Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Mataram
Tokoh Terkait
Batalnya Pameran Yos Suprapto, Fadli Zon Sebut Ada Karya yang Menyinggung Budaya
Fajar.co.id Jenis Media: Nasional
FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zon, akhirnya angkat bicara terkait kontroversi pameran seni tunggal Yos Suprapto yang dihentikan mendadak. Dari 30 karya yang dipamerkan, lima di antaranya menuai kritik tajam karena dinilai vulgar dan berpotensi menyinggung pihak tertentu.
"Bahkan agak vulgar. Misalnya, ada satu lukisan yang memperlihatkan orang telanjang, bersenggama, dan memakai topi yang memiliki ciri budaya tertentu," ujar Fadli Zon, Jumat (20/12/2024). Ia menjelaskan bahwa topi tersebut menyerupai atribut budaya, seperti yang dikenakan raja Mataram atau Jawa. "Itu kan bisa menyinggung orang lain," tambahnya.
Lebih jauh, Fadli Zon menyoroti persoalan kurasi dalam pameran tersebut. Ia menyebut bahwa ketidaksepahaman antara kurator dan seniman menjadi salah satu penyebab pameran tidak dapat dilanjutkan.
"Biasanya dalam pameran itu harus ada kurator, dan tema sudah disepakati. Kalau tidak salah, temanya tentang kedaulatan pangan. Namun, kabarnya sejumlah lukisan dipasang sendiri oleh seniman dan tidak ada kaitannya dengan tema tersebut," jelas Fadli.
Suwarno Wisetrotomo, kurator Galeri Nasional Indonesia, sebelumnya mengundurkan diri karena perbedaan pandangan dengan Yos Suprapto. "Kuratornya tidak sepakat dengan sejumlah karya yang dipamerkan. Mungkin ada motif politik lain yang membuatnya mundur. Ya, tidak mungkin ada pameran tanpa kurator," tegas Fadli Zon.
Sementara itu, pihak Galeri Nasional Indonesia melalui siaran pers menyatakan bahwa karya-karya tersebut tidak sesuai dengan tema kurasi yang telah ditetapkan. "Karya-karya ini merupakan inisiatif pribadi dari seniman untuk turut serta dalam pameran. Setelah evaluasi oleh kurator, karya-karya itu dianggap tidak sesuai dengan tema yang telah ditentukan," demikian pernyataan Galeri Nasional.
Yos Suprapto sendiri merasa kecewa atas penghentian pamerannya dan memutuskan untuk tidak lagi bekerja sama dengan Kementerian Kebudayaan maupun Galeri Nasional. "Saya tidak mau lagi berurusan dengan Galeri Nasional dan Kementerian Kebudayaan," ujarnya, dikutip dari Jawa Pos.
Sejumlah tokoh seni turut menanggapi peristiwa ini. Budayawan Eros Djarot menyebut bahwa keputusan untuk menghentikan pameran tersebut mencerminkan ketakutan yang berlebihan dari pihak kurator. "Saya rasa itu ekspresi kurator yang takut secara berlebihan," komentarnya.
Fotografer profesional sekaligus pengamat seni, Oscar Motulloh, bahkan menyebut pembatalan ini sebagai bentuk pembredelan seni rupa. "Ini adalah pembredelan pameran seni rupa pertama di era Prabowo Subianto," ujarnya dengan nada kritis. (bs-zak/fajar)
Sentimen: negatif (49.2%)