Rasa khawatir masih ada mengingat aksi demo yang dilakukan sejumlah orman karena dipicu pemasangan ornamen di jalan depan Balai Kota Solo yang dianggap mirip salib pada 2019.

Djoni waspada dengan mengawasi berbagai sudut ketika menggelar parade Natal di Balai Kota Solo. Namun, rasa waswas yang menghantui Djoni hilang ketika merayakan Natal pada tahun kedua, 2023. Umat Kristiani percaya mendapatkan jaminan dari pemerintah melakukan aktivitas di depan Balai Kota Solo.

Solo Kota Toleransi

“Kami sudah menaruh percaya kepada Pemda bahwa Pemda betul-betul memberi ruang dan melindungi semua agama di Solo. Pantaslah Solo jadi salah satu kota toleransi di Indonesia meskipun bukan nomor satu,” kata dia.

Menurut dia, kegiatan untuk memeriahkan hari besar keagamaan perlu terus didukung di Kota Solo. Parade Natal diharapkan bisa semakin meriah pada tahun berikutnya.

Selain konser musik Natal, terdapat berbagai daya tarik bagi pengunjung selama sebulan mulai, Minggu (8/12/2024) hingga Minggu (5/1/2025), misalnya instalasi lampu khas Natal, yakni lampion Putri Salju dan kurcaci, lampion malaikat terbang, lampion pilar snowman putar, lampion pohon Natal, lampion kastil, lampion malaikat sangkakala, lampion sinterklas.

Ada juga bazar perayaan Natal dengan 34 stan UMKM kuliner. Ada pula pohon harapan. Warga bisa menuliskan harapan lalu menempelkan harapan mereka pada pohon yang tersedia.

Dua orang mengenakan pakaian sinterklas melengkapi kemeriahan Natal di depan Balai Kota Solo malam itu. Keduanya menghampiri anak-anak lalu mengeluarkan suvenir dari kantong karung. Suvenir itu menjadi hadiah Natal untuk anak-anak.

Dua orang sinterklas juga menjadi daya tarik untuk foto bagi pengunjung. Salah satunya Pranesti Intan Cahyaning Ratri, 21, mengabadikan momen keluarganya berfoto dengan sinterklas. Perempuan berkerudung itu mengunjungi Parade dan Bazar perayaan Natal 2024 dengan jumlah lima orang anggota keluarga.

Intan memilih berkunjung ke Balai Kota Solo karena hujan sudah reda malam itu dan ingin menunjukkan kepada ibunya mengenai lampion. Lampion dan kuliner merupakan bagian yang paling menarik bagi Intan.

Pengunjung menikmati suasana Parade dan Bazar Perayaan Natal 2024 di depan Balai Kota Solo, Kamis (19/12/2024). (Solopos/Wahyu Prakoso)
Pengunjung menikmati suasana Parade dan Bazar Perayaan Natal 2024 di depan Balai Kota Solo, Kamis (19/12/2024). (Solopos/Wahyu Prakoso)

 

“Acara seperti ini bagus karena toleransi lebih tinggi, setiap agama ada perayaannya dan dibuka untuk umum. Kami yang Muslim bisa tahu ternyata seperti ini perayaan dari agama lain,” papar dia.

Intan mengatakan tidak masalah masing-masing umat beragama merayakan hari besar keagamaan di kawasan Balai Kota Solo. Semua komunitas agama mendapatkan kesempatan yang sama, termasuk agama Islam.

Pengunjung lainnya, Alexandra Calista Putri Anggiani,18, datang bersama temannya Rizka Putri Kurniliawati, 18, dari Solo Baru, Kabupaten Sukoharjo. Kuliner dan parade musik menjadi hal yang paling menarik bagi Alca, sapaan akrabnya.

Merayakan Keberagaman

“Yang bikin menarik banyak jajanan dan kuliner. Nonton pertunjukan menghilangkan penat setelah kuliah,” jelas remaja putri berkerudung itu.

Satu kata yang dilontarkan Alca mengenai Parade dan Bazar perayaan Natal 2024 di Balai Kota Solo adalah toleransi. Dia berharap event itu selalu ada untuk semua agama, tidak hanya Natal, misalnya Imlek dan Ramadan.

Adapun umat beragama dan berkeyakinan bisa merayakan hari besar keagamaan di kawasan Balai Kota Solo. Umat Katolik, Kristen, Islam, Buddha, Hindu, dan Penghayat Kepercayaan menjalankan itu sejak tiga tahun terakhir. 

Sedangkan umat Konghucu lebih dulu merayakan Imlek di kawasan Balai Kota Solo. Perayaan hari besar keagamaan agama Buddha, Hindu, dan Penghayat Kepercayaan baru dilakukan sekali sejauh ini.

Ketua Pelaksana Panitia Bersama Natal 2024, Sumartono Hadinoto, menjelaskan warga Solo telah merayakan keberagaman. Warga telah merasakan toleransi dan kebinekaan. Beberapa orang maupun perusahaan mengambil peran untuk mendukung Parade dan Bazar perayaan Natal 2024.

Kota Solo berada di urutan 10 pada Indeks Kota Toleran (IKT) 2023. IKT adalah studi pengukuran kinerja kota, meliputi pemerintah kota, dan elemen masyarakat dalam mengelola keberagaman, toleransi, dan inklusi sosial.

Pengukuran IKT yang dilakukan Setara Institute mengombinasikan paradigma hak konstitusional warga sesuai jaminan konstitusi, hak asasi manusia (HAM) sesuai standar hukum HAM internasional dan tata kelola pemerintahan yang inklusif.

Direktur Eksekutif Setara Institute, Halili Hasan, mengapresiasi Solo telah memberikan ruang bagi umat Kristiani mengadakan Parade dan Bazar perayaan Natal 2024. Namun, Pemkot Solo harus memberikan ruang dan jaminan yang sama bagi semua agama serta penghayat kepercayaan.

Pengunjung berfoto dengan latar suasana Parade dan Bazar Perayaan Natal 2024 di depan Balai Kota Solo, Kamis (19/12/2024). (Solopos/Wahyu Prakoso)
Pengunjung berfoto dengan latar suasana Parade dan Bazar Perayaan Natal 2024 di depan Balai Kota Solo, Kamis (19/12/2024). (Solopos/Wahyu Prakoso)

 

“Inisiatif seperti ini bagus namun perlu diperluas untuk semua umat beragama di Indonesia khususnya di Solo karena dasar upaya untuk memberikan jaminan bagi semua adalah hak konstitusional warga negara. Dan sifatnya perorangan bukan semata-mata festivalist, simbolik, rame-ramean. Perorangan bukan merupakan penduduk mayoritas atau penduduk jumlah paling besar kemudian mereka mendapatkan perlakuan istimewa,” jelas dia, Senin (23/12/2024).

Internalisasi Pancasila

Menurut Halili, upaya yang dilakukan Pemkot Solo dengan memberikan ruang untuk merayakan hari besar keagamaan di kawasan Balai Kota Solo minimal bisa membangun toleransi, penghargaan atas keberagaman, sekaligus mencegah diskriminasi serta konservatisme pada ruang publik.

“Bicara ruang publik itu merupakan ruang untuk seluruh warga negara apapun latar belakang agama mereka. Perayaan secara simbolis dan festivalist tidak cukup. Yang mesti dilakukan upaya untuk substansiasi agar program substantif memberikan jaminan warga negara,” papar dia.

Halili mengatakan umat beragama dan berkeyakinan dijamin UUD 1945 Pasal 28 ayat (1) menjelaskan setiap warga negara berhak memeluk agama dan beribadat sesuai agamanya. Sedangkan Pasal 29 ayat (2) menjelaskan negara menjamin kebebasan beragama dan beribadah bagi warganya.

“Hak untuk beribadah ini untuk semua, jadi bukan hanya soal Lebaran, atau Natal, bukan hanya hari raya dua agama terbesar. Afirmasi perlindungan dari negara termasuk Pemkot Solo maka menurut saya, semua pemeluk agama mendapatkan jaminan paripurna sesuai konstitusional,” ungkap dia.

Terpisah, Wali Kota Solo Teguh Prakosa menjelaskan komitmen Pemkot Solo menjamin dan melindungi warganya salah satunya dengan Peraturan Daerah (Perda) No 5/2023 tentang Internalisasi Nilai Pancasila.

Menanggapi hal itu, Halili mengatakan upaya memperbaiki regulasi atau menyusun regulasi terkait toleransi internalisasi Pancasila, dan internalisasi kebinekaan patut diapresiasi. Namun regulasi kerap kali hanya bersifat normatif di lapangan.

“Yang menjadi PR regulasi bisa diimplementasi ideal  sesuai Pancasila, setiap elemen kebhinekaan atas nama pengakuan Pancasila dan UUD. Mereka harus mendapatkan perlakuan yang sama dari negara, dari Pemkot Solo, dan mereka juga mesti mendapatkan manfaat besar dari setiap sumber daya, setiap anggaran, setiap program Pemkot Solo karena adanya regulasi,” beber Halili.

Sentimen: neutral (0%)