Sentimen
Undefined (0%)
13 Des 2024 : 14.01
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Jember, Malang, Solo, Tiongkok

Tokoh Terkait
John Riady

John Riady

joko widodo

joko widodo

Kisah Mochtar Riady, Konglomerat Indonesia yang Kunjungi Jokowi di Solo

13 Des 2024 : 14.01 Views 11

Espos.id Espos.id Jenis Media: News

Kisah Mochtar Riady, Konglomerat Indonesia yang Kunjungi Jokowi di Solo

Esposin, SOLO — Keluarga Mochtar Riady bersama James Riady serta John Riady mengunjungi kediaman Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) di Solo, Jumat (13/12/2024), begini kisah hidup konglomerat terkaya Indonesia itu.

Kunjungan pendiri Lippo Group itu diunggah di akun Instagram pribadinya @jokowi. Mantan Presiden itu tampak mengenakan kemeja putih, sedangkan keluarga Lippo semuanya mengenakan batik. 

"Saya menerima kehadiran Bapak Mochtar Riady, Bapak James Riady, Bapak John Riady beserta keluarga di kediaman," ujar Jokowi pada unggahan foto tersebut, Jumat. 

Jokowi lalu mengapresiasi Mocthar Riady yang sudah berumur 95 tahun, namun tetap mengunjunginya di Solo. 

"Khususnya Bapak Mochtar Riady yang di usia ke 95 tahun masih sehat dan berupaya untuk mampir ke Solo. Terima kasih atas kedatangannya, saya sangat menghargai silaturahmi ini," paparnya.

Kisah Mochtar Riady

Dilansir Forbes, Mochtar Riady adalah pendiri grup Lippo yang bergerak di bidang properti meliputi kota satelit, perumahan, kondominium, perkantoran kelas A, pendidikan, pusat industri, pusat belanja, hotel, golf dan rumah sakit.

Lippo Group saat ini dijalankan oleh putra-putranya James dan Stephen.

Mochtar Riady yang lahir di Jawa Timur membuka toko sepeda pada usia 22 tahun dan kemudian membangun karier perbankan yang sukses hingga krisis keuangan Asia pada 1997.

Di berada di nomor ke-25 dalam daftar 50 orang terkaya di Indonesia pada 2024. Putrinya Rosy menikah dengan sesama miliarder Indonesia, yakni Dato Sri Tahir.

Melansir Bisnis.com, Mochtar Riady mengakui bahwa hidupnya sangat terbatas, bahkan punya nasib yang sangat malang. 

“Waktu saya usia 9 tahun, ibu meninggal dunia dan usia 11 tahun ketika Perang Dunia meletus lalu, ada suatu peristiwa penangkapan, di mana Ayah dan Paman saya ditangkap oleh tentara Jepang. Jadi, usia 11 tahun itu, saya hidup tidak ada Mama dan Papa,” ungkapnya dilansir dari Youtube Mochtar Riady Manusia Ide, Jumat (6/1/2023). 

Alhasil, karena tidak adanya bimbingan dari orang dewasa ketika berusia 11 tahun, membuat Mochtar menjadi penjudi kecil akibat terbawa lingkungan sekitarnya.

Lalu, saat dirinya mengalami banyak kekalahan dan tidak mampu membayar, dia pun memutuskan untuk mengadukan permasalahannya kepada sang Kepala Sekolah, Pak Lo. 

Akhirnya, berkat saran dari saran Kepsek untuk berani tegas kepada penipu. Mochtar pun memutuskan pulang ke rumah dan bertindak dengan mengatakan bahwa dia akan mengancam akan melaporkan kepada polisi, jika orang tersebut masih akan mendatangi Mochtar.

"Jadi ini adalah sesuatu yang saya sebut sebagai pelajaran melalui penderitaan," ujarnya. Baginya, sang Ayah sangatlah setia dengan Ibunya. Terbukti, kala itu sang Ayah memutuskan untuk tidak menikah lagi, meski umurnya masih muda, yakni sekitar 40 tahun. 

“Beliau sangat perhatian pada saya. Kalau saya kembali dr sekolah, saya selalu ditanya soal bagaimana pelajaran. Setiap hari dibacakan buku, diajarkan bahasa Mandarin, dan menuliskan surat untuk keluarga mereka di China, Xinghua, Fujian. Sehingga, saya punya kemampuan menulis yang baik,” ungkapnya. 

Namun, sekembalinya sang Ayah dari penangkapan Jepang kala itu, ternyata tindakan Mochtar yang berjudi serta sempat memainkan lotre pun diketahui oleh Ayahnya. 

“Setelah saya mengalami kekalahan judi. Hal tersebut masih membuat penasaran saya, jadi pada suatu saat saya denger kalau membeli lotre bisa jadi orang kaya. Saya pun mencoba. Tapi, hal itu diketahui oleh Ayah akhirnya dirampas dan disobeklah lotre itu,” jelas Mochtar Riady. 

Ayahnya mengatakan untuk bisa mendapatkan uang, maka seseorang harus mengandalkan usaha, Tanpa keringat, uang tidak bisa didapat. 

Dari sana, akhirnya Mochtar tersadar hingga akhirnya punya cita-cita menjadi bankir, lantaran terpesona dengan tampilan petugas Nederlandsche Handels Bank yang berada di gedung-gedung megah bergaya Eropa saat dirinya pergi ke sekolah. 

Sebagai informasi, Mochtar Riady pernah dipulangkan ke China oleh Pemerintah Belanda. Di China, Mochtar Riady kuliah di University of Nangking. Sayangnya kuliah itu selesai terjadi perang di Nanking. Hingga akhirnya, Mochtar Riady kembali ke Indonesia pada tahun 1950-an.

Pernah Jadi Penjaga Toko 

Barulah setelah menyelesaikan pendidikannya. dia pun punya ketertarikan besar untuk bisa mewujudkan mimpinya menjadi seorang bankir. 

Tapi, ternyata ketika dirinya telah menyelesaikan kuliah di University of Nangking, sang Ayah sempat tidak setuju. Sebab, menurutnya bank hanya bisa diisi oleh orang yang punya uang. 

Sehingga, alih-alih mengejar cita-citanya, Mochtar Riady diminta Ayahnya untuk menjaga toko. Berkat, tangan besinya, maka hanya dalam waktu tiga tahun, toko kecil tersebut berkembang pesat dan menjadi toko terbesar di Jember. 

Meski begitu, dirinya masih punya hasrat untuk menjemput mimpinya, pada usia 21 tahun diapun memutuskan untuk merantau ke Jakarta.   

Sesampainya di sana, ternyata kesempatan menjadi pegawai bank tak langsung datang. Terlebih, melakukan kegiatan bisnis di zaman demokrasi liberal (1950-1959) bukan hal mudah bagi para keturunan Tionghoa.

Mochtar Riady akhirnya tetap memutuskan untuk berbisnis sepeda dan tetap punya keinginan bekerja kantoran sebagai pegawai bank. 

Pada tahun 1959, pertemuannya dengan Andi Gappa, yang merupakan pemilik Bank Kemakmuran tersebut akhirnya membuat nasibnya sedikit demi sedikit berubah ke arah yang lebih baik. Di mana, Andi Gappa mengajak Mochtar Riady bergabung sebagai mitra usaha. 

Seusai dua tahun berkarier, dia pun memberanikan diri membuka Bank Buana yang kini telah berganti nama menjadi Bank UOB Indonesia. Bank ini sukses dengan menggandeng banyak mitra. 

Alhasil, bisnis perbankannya terus melesat terbukti, Mochtar Riady dapat mengelola banyak bank besar di Indonesia, seperti Bank Panin, BCA hingga CIMB Niaga.

Adapula, Bank National Nobu (Nobu Bank) yang telah hadir lebih dari 20 tahun di industri perbankan Indonesia. Fokusnya adalah pada peningkatan kompetensi Usaha Kecil dan Menengah (UKM). 

Sejak itulah kesuksesannya dimulai. Mochtar pun kian memperluas sayap bisnisnya dengan membuka lini bisnis lainnya.

Kini, dengan aksi korporasi yang tertata rapi, Lippo Group tumbuh secara eksponensial menjadi kerajaan bisnis yang luas, dan juga dapat beroperasi di berbagai negara.

Melansir dari situs perusahaan, Lippo Group telah bergerak, di bidang properti, ritel, TTM (teknologi, telekomunikasi, dan multimedia), pendidikan, kesehatan, serta keuangan. Selain di Indonesia, Lippo juga beroperasi di sembilan negara.

Berpusat di Singapura, Lippo International antara lain beroperasi di Tiongkok, Hong Kong, AS, dan Myanmar. Di Singapura, Lippo memiliki 100 klinik yang melayani 1,4 juta orang.

Lippo juga sudah membangun empat rumah sakit di Myanmar dan sedang menjajaki pembangunan rumah sakit di Vietnam.

Sentimen: neutral (0%)