Sentimen
Informasi Tambahan
Agama: Islam
Institusi: UIN
Kab/Kota: Cirebon, Solo
Tren Penggunaan AI untuk Tugas Kuliah dan Skripsi Picu Kekhawatiran Plagiarisme
Espos.id
Jenis Media: Solopos
![Tren Penggunaan AI untuk Tugas Kuliah dan Skripsi Picu Kekhawatiran Plagiarisme](https://imgcdn.espos.id/@espos/images/2023/10/Ilustrasi-AI-kecerdasan-buatan-artificial-inteligence.jpg?quality=60)
Esposin, SOLO — Tren mahasiswa menggunakan bantuan kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) untuk mengerjakan tugas kuliah hingga skripsi memunculkan kekhawatiran praktik plagiarisme.
Penggunaan AI di kalangan mahasiswa sudah menjadi tren sejak beberapa layanan AI seperti ChatGPT hingga Gemini mulai populer.
Jika melihat konten-konten di sosial media, akan banyak ditemui panduan penerapan AI untuk membantu mahasiswa menggarap tugas kuliah seperti membuat makalah, jurnal ilmiah, sampai skripsi.
Salah satu mahasiswa dari kampus ternama di Kota Solo, DA misalnya sudah sejak 2023 dirinya menggunakan ChatGPT yang dikembangkan oleh perusahaan riset asal Amerika OpenAI. ChatGPT mampu melakukan percakapan berbasis teks, termasuk menjawab berbagai jenis pertanyaan.
ChatGPT sangat populer di Indonesia. Terutama bagi kalangan pekerja dan pengusaha. Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Populix pada 2023 menunjukan bahwa 45% pekerja dan pengusaha menggunakan AI. Sementara jumlah pengguna ChatGPT mencapai 52%.
ChatGPT juga populer di kalangan pelajar. DA mengatakan penggunaan AI untuk membantu mengerjakan tugas kuliah sudah lumrah. Tidak hanya dirinya, teman-temannya pun banyak menggunakan AI.
DA biasa menggunakan ChatGPT sambil memasukan kata kunci tertentu yang relevan dengan tugas yang diberikan dosen. Ketika jawaban dari ChatGPT itu muncul baru dia salin. Terkadang dia juga menggunakan layanan AI itu untuk memparafrase satu paragraf dari jurnal ilmiah yang dia dapat dari Google Scholar.
“Misalnya bikin riset atau makalah tidak mungkin dong kata-kata sendiri. Biasanya copas jurnal atau dari AI terus diparafrase supaya tidak kelihatan,” kata dia ketika ditemui Espos belum lama ini.
DA juga pernah mencoba menggunakan AI untuk menjawab soal ujian. Caranya mudah tinggal memasukkan pertanyaan dari soal kemudian disalin ke kolom chat dari ChatGPT. Selang beberapa detik, jawabannya seketika langsung muncul.
“Cuman ternyata tidak terlalu membantu, nilainya tidak terlalu tinggi,” kata dia.
DA yang kini sedang mengerjakan tugas akhir juga memanfaatkan AI untuk menyusun skripsi. Caranya pun sama, tinggal memasukan perintah di kolom chat yang tersedia, ChatGPT akan langsung memberikan jawaban.
“Tapi tetap nggak aku copas langsung, tapi pakai kata-kata sendiri. Latar belakang skripsi kemarin aku minta ide dari ChatGPT sih,” kata dia.
DA merasa sebetulnya hasil tugas kuliah sampai skripsi yang sedang dia kerjakan itu merasa bukan sepenuhnya hasil pekerjaannya sendiri. Sebab meski dia melakukan proses parafrase, namun tetap saja sebagian besar bukan murni tulisannya.
“Aku merasa itu nggak [hasil tulisan sendiri] ya, karena aku merasa ada kata-kata dari ChatGPT ada kata-kata ku juga. Jadi nggak sepenuhnya aku tulis sendiri,” kata dia.
Penggunaan AI Perlu Diatur
Tren penggunaan AI di kalangan mahasiswa ini direspon oleh perguruan tinggi, salah satunya adalah Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo. Kampus yang berada di kentingan itu sedang menggodok aturan penggunaan AI dalam konteks perkuliahan.
Sekretaris Senat Akademik UNS, Mohammad Jamin mengakui penggunaan AI tidak bisa terhindarkan. Dia menyadari mahasiswa hari ini sering menggunakan AI ketika mengerjakan tugas dari dosen.
“Mahasiswa sekarang sudah pintar menggunakan AI. Mereka mengerjakan tugas pakai ChatGPT atau segala macam itu,” kata dia ketika ditemui wartawan di gedung rektorat UNS Solo, belum lama ini.
Menurutnya kalau penggunaan AI di kalangan mahasiswa tidak segera diatasi akan menimbulkan kekacauan. Maka dia mengatakan memang harus ada peraturan rektor yang mengatur penggunaan AI dalam konteks pendidikan.
“Kalau memang boleh harus seperti apa, tapi kalau tidak boleh ya tidak mungkin. Kalau saya condong dibolehkan tetapi harus ada pengaturannya,” kata dia. Jamin mengatakan pengaturan itu terutama dalam hal tingkat plagiarisme.
Dia mengatakan pada dasarnya semua teknologi ada baik dan buruknya. Perarturan penggunaan AI dalam perguruan tinggi menurutnya bertujuan untuk menjaga koridor etika dalam akademik.
“Penggunaan AI itu kan juga terkait etika akademik terutama soal plagiarisme. Jadi harus diatur, kalau tidak nanti disalahgunakan,” kata dia.
Selanjutnya, menurut Jamin jika memang ChatGPT itu digunakan untuk mengerjakan tugas kuliah atau skripsi sebaiknya dicantumkan dalam daftar pustaka. Ini mempertegas agar proses pembuatan artikel yang dihasilkan oleh mahasiswa lebih jelas sumbernya dari mana.
“Dari pada seolah-oleh membuat sendiri tapi sebetulnya dia cuma ambil dari ChatGPT, itu tidak jujur,” kata dia.
Jamin mengatakan sebetulnya tidak masalah jika memang mahasiswa mengambil jawaban dari ChatGPT. Namun menurutnya mahasiswa harus mampu menganalisis hasil yang didapatkan dari ChatGPT.
“Mahasiswa harus bisa memberi ulasan, memberi komentar, dan memberi kritik terhadap itu,” kata dia.
Dampak Positif AI
Akademisi Manajemen Pendidikan Islam dari UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon, Sehan Rifky dalam artikel ilmiah berjudul Dampak Penggunaan Artificial Intelligence Bagi Pendidikan Tinggi (2024) menjabarkan dampak positif penggunaan AI.
Sehan menulis penggunaan AI bisa dimanfaatkan terutama untuk meningkatkan kualitas manajemen pendidikan di perguruan tinggi.
Menurutnya bisa dimanfaatkan untuk mengumpulkan dan menganalisis data tentang preferensi, kebutuhan, dan kecenderungan belajar individu siswa. Sehingga AI bisa digunakan untuk menyediakan konten dan strategi pembelajaran yang menarik.
“Ini membantu meningkatkan efektivitas pembelajaran dan memastikan bahwa siswa mendapatkan pengalaman pembelajaran yang relevan dan menarik,” Tulisan Sehan sebagaimana dikutip Espos, Selasa (17/12/2024).
Selain itu, menurutnya kecerdasan buatan juga dapat digunakan untuk mengevaluasi tugas dan ujian siswa secara otomatis. AI bisa dimanfaatkan untuk mengoreksi jawaban siswa dan memberikan evaluasi secara cepat.
“Hal ini membantu mengurangi beban kerja pendidik dalam penilaian dan memungkinkan mereka untuk memberikan umpan balik yang lebih efektif dan terperinci kepada siswa,” lanjut dia.
Di tengah penggunaan AI yang masif di dunia pendidikan terutama oleh siswa, menurutnya para dosen atau pengajar secara umum harus bisa beradaptasi. Dosen harus mampu mengikuti perkembangan teknologi dan perilaku belajar mahasiswanya.
Sentimen: neutral (0%)