Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Sukoharjo
Kasus: stunting
Tersebar di 90 Lokasi, Sukoharjo 3 Besar Kontributor Kampung Proklim di Jateng
Espos.id
Jenis Media: Solopos
![Tersebar di 90 Lokasi, Sukoharjo 3 Besar Kontributor Kampung Proklim di Jateng](https://imgcdn.espos.id/@espos/images/2024/12/20241219155704-img-20241219-093632.jpg?quality=60)
Esposin, SUKOHARJO–Kabupaten Sukoharjo menjadi tiga besar kontributor kampung proklim di Jawa Tengah. Hingga akhir 2024, jumlah kampung proklim di Sukoharjo tersebar di 90 lokasi yang tersebar di 12 kecamatan.
Hal ini diungkapkan Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sukoharjo, Agus Suprapto di sela-sela acara peluncuran Kampung Berseri Astra (KBA) di kampung proklim Desa Demakan, Kecamatan Mojolaban, Kamis (19/12/2024). Menurut Agus, jumlah kampung proklim di Sukoharjo bertambah setiap tahun. “Jumlah kampung proklim di Sukoharjo tersebar di 90 lokasi. Dan masuk tiga besar kontributor kampung proklim di Jawa Tengah,” kata dia, Kamis.
Menurut Agus, esensi kampung proklim adaptasi dan mitigasi yang mendorong masyarakat memiliki gaya hidup yang rendah emisi. Indikator penilaian kampung proklim tak hanya sebatas adaptasi dan mitigasi perubahan melainkan pemberdayaan masyarakat terhadap lingkungan termasuk ketahanan pangan dan pengelolaan energi terbarukan.
Sesuai Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No 84/2016 tentang Program Kampung Iklim menyebutkan Proklim bisa dikembangkan di wilayah administratif paling rendah setingkat rukun warga (RW). “Kampung proklim di Desa Demakan meraih penghargaan kampung proklim kategori utama pada 2023. Saat ini, kampung proklim di Desa Demakan menggandeng desa-desa lain di Mojolaban untuk menggerakkan aksi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim,” ujar dia.
Mojolaban menjadi satu-satunya wilayah kecamatan proklim di Sukoharjo. Komitmen bersama antara pemerintah, pelaku usaha dan masyarakat dibutuhkan untuk membangun kecamatan proklim. Sehingga, masyarakat lebih proaktif dan peduli terhadap pengelolaan lingkungan hidup dan pengurangan risiko bencana alam. “Desa-desa di Mojolaban telah didaftarkan di Sistem Registrasi Nasional Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) 2024,” urai Agus.
Dalam kesempatan itu, diluncurkan dua inovasi atau terobosan baru guna mendukung upaya penurunan emisi gas rumah kaca dan percepatan penanganan stunting. Inovasi itu yakni Demakan Kerja Nglawan Untuk Nyegah Stunting (Demakan Klunting) dan Demakan Bergerak Antisipasi Perubahan Iklim Jaman Now Melalui Aksi Mitigasi Adaptasi Kelembagaan (Degan Ijo Mamse).
Kepala Desa Demakan, M. Harban Mulhadi, mengatakan Demakan Klunting merupakan inovasi berbasis web yang berisi tentang beragam informasi penanganan stunting. Mulai dari upaya pencegahan, gizi seimbang, hingga indeks masa tubuh. Sedangkan, inovasi Degan Ijo Mamse merupakan gerakan masyarakat untuk menghadapi perubahan iklim dengan melibatkan stakeholder di wilayah desa.
“Melalui inovasi itu diharapkan muncul penguatan aksi lokal masyarakat untuk menghadapi perubahan iklim. Masyarakat terus dilibatkan dalam berbagai kegiatan kampung proklim,” ujar dia.
Sentimen: neutral (0%)