Sentimen
Undefined (0%)
20 Des 2024 : 13.50
Informasi Tambahan

Hewan: Ayam

Kab/Kota: Dukuh, Sragen

Ratusan Petani Gabus Sragen Gelar Sadranan, Berharap Hasil Panen Padi Melimpah

20 Des 2024 : 13.50 Views 9

Espos.id Espos.id Jenis Media: Solopos

Ratusan Petani Gabus Sragen Gelar Sadranan, Berharap Hasil Panen Padi Melimpah

Esposin, SRAGEN—Ratusan warga dari Rukun Tetangga (RT) 005, 006, dan 007 Dukuh Gabus Wetan, Desa Gabus, Kecamatan Ngrampal, Sragen, menggelar kirab ambengan sebagai rangkaian sadranan setelah tanam padi pada musim tanam pertama, Jumat (20/12/2024). Tradisi sadranan itu digelar warga dengan budaya agraris itu setiap tahun sebagai wujud syukur sekaligus harapan agar hasil panen padinya melimpah dan terbebas dari serangan hama.

Dalam setahun, masyarakat petani di Gabus Wetan, Sragen, menggelar tradisi agraris selamatan dua kali yakni sadranan yang dilakukan setelah tanam padi di musim tanam pertama dan jembulan setelah panen di musim tanam kedua. Dua tradisi petani itu dilakukan dengan mengambil weton Jumat Legi.

Pada sadranan kali ini dikemas berbeda dengan tradisi sebelumnya karena ada kirab dari tengah Dukuh menuju ke tempat permakaman umum (TPU) Gabus Wetan yang berjarak sekitar 200-300 meter. Sebelumnya para warga di lingkungan RT 005-006 melakukan kenduri di Punden Sentana sedangkan warga di RT 007 melakukan kenduri di Punden Pandean atau Punden Tapang (Ketapang). Setelah itu, warga tiga RT itu bersama-sama menuju ke TPU Gabus Wetan untuk prosesi sadranan bersama.

Kirab berlangsung mulai pukul 06.30 WIB. Barisan terdepan seorang pemuda yang membawa keris sebanyak enam orang, kemudian pemudi atau gadis sebanyak enam orang yang membawa tenggok, lima orang yang membawa gamelan seperti kendang, kempul, kenong, dan gong. Setelah itu ratusan warga yang membawa ambengan, yakni nasi beserta daging ayam ingkung beserta lauk-pauk dan sayuran serta kembang mawar. Semua diwadahi tampah dan didoakan bersama di pelataran TPU Gabus Wetan. Setelah berdoa bersama, mereka kemudian menabur bunga mawar di makam para keluarga dan leluhur seraya mendoakan mereka.

Seorang warga Gabus Wetan RT 006, Kusdi 61, menyampaikan tradisi ini dijalankan agar rezeki para petani dimudahkan dan berkah dari hasil panen serta tanaman padi tidak diserang hama. Dia menyatakan memintanya hanya kepada Allah. Tradisi ini, kata dia, menunjukkan keguyup-rukunan warga Gabus Wetan. “Harapan kami ya biar hasil panen padi bagus. Sadranan ini dilakukan setelah tanam. Nanti saat habis panen lebih ramai lagi.

Warga Gabus Wetan RT 007, Wasiran, 62, tampak menabur bunga di makan keluarganya yang telah mendahului. Dia mengambil makanan yang sudah didoakan lengkap, seperti nasi, daging ayam, kerupuk, dan lauk lainnya yang dibungkus daun pisang. Makanan itu kemudian diletakkan di nisan keluarganya.

“Namanya melestarikan budaya Jawa. Bagi warga yang tidak melakukan tradisi ini juga tidak apa-apa. Tradisi ini ada sejak saya kecil dan sekarang sudah berumur 62 tahun. Di permakaman ini, kami mendoakan para leluhur. Bagi warga yang tidak ikut melaksanakan juga tidak apa-apa. Semoga semua selamat,” jelas dia.

Tokoh masyarakat Gabus Wetan, Suwoto, 52, menyampaikan sadranan ini dilakukan warga Gabus Wetan setiap Jumat Legi yang jatuh pada Rabu malam. Dia menyampaikan sadranan itu sebagai wujud syukur kepada Allah, bahwa warga masih diberi kesempatan hidup dan tidak lupa berkirim doa untuk para leluhur. Warga yang terjun melestarikan budaya Jawa sekaligus sebagai wujud syukur kepada Allah. “Total ada 300 orang warga yang ikut bergabung ke TPU Gabus Wetan,” ujarnya.

Dia menjelaskan setelah ambengan didoakan bersama kemudian ambengan bisa dimakan bersama dan sisanya dibawa pulang. Tujuan sadranan itu, jelas dia, supaya hasil panen melimpah dan hama bisa hilang. Dia mengungkapkan tradisi ini sudah lama digelar dan rutin setiap tahun ada. “Tradisi ini justru diinisiasi oleh para anak-anak muda desa. Semangatnya hidup dulur kemudian melakukan budaya. Efek kegiatan ini hasilnya memang melimpah dan harga kurang." 

Sentimen: neutral (0%)