Sentimen
Undefined (0%)
12 Des 2024 : 13.55
Informasi Tambahan

Kasus: PHK

Menakar Daya Kelas Menengah

12 Des 2024 : 13.55 Views 13

Espos.id Espos.id Jenis Media: Kolom

Menakar Daya Kelas Menengah

Istilah deflasi dan inflasi sering kita dengar dalam ekonomi. Deflasi didefinisikan sebagai suatu kondisi ketika harga barang dan jasa mengalami penurunan dalam periode waktu tertentu. 

Deflasi merupakan fenomena penurunan harga yang terjadi karena kekurangan jumlah uang beredar yang menyebabkan daya beli masyarakat menurun. 

Sedangkan inflasi kebalikan dari deflasi, yaitu keadaan perekonomian menunjukkan kecenderungan kenaikan harga barang dan jasa dalam periode waktu tertentu disebabkan tekanan dari sisi suplai atau cost push inflation.

Dalam kurun waktu lima bulan terakhir Indonesia mengalami deflasi secara beruntun. Berawal pada Mei hingga September 2024 terjadi deflasi masing-masing sebesar 0,03%, 0,16%, 0,89%, 0,03%, dan 0,12%, dan pada Oktober terjadi inflasi sebesar 0,22%.

Hal ini sebagai akibat bergejolaknya harga-harga komoditas di tingkat konsumen. Deflasi memang menandakan penurunan harga-harga. Seolah-olah hal yang menggembirakan, namun jika berkepanjangan hal ini tak berarti positif.

Meski terkesan harga barang-barang murah, pendapatan masyarakat menurun. Artinya kesulitan dalam berbelanja akibat terbatasnya uang yang dimiliki. Berbagai argumen dan prediksi tentang kondisi deflasi yang terjadi selama beberapa bulan terakhir memicu isu yang menyebut kalangan atau kelas menengah menjadi kaum rawan paling terdampak. 

Lantas bagaimana sebenarnya kondisi kalangan menengah ini? Indonesia mengalami deflasi selama lima bulan berturut-turut. Berbagai literatur menyebut dampak deflasi berkepanjangan sebagai indikator awal terjadinya stagnasi atau bahkan resesi ekonomi dan berdampak buruk bagi perekonomian. 

Selain penurunan pola konsumsi, hal penting lainnya yaitu terhambatnya investasi. Harga murah berarti margin atau laba produksi semakin rendah sehingga perusahaan akan mengurangi produksi dan biaya produksi lainnya. 

Gelombang pemutusan hubungan kerja atau PHK yang terjadi saat ini pada sektor industri mencapai 64.221 orang pekerja. Hal ini berarti kondisi finansial masyarakat pekerja semakin minim untuk berbelanja dan mengindikasikan pendapatan atau uang yang beredar di masyarakat semakin berkurang. 

Berbagai upaya mengantisipasi deflasi telah diterapkan, seperti kebijakan moneter ekspansif, yaitu penurunan suku bunga guna mendorong konsumsi dan investasi. Stimulus fiskal dapat dilakukan oleh pemerintah untuk mendongkrak permintaan. 

Upaya itu termasuk reformasi struktural, yaitu suatu kebijakan yang bertujuan meningkatkan efisiensi dan produktivitas dalam sistem ekonomi, regulasi, dan infrastruktur melalui perubahan fundamental.

Saat ini BI rate menetapkan suku bunga stagnan pada angka 6% yang artinya sektor keuangan masih terkendali. Dua kondisi, yaitu inflasi yang terlalu tinggi atau deflasi yang terlalu dalam, berdampak tidak baik karena mengindikasikan ketidakstabilan ekonomi.

Idealnya adalah inflasi rendah dan stabil, ekonomi pun aman, sebagaimana diungkap Bank Indonesia. Kalangan menengah adalah kelompok masyarakat dengan middle income, antara kelas bawah dan atas, dengan nilai pengeluaran pada rentang Rp2,04 juta hingga Rp9,90 juta per bulan (BPS). 

Pola dan gaya hidup serta akses layanan sosial di tengah-tengah, antara bawah dan atas. Karakteristik kalangan ini adalah berpendidikan cukup tinggi, bekerja di sektor formal, memiliki tabungan, dan barang berkualitas menjadi konsumsi. 

Kalangan menengah dengan daya beli yang kuat terus bertumbuh, memunculkan peluang dan tantangan tersendiri bagi perekonomian Indonesia. Peran kelas menengah tergolong penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi.

Mereka berandil sebesar 50,7% dari penerimaan pajak. Jumlah warga kelas menengah cukup tinggi, yaitu 47,85 juta orang atau sekitar 17,13% dari total populasi penduduk Indonesia, menurun pada tahun terakhir, yang berkontribusi sebesar 21,45%. 

Dalam kerangka menjamin daya beli dan akses terhadap layanan sosial serta partisipasi pembayaran pajak bagi kaum menengah, kini dihadapkan pada kondisi deflasi dan perlambatan ekonomi. 

Mereka juga dihadapkan pada isu yang terus bergulir, yaitu kesenjangan sosial. Tanpa disadari, dengan gaji stagnan dan harga yang terus bergejolak, tabungan mereka mulai tergerus dan semakin menempatkan pada posisi yang serbasalah. 

Hal ini juga berdampak pada penurunan penerimaan pajak yang berpotensi pada penurunan produk domestik bruto atau PDB. Korelasi antara daya beli dengan deflasi yang terjadi dalam lima bulan terakhir dapat diartikan ada penurunan harga barang dan jasa, jumlah uang yang beredar juga mengalami penurunan, sehingga mengakibatkan daya beli menurun. 

Deflasi ini tergolong masih dalam takaran aman bagi kaum menengah karena jika dilihat deflasi mulai mereda dan pertumbuhan ekonomi nasional year on year sebesar 5,03%. Dari sisi pengeluaran, komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga triwulan ketiga 2024 tumbuh sebesar 4,91%, artinya konsumsi masih stabil. 

Dalam jangka pendek deflasi bagi kalangan menengah memberikan keuntungan, namun deflasi yang berkepanjangan berdampak pada ritel barang-barang nonprimer akan makin menurun karena keterbatasan pendapatan masyarakat. 

Kalangan menengah tentu berpikir mulai membatasi diri untuk tidak membelanjakan uang pada kebutuhan sekunder, apalagi tersier, karena merasa kurang aman secara finansial dan mengantisipasi kebutuhan pada masa mendatang.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 5 Desember 2024. Penulis adalah Statistisi Muda Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah)

Sentimen: neutral (0%)