Sentimen
Undefined (0%)
11 Des 2024 : 14.45
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Boyolali

Kades Watugede Boyolali Tak Pernah Ngantor Seusai Kasus Penggerebekan Viral

11 Des 2024 : 14.45 Views 8

Espos.id Espos.id Jenis Media: Solopos

Kades Watugede Boyolali Tak Pernah Ngantor Seusai Kasus Penggerebekan Viral

Esposin, BOYOLALI -- Kades Watugede, Kemusu, Boyolali, Sriyanto, tidak pernah datang ke kantornya sejak kasus penggerebekan dirinya di rumah seorang perempuan mencuat, beberapa hari lalu. 

Demikian pula saat ratusan warga Watugede berdemonstrasi di kantor balai desa setempat, Sriyanto tidak terlihat. 

Espos telah mencoba menghubungi Sriyanto untuk meminta konfirmasi terkait kasus ini namun belum direspons oleh yang bersangkutan. 

Informasi tidak ngantor-nya Kades Sriyanto disampaikan Sekretaris Desa (Sekdes) Watugede, Dwi Septiyono. 

Dwi menjelaskan sejak viralnya kasus tersebut pada Minggu (8/12/2024) hingga hari ini dirinya tidak bisa bertemu karena Kades karena tidak masuk kerja. 

Secara prinsip, kata Dwi, pihaknya menerima aspirasi masyarakat yang meminta sang kades mundur karena isu selingkuh. 

Pihaknya akan menyampaikan aspirasi tersebut ke Camat Kemusu. 

"Untuk tindak lanjut ikut atasan kami di pemerintah kecamatan, kami akan berkoordinasi langkah terbaiknya seperti apa sambil melihat respons di bawah. Yang jelas kami tidak bisa memutuskan karena ada pemerintah di atas kami," kata dia.

Meski sang kades tidak ngantor, Dwi menegaskan pelayanan masyarakat tidak terganggu. 

Sebagai orang nomor dua di Pemdes Watugede, dirinya yang bertanggung jawab terkait dengan layanan administrasi warga. 

"Untuk pelayanan masyarakat soal tanda tangan memakai tanda tangan Sekdes," kata dia. 

Ratusan Warga Demo

Diberitakan sebelumnya, ratusan warga menggeruduk Balai Desa Watugede, Kemusu, Boyolali, pada Rabu (11/12/2024) pagi. 

Mereka menuntut kepala desa setempat, SR, mengundurkan diri setelah sebelumnya digerebek warga saat keluar dari rumah perempuan yang diketahui warga bukan sang istri pada Jumat (6/12/2024) malam.

Belakangan sang kades mengaku dirinya sudah menikah siri dengan perempuan yang didatanginya tersebut. 

Informasi yang dikumpulkan Espos, warga datang ke balai desa Watugede sekitar pukul 08.50 WIB sambil membawa berbagai poster dengan tulisan seperti "Aja Ngana Ta Pak Lurah [Jangan Seperti itu Pak Kades]", "Pak Lurah Mundur Koe Ora Pokro", "Jangan karena Saya Ga Beraksi, Situ Kira Saya Gatau Apa-apa, Gropyok Dong", "Kita Kembalikan Nama Baik Desa Watugede, Kepala Desa Harus Lengser", dan lain-lain.

Koordinator lapangan aksi, Adit Sriyanto alias Ifan, menyampaikan aksi tersebut diadakan setelah terdapat rapat dari perwakilan ketua RT, tokoh masyarakat, pemuda dan warga yang lain.

Ia mengatakan ada dua tuntutan masyarakat yaitu Kades Watugede mengundurkan diri, mengakui salah, dan meminta maaf secara terbuka karena telah mencoreng nama baik dan adat istiadat desa.

Akan tetapi, dalam aksi tersebut Kades Watugede tidak berada di lokasi.

"Kalau seandainya Pak Kades bisa langsung memberikan keterangan dan lapangan dada untuk menerima kemauan masyarakat, mungkin kami tidak akan melanjutkan aksi ini lagi. Kalau ini tidak ada tanggapan lebih lanjut, dan tidak sesuai harapan masyarakat, kami akan berupaya bagaimana caranya untuk melanjutkan aksi di tingkat kecamatan atau menyampaikan tertulis ke Pak Bupati," kata dia dijumpai Espos.id di Balai Desa Watugede, Rabu.

Ia mengatakan apa yang dilakukan Kades Watugede melukai hati warga dan memberikan contoh tidak baik serta mencoreng adat istiadat.

Kalau Kades Watugede tidak mau mengundurkan diri, Ifan menyebut warga akan meminta lewat Camat Kemusu kepada Bupati Boyolali agar memberikan sanksi kepada Kades Watugede.

Ia meminta nantinya Bupati Boyolali memecat Kades Watugede secara tidak hormat karena telah mencoreng nama desa.

Ifan mengatakan ketika ada yang mengatakan aksi tersebut ada motif politik, ia menampiknya karena hal tersebut berasal dari keinginan masyarakat.

Soal alasan Kades Watugede baru digerebek Jumat kemarin, Ifan mengatakan sebenarnya kecurigaan masyarakat sudah berlangsung lama. 

Namun kecurigaan tersebut tidak pernah terbukti.

Ifan menjelaskan bahkan masyarakat sempat mengintai beberapa kali karena kecurigaan tersebut.

"Mungkin Jumat kemarin itu pas wayahe mawon, pas tiba apese mawon [pas waktunya saja, pas tiba sialnya]," kata dia.

Sentimen: neutral (0%)