Sentimen
Informasi Tambahan
Grup Musik: iKON
Kab/Kota: Joglo, Solo
Kasus: Kemacetan
Underpass Joglo Solo Hampir Kelar, Siap-siap Ucapkan Selamat Tinggal pada Macet
Espos.id
Jenis Media: Solopos
Esposin, SOLO -- Proyek penataan kawasan Simpang Joglo, Banjarsari, Solo, yang termasuk di dalamnya pembangunan rel layang dan underpass, ditargetkan selesai pada Jumat (20/12/2024). Warga sekitar lokasi proyek menyambut antusias menjelang dibukanya simpang tujuh yang ditata sejak awal 2022 itu.
Pembukaan kawasan simpang Joglo diyakini bakal mengatasi masalah kemacetan yang menghantui kawasan tersebut selama bertahun-tahun. Selain itu, warga berharap penataan kawasan simpang tujuh itu memberi dampak munculnya pusat-pusat ekonomi baru.
Pantauan Espos di lokasi, Rabu (18/12/2024), tampak para pekerja mengerjakan beberapa pekerjaan sisa proyek seperti landscaping, perapian dinding pembatas jalan, dan sebagainya. Sementara jalan pendekat underpass Joglo tampak telah siap dilintasi, serta beberapa tanaman hias yang berada di sekitarnya juga telah tumbuh.
Selama pantauan siang itu juga, Espos melihat beberapa warga yang melintas menyempatkan berhenti dan turun dari kendaraan mereka untuk sekadar berfoto di kawasan proyek dengan latar plang besar bertuliskan “Underpass Joglo Surakarta” dengan pemandangan di belakangnya berupa rel layang berwarna merah.
Warga RT 001/RW 001, Kelurahan Nusukan, Banjarsari, Solo, Sutrisno, 60, mengaku antusias menyambut segera beroperasinya underpass Joglo yang sekaligus juga menandai dibukanya Simpang Tujuh Joglo secara keseluruhan. Sutrisno memiliki harapan besar akan dampak proyek yang berada tepat di depan rumahnya tersebut.
“Akhirnya akan beroperasi juga ini [underpass Joglo]. Saya ya senang, dan mudah-mudahan tidak lagi macet panjang seperti dulu,” kata Sutrisno saat ditemui Espos di rumahnya pada Rabu (18/12/2024).
Ia bercerita sebelum pembangunan underpass Joglo, jalan di depan rumahnya tiap hari menjadi tempat antrean panjang kendaraan yang harus bergantian melintasi perlintasan sebidang yang ramai.
Banyak Pengunjung
“Dulu itu di sini selalu saja macet panjang, apalagi jam-jam kerja pagi dan sore. Bahkan sering macetnya sampai ke Simpang Komplang. Agak longgar lalu-lintasnya hanya beberapa jam saja tepatnya tengah hari sekitar pukul 11.00 WIB sampai 13.00 WIB,” jelasnya.
Selain itu, Sutrisno juga berharap dengan beroperasinya underpass Joglo, Solo, mampu memberi dampak ekonomi terhadapnya dan warga sekitar. Sebelum ada proyek di Simpang Joglo Solo, ia bekerja sebagai penjual wedangan, sementara saat proses pembangunan berlangsung ia harus menutup sementara warung wedangannya.
“Ya karena selama proyek dikerjakan enggak ada orang melintas jadi ya tutup dulu. Makanya setelah ini semoga bisa buka lagi dan punya penghasilan yang cukup lagi,” kata dia.
Sutrisno optimistis karena berdasarkan pengalamannya, seiring hampir selesainya proyek tersebut sudah mulai ramai dikunjungi warga, baik yang sekadar berfoto atau pun yang tiap pagi berolahraga di sekitar lokasi.
Lebih lanjut, Sutrisno tak menampik ada pula dampak negatif dari penataan Simpang Joglo. “Kurangnya [dampak negatif] dari proyek ini, sekarang setiap hujan bagian belakang rumah saya tergenang air, lumayan tinggi, selutut orang dewasa,” kata dia.
Ia menjelaskan sebelum ada penataan di Simpang Joglo, kawasan sekitar rumahnya hampir tidak pernah banjir saat hujan. Tapi wilayah di seberangnya, tepatnya di depan Kampus Unisri kerap banjir.
“Tapi sekarang, hujan setengah jam saja mulai tergenang air, kurang lebih 50 sentimeter. Kalau dulu tunggu hujan lebat dan lama baru air itu menggenang. Ya setelah saya berharap pemerintah juga memperbaiki drainase biar enggak banjir lagi,” jelasnya.
Warga Nusukan lainnya, Ali Prasetyo, 40, yang ditemui Espos di sekitar underpass Joglo, Solo, menyampaikan selama pembangunan kawasan Simpang Joglo, pekerja selalu responsif kepada warga sekitar. Ia pun senang proyek itu akhirnya segera selesai.
Penyelenggaraan Event
“Alhamdulillah, kontraktor rutin menanyakan kepada warga apakah aktivitas proyek mengganggu warga atau tidak seperti debunya, suaranya, dan sebagainya,” kata dia.
Selain keluhan terkait banjir di kawasan RT 001/RW 001 Nusukan, Ali mengatakan tidak ada keluhan lagi dari warga terkait dampak negatif underpass Joglo.
Namun demikian, Ali masih belum sepenuhnya yakin dampak underpass Joglo, Solo, akan meningkatkan perekonomian warga sekitar. “Masih 50:50 yakinnya. Karena memang sebagian besar warga tidak tinggal tepat di pinggir proyek yang sekarang diisi oleh beberapa kampus dan ruko-ruko, warga kan di bagian belakangnya,” tambahnya.
Karena itu pula, Ali berharap setelah selesainya proyek 100 persen, Pemerintah Kota (Pemkot) Solo sudi untuk menggelar agenda-agenda yang bisa mengundang wisatawan ke kawasan proyek.
“Kalau bisa ya Pemkot Solo buat event konser, pertunjukan, atau yang lainnya yang bisa berdampak warga lebih luas. Apalagi ini kan salah satu ikon Solo mungkin cocok dijadikan tempat wisata juga,” ujarnya.
Sebelumnya, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) 3.5 Jateng, Balai Besar Pelaksana Jalan Nasional (BBPJN) Jateng-DIY, Emy Eko Setyawati, menyampaikan proyek yang menelan biaya sekitar Rp312 miliar itu akan memiliki beberapa dampak seperti menghemat waktu tempuh hingga 89 persen atau yang sebelumnya waktu tempuh 5,12 menit menjadi 0,6 menit.
“Selain itu juga akan memperlancar arus lalu lintas yang sebelumnya kecepatan rata-rata hanya 15 km/jam menjadi 50 km/jam saat melintasi Simpang Joglo. Artinya peningkatan 300 persen kecepatan rata-rata,” kata Emy saat diwawancarai Espos, beberapa waktu lalu.
Dampak lainnya, efisiensi biaya operasional kendaraan (BOK) hingga 3.278.435/jam. “Dari semula Rp8.612.382/jam menjadi Rp5.333.948/jam,” kata dia.
Sentimen: neutral (0%)