Sentimen
Undefined (0%)
17 Des 2024 : 17.21
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Kuala Lumpur, Shanghai

Kasus: zona merah

Tokoh Terkait

Indikasi Sikap The Fed Pengaruhi Pelemahan IHSG dan Bursa Asia

17 Des 2024 : 17.21 Views 2

Espos.id Espos.id Jenis Media: Bisnis

Indikasi Sikap The Fed Pengaruhi Pelemahan IHSG dan Bursa Asia

Espos.id, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa (17/12/2024) sore ditutup melemah di tengah penantian kabar pemangkasan bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS) The Fed.

IHSG ditutup melemah 100,90 poin atau 1,39% ke posisi 7.157,73. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 turun 19,41 poin atau 2,25% ke posisi 842,33. 

Dibuka melemah, IHSG betah di teritori negatif hingga penutupan sesi pertama perdagangan saham. Pada sesi kedua IHSG masih betah di zona merah hingga penutupan perdagangan saham. Berdasarkan Indeks Sektoral IDX-IC, sebelas atau semua sektor melemah dengan sektor indutri turun paling dalam yaitu 2,83%, diikuti oleh sektor barang baku yang turun 2,18% dan sektor keuangan yang turun 1,75%.

Adapun saham-saham yang mengalami penguatan terbesar yaitu MMIX, KJEN, POLU, LION, dan ENAK. Sedangkan saham-saham yang mengalami pelemahan terbesar yakni TRUS, AKSI, SNLK, MTFN dan TIRA. Frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak 1.072.000 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan 18,04 miliar lembar saham senilai Rp11,72 triliun. Sebanyak 171 saham naik, 460 saham menurun, dan 315 tidak bergerak nilainya.

Bursa saham regional Asia sore ini antara lain Indeks Nikkei melemah 92,81 poin atau 0,24% ke 39.364,68, indeks Shanghai melemah 24,84 poin atau 0,73% ke 3.361,49, indeks Kuala Lumpur melemah 9,52% atau 0,59 poin ke posisi 1.597,33, indeks Straits Times melemah 19,29 poin atau 0,50% ke 3.801,74

"Bursa regional Asia bergerak melemah menjelang keputusan kebijakan moneter The Fed pada pertemuan 18 Desember 2024 waktu setempat," sebut Tim Riset Pilarmas Investindo Sekuritas dalam kajiannya. Berdasarkan CME Fedwatch, pemangkasan suku bunga acuan oleh The Fed memiliki probabilitas sebesar 95,4%, di mana The Fed akan memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin (bps). Di sisi lain, pelaku pasar juga berfokus terhadap prospek pemangkasan suku bunga acuan pada tahun 2025, yang dilandasi oleh kecemasan pasca terpilihnya Donald Trump menjadi presiden Amerika Serikat (AS), yang akan muncul kebangkitan inflasi, kelanjutan perang dagang, sehingga berpotensi meningkatkan ketidakpastian global. Pasar memiliki sikap spekulasi bahwa The Fed memiliki indikasi akan menahan suku bunga acuannya lebih lama.

Dari Asia, data ekonomi China terus membebani sentimen pasar, dimana pertumbuhan penjualan ritel melambat secara tak terduga, sementara produksi industri tumbuh pada kecepatan yang relatif sama dengan Oktober. 2024, meskipun melambat, namun pasar menantikan arah kebijakan yang lebih detail dari pemerintah China.

Dari Jepang, Bank of Japan (BOJ) mungkin akan menunda kenaikan suku bunga acuan pada bulan ini, pejabat BOJ pekan lalu menyarankan bahwa lebih banyak waktu diperlukan untuk menilai data ekonomi terbaru. Menteri Ekonomi Jepang Ryosei Akazawa menegaskan bahwa BOJ dan pemerintah akan bekerja sama dalam kebijakan moneter yang tepat.

Dari dalam negeri, pasar dihadapi kebijakan pemerintah awal tahun 2025, di mana pemerintah akan memberlakukan tarif PPN sebesar 12 persen, atau sesuai dengan amanat Undang-Undang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP), yang akan berdampak terhadap daya beli masyarakat ,sehingga akan memperlambat pertumbuhan ekonomi dalam negeri.

Di sisi lain, kenaikan PPN akan memberikan dampak terhadap pelaku usaha dengan adanya kenaikan biaya produksi, yang menyebabkan kenaikan biaya produksi dan biaya konsumsi sehingga akan melemahkan daya beli masyarakat.

 

Sentimen: neutral (0%)