Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Boyolali
Kasus: pelecehan seksual, penganiayaan
Hentikan Main Hakim Sendiri
Espos.id
Jenis Media: Kolom
![Hentikan Main Hakim Sendiri](https://imgcdn.espos.id/@espos/images/2015/12/pencurian-sepeda-motor-.jpg?quality=60)
Tiga kasus tindak kekerasan plus main hakim sendiri yang terjadi di Kabupaten Boyolali dalam jeda waktu yang tidak lama mengindikasikan ada peningkatan tindak kekerasan di tengah masyarakat.
Kasus pertama adalah penganiayaan seorang bocah berusia12 tahun yang dituduh mencuri dan melakukan pelecehan seksual. Delapan orang dewasa ditangkap, menjadi tersangka, dan ditahan.
Kasus kedua adalah pembakaran seorang santri karena dituduh mencuri handphone milik santri lainnya. Pelaku pembakaran adalah kakak santri yang mengaku kehilangan handphone itu.
Kasus ketiga seorang keponakan membakar pamannya karena akumulasi masalah dan cekcok yang terjadi berkali-kali. Keponakan dan paman itu tinggal serumah. Mereka terlibat cekcok beberapa kali.
Akumulasi kemarahan sang keponakan adalah dengan membakar sang paman saat dia berada di dalam kamar yang berada di dekat teras rumah tempat mereka tinggal.
Peningkatan kasus kekerasan dan main hakim sendiri merupakan masalah kompleks yang dipengaruhi berbagai faktor. Beberapa penyebab utama yang sering diidentifikasi, yaitu ketidakpercayaan terhadap sistem hukum; ketimpangan sosial; pengaruh media dan media sosial; lemahnya pengawasan sosial; tingkat pendidikan yang rendah; faktor psikologis; dan pengaruh budaya.
Tiga kasus ini tak boleh dimaknai hanya sebatas tiga kasus. Ini harus dimaknai sebagai potret realitas atau gejala yang sedang mengemuka atau berkembang.
Dampak peningkatan kasus kekerasan dan main hakim sendiri adalah ketidakstabilan keamanan; kerusakan harta benda; perpecahan sosial; citra buruk daerah atau negara; korban luka dan korban jiwa.
Perlu upaya bersama mengatasi masalah ini. Diperlukan upaya yang komprehensif dan melibatkan berbagai pihak. Upaya yang harus dilakukan yaitu penguatan sistem hukum; peningkatan kesejahteraan masyarakat; peningkatan dan pemerataan pendidikan; penguatan peran tokoh masyarakat; penegakan hukum yang tegas; media dan media sosial yang bertanggung jawab.
Tidak kalah pentingnya adalah peningkatan peran keluarga sebagai entitas masyarakat terkecil. Orang-orang dewasa yang problematik, punya anger management buruk, atau mudah terpancing emosi, hingga kurang kemampuan dalam memecahkan masalah biasanya akarnya dari didikan orang tua di rumah.
Budaya menyelesaikan masalah di rumah tangga dengan kekerasan bisa menjadi contoh bagi anak-anak untuk melakukan hal serupa kelak saat mereka dewasa. Semua kebiasaan baik maupun buruk berawal dari keluarga.
Orang tua perlu memberikan contoh baik kepada anak-anak tentang menyelesaikan masalah secara dewasa dan tidak mengedepankan emosi. Mudah terpancing emosi hingga akhirnya melakukan kekerasan dan main hakim sendiri juga bisa dipicu dari masalah psikologis.
Masih banyak orang Indonesia abai atau malah belum tahu tentang kesehatan mental karena itu negara perlu membangun kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan mental.
Pada akhirnya masalah kekerasan dan main hakim sendiri adalah masalah kompleks yang tidak dapat diselesaikan dalam waktu singkat. Dibutuhkan kerja sama semua pihak untuk menciptakan lingkungan yang aman dan damai.
Sentimen: neutral (0%)