Sentimen
Informasi Tambahan
BUMN: BUMD
Event: Hari Sumpah Pemuda, Pilkada Serentak
Kab/Kota: Solo, Tangerang
Kasus: kebakaran, Kemacetan, pengangguran, stunting
Partai Terkait
Tokoh Terkait
Nurdin Bicara Capaian Kinerja dan Masa Depan Kota Tangerang
Tirto.id Jenis Media: News
tirto.id - Penjabat (Pj) Wali Kota Tangerang, Nurdin, membeberkan sejumlah programnya untuk menyelesaikan berbagai permasalahan klasik yang terjadi Tangerang. Sejak resmi dilantik, Nurdin mengaku telah menjalankan beberapa program prioritas mulai dari pelatihan kerja, pemberian modal usaha, hingga meluncurkan program untuk atasi stunting.
“Jadi prioritasnya adalah menjalankan program-program yang ada dengan sebaik-baiknya, se-efektif mungkin,” ujar Nurdin dalam podcast For Your Politics.
Nurdin berharap, Wali Kota Tangerang terpilih ke depan dapat meneruskan beberapa program keberlanjutannya selama menjabat, terlebih sistem pemerintahan daerah sudah membuat rambu-rambu agar menjaga pemerintahan ini berlanjut dan berkelanjutan tadi.
“Saya berharap apa yang sudah baik selama ini yang merupakan hasil pekerjaan sekian tahun pemerintahan daerah oleh berbagai macam dinamika yang ada dengan kepala-kepala daerah yang sudah ada wali kota-wali kota terdahulu ini terus berkelanjutan,” katanya.
Dalam hal Pilkada 2024, Nurdin terus berupaya menjaga kondusifitas Kota Tangerang. Ia pun memberikan berbagai dukungan dalam pelaksanaan pilkada. “Alhamdulillah di Kota Tangerang berjalan lancar, tidak ada isu-isu yang mengemukakan publik terkait dengan netralitas ini,” imbuh dia.
Pria yang pernah menjabat sebagai (Pj) Bupati Aceh Jaya ini juga bicara banyak terkait masa depan Kota Tangerang hingga harapan-harapan lainnya kepada wali kota terpilih berikutnya. Berikut ini petikan wawancara Tirto dengan Nurdin:
Selama hampir setahun ini ada program-program prioritas apa sih yang sudah terlaksanakan sebagai PJ Wali Kota Tangerang?
Selama hampir satu tahun tentu yang menjadi prioritas utama kami adalah menyelesaikan rencana kerja pemerintah daerah yang sudah tersusun. Di mana setelah selesainya wali kota definitif dan selesainya RPJM di Kota Tangerang, maka pemerintah daerah dan Wali Kota Tangerang sudah menyusun rencana kerja pemerintah daerah untuk 2024 sampai dengan 2026 dan saya masuk juga APBD-nya sudah siap jadi saya tinggal menjalankan.
Jadi prioritasnya adalah menjalankan program-program yang ada dengan sebaik-baiknya, se-efektif mungkin. Kemudian hal-hal yang kurang efisien kami bedah, kami kurangi, kami hilangkan. Kemudian juga mendengar dari masyarakat secara langsung apa sih yang menjadi prioritas yang menurut masyarakat itu perlu ditangani segera.
Jadi kami menyesuaikan rencana kerja pemerintah daerah yang sudah ada, mana prioritas dan menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Alhamdulillah di Agustus kami melakukan penyesuaian anggaran pendapatan daerah, sehingga beberapa prioritas masyarakat bisa kami selesaikan seperti penataan Kali Sipon yang juga ini sudah cukup lama menjadi harapan masyarakat.
Alhamdulillah kami bisa menganggarkan, kami selesaikan, jalurnya kami bikin searah, jembatan kami bikin, jalannya kami perlebar. Nah ini lagi dikerjakan ya, mudah-mudahan akhir tahun ini penataan Kali Sipon bisa selesai. Kemudian juga misalnya jalan saluran barat Kali Cisadane yang menghubungkan Kota Tangerang dengan Kabupaten Tangerang, dimana ini sudah cukup lama warga macet terus, pagi dan sore hari.
Itu masalah klasik ya Pak?
Iya masalah klasik. Akhirnya alhamdulillah sekarang sudah bisa tersambung, sehingga warga bisa lewat dengan lebih lancar dan Insya Allah nanti tahun depan kami akan tambah jalurnya, kemudian nanti kami bikin searah, membuat jembatan, mudah-mudahan wilayah sana bisa selesai.
Tambah jalurnya itu ke mana berarti Pak?
Sekarang kan baru satu jalur, kami tambah satu lagi, nanti jalannya akan searah. Ini salah satu upaya kami untuk memperbaiki kemacetan yang ada di sana.
Tapi selain itu, setahu saya Bapak ini punya program-program unggulan seperti stunting, pengentasan stunting, juga ada program satu telur satu minggu ya Pak. Kemudian juga ada kemiskinan ekstrem, kemudian program modal usaha, bantuan untuk keluarga.Itu boleh diceritain nggak sih Pak?
Jadi untuk program-program pemberdayaan masyarakat, termasuk dalam rangka pengentasan kemiskinan ekstrem dan pengentasan pengangguran, saya mengambil beberapa model. Pertama, kami ingin memaksimalkan peluang kerja yang ada agar pencari kerja di Tangerang bisa masuk. Kami menggelar job fair, kemudian membangun komunikasi dengan para pengusaha agar tenaga tengah kerja yang ada di Kota Tangerang ini bisa masuk ke pasar kerja.
Nah, salah satu inovasi yang kami dorong adalah pelatihan kerjanya kami ubah menjadi semacam on the job training. Jadi mereka masuk langsung kerja, kemudian biaya pelatihannya itu dibiayai dari pemda melalui program on the job training. Saya sudah ketemu dengan empat puluh pengusaha dan mereka siap untuk mendorong program ini. Jadi nanti tenaga kerja di Kota Tangerang bisa langsung masuk kerja dulu, pembiasaan sampai dilatih-dilatih kerjanya.
Tapi tahap-tahapnya sebelum itu ada lagi Pak?
Ya, tentu itu salah satunya ya. Yang kedua, kami juga akan dorong terus pelatihan kerjanya. Jadi balai-balai latihan kerja yang ada di Kota Tangerang saya upgrade, kami renovasi, kami maksimalkan. Kemudian ini bisa digunakan oleh berbagai pihak, termasuk pihak-pihak swasta, lembaga-lembaga pelatihan kerja swasta boleh menggunakan BLK kami untuk melatih. Ini tujuannya apa? Supaya semakin banyak tenaga kerja kami yang mendapatkan kesempatan berlatih.
Tapi syaratnya enggak untuk bisa menggunakan itu?
Iya, kan kami latih ya. Nanti akan di-assessment dulu di mana gap kompetensinya itu yang akan diisi. Yang berikut juga ada program kami melakukan pelatihan untuk digital trainer. Ada seribu anak muda yang kami latih untuk digital trainer. Kebetulan di Tangerang itu ada teman-teman yang bergerak di bidang marketing digital. Kami kolaborasi dengan mereka. Ini konsepnya adalah bekerja bersama dan melalui orang lain. Jadi pemda itu ada fungsinya membangun kolaborasi agar potensi yang dimiliki itu bisa kami maksimalkan.
Nah, yang berikut yang kami dorong juga, saya membuat tagline, memformalkan sektor informal. Saya melihat sektor informal kami banyak, tetapi tidak mempunyai tata kelola yang bagus. Kalau di luar negeri kan dia kerja apapun dia bangga dengan profesinya. Kalau kami masih rada-rada apa gitu. Padahal instrumen untuk memformalkan itu sudah dimiliki oleh pemerintah kami, namun belum maksimal.
Contoh pedagang-pedagang yang bergerak di sekitar itu, yang sektor informal, kan mereka belum punya perlindungan. Jika terjadi sesuatu gak ada yang bertanggung jawab. Maka, salah satu program saya dalam rangka memformalkan sektor informal itu adalah mengajak perusahaan-perusahaan untuk membantu memformalkan sektor informal yang ada di sekitar pabriknya.
Caranya gimana? Pabrik-pabrik itu saya minta untuk ikut berkontribusi memberikan iuran BPJS ketenagakerjaan. Kalau mereka sudah dilindungi dengan BPJS ketenagakerjaan, kalau terjadi sesuatu ada yang melindungi. Ini manfaat ganda bagi masyarakat kami di sektor informal bisa mendapatkan perlindungan dan bagi perusahaan juga akan merasa dekat dengan warga sekitarnya.
Peserta dengan mengenakan pakaian adat dan seragam sekolah mengikuti upacara peringatan Hari Sumpah Pemuda di Alun-alun Kota Tangerang Senin (28/10/2024). ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal/foc.
Berikutnya saya juga dorong untuk memproduktifkan aset-aset masyarakat. Ini yang lagi saya dorong terus agar misalnya rumah-rumah yang punya kamar yang tidak produktif itu bisa dimaksimalkan. Ini lagi saya coba kembangkan terus.
Kemudian terkait dengan pengentasan kemiskinan ekstrem juga kami dorong untuk meningkatkan daya beli masyarakat di mana berbagai subsidi terus kami lanjutkan baik itu untuk makanan sehari-hari lewat program-program pemberian paket-paket bantuan sosial ataupun juga beasiswa-beasiswa untuk keluarga-keluarga miskin ekstrem sehingga keluarga yang tercantum dalam DTKS yang anaknya bersekolah di Tangerang, warga Tangerang, itu mendapatkan beasiswa yang kami sebut dengan Tangerang Cerdas, untuk SD itu Rp80.000 per bulan, yang SMP Rp100.000.
Di samping itu juga bagi yang bersekolah di sekolah swasta kami juga memberikan beasiswa untuk sekolah yang digunakan untuk membeli peralatan-peralatan sekolah kayak LKS dan sebagainya. Nah, ini 70 lebih sekolah swasta yang terlibat dan mereka kami beri nama itu sekolah gratis. Ini program yang sudah cukup lama di pemerintah Kota Tangerang dan menjadi rujukan dari beberapa daerah.
Lebih menarik lagi saya kira dalam rangka pengentasan kemiskinan ekstrem ini khusus di tahun 2024 dari uang insentif fiskal, jadi insentif fiskal ini penghargaan yang diberikan pemerintah adalah untuk uang kepada pemerintah kota. Ini kami balikin lagi ke masyarakat. Salah satunya dalam bentuk modal kerja bagi keluarga miskin ekstrem itu. Jadi, satu keluarga dapat Rp20 juta. Jadi, satu keluarga dapat 20 juta. Ini sedang kami siapkan proses pencairannya. Nah, saya ingin mengintegrasikan ini dengan berbagai program yang lain. Jadi, mereka diberikan pelatihan, kemudian ada bantuan sosialnya, kemudian ada bantuan untuk modal kerja.
Setelah mereka bekerja, berproduksi, saya ingin lagi cari channel supaya produknya itu berkelanjutan dan bisa dibeli. Saya lagi melirik, mudah-mudahan program makan bergizi gratis yang kami gagas, nanti dari keluarga miskin ekstrem yang kami bantu, kemudian kami latih, mereka bisa menjadi salah satu penyedia nanti. Ini masih perjuangan. Ini sekaligus menjadi bagian dari sinergi, dari tingkat masyarakat sampai mereka bisa memasarkan produknya.
Untuk pengentasan stunting tadi mungkin belum diceritakan?
Untuk stunting sendiri, ada beberapa terobosan yang kami lakukan. Pertama, untuk program pemberian makanan tambahan, itu terus kami lanjutkan. Kemudian, di setiap posyandu, kader-kader kami kami maksimalkan.
Kemudian ada program inisiatif masyarakat. Inisiatif untuk menggerakkan partisipasi masyarakat yang kami beri nama Sati Sami. Jadi, satu telur satu minggu. Jadi, silahkan menyumbang satu telur satu minggu. Biasanya hari Jumat kemudian telurnya dibagi ke keluarga-keluarga yang miskin ekstrem tadi, yang punya anak-anak stunting.
Nah, yang berikut yang kami dorong juga agar pengentasan stunting di Tangerang ini menjadi semakin bagus, kami menambah jumlah rumah sakit rujukan. Bagi anak-anak yang menderita gizi kurang, itu nanti kami dorong setelah nanti dicek, diperiksa di posyandu, di puskesmas, kemudian mereka ini dirujuk ke rumah sakit-rumah sakit.
Kami sudah menandatangani dengan enam rumah sakit untuk menjadi rujukan daripada anak stunting ini. Ada 6 rumah sakit swasta, ditambah satu RSU di Kota Tangerang. Jadi ada tujuh rumah sakit yang menjadi rujukan untuk anak-anak stunting di Kota Tangerang. Tentu ini akan mempercepat proses penanganan stunting di Kota Tangerang. Di samping itu, bagi keluarga yang nanti dirujuk anaknya, di 2024 ini kami tambahin transport. Jadi mereka dapat transport untuk mendampingi anak-anak mereka yang dirawat di rumah sakit-rumah sakit. Ini program yang kami lakukan.
Sekarang prosesnya sudah sampai mana Pak, untuk yang rumah sakit-rumah sakit ini?
Yang untuk rumah sakit itu penandatangan kerja sama sudah, dan mereka sudah mulai mengerjakan. Ketika ada anak stunting yang menderita gizi kronis, tak usah ragu-ragu, siapkan dirujuk ke rumah sakit.
Untuk tata alurnya mungkin, tata caranya?
Tata cara kan mereka mulai dulu dari posyandu. Di posyandu nanti dicek, kemudian ada konsultasi dengan tenaga medis kami, para dokter kami. Kalau memang ini memenuhi untuk dirujuk, maka mereka akan dirujuk.
Menurut Pak Nurdin sendiri, permasalahan sampah di Tangerang ini sebenarnya serumit apa sih Pak?
Ya, sekiranya Kota Tangerang dengan penduduk yang hampir mendekati 2 juta jiwa, tentu persoalannya sangat komprehensif. Ya mungkin beberapa hal yang kami diskusikan tadi adalah hal-hal yang langsung ya, tetapi masih banyak lagi. Kami punya 32 urusan pemerintahan. Itu masing-masing urusan pemerintahan ini kami bisa breakdown. Sekarang kalau bicara mengenai sampah kan berarti urusan pemerintahan lingkungan hidup.
Di Kota Tangerang, kami sebenarnya pernah menjadi kota dengan pengelolaan TPA yang cukup bagus. Di TPA Rawa Kucing kami itu pernah menjadi TPA terbaik di Indonesia. Namun, pasca banjir, pasca kebakaran, TPA Rawa Kucing kami itu menjadi kurang terurus dalam daerah kota. Di samping juga, kami punya persoalan-persoalan teknis di dalam kerja sama untuk penggunaan sampah menjadi energi listrik.
Alhamdulillah, kami coba terus urai satu-satu untuk pengelolaan sampah. Pertama, untuk kerja sama yang sudah dibuat MOU, kami dorong supaya badan usahanya untuk terus konsisten melaksanakan perjanjian itu, yaitu membuat pembangkit listrik tenaga sampah. Sudah ada MOU sebelumnya, tinggal kami dorong supaya ini tetap jalan konsisten walaupun ada masalah-masalah internal mereka, kami tetap menyurati supaya konsisten di dalam pelaksanaan perjanjian yang ada.
Sejumlah pekerja melipat surat suara di Gudang Logistik KPU Kota Tangerang, Banten, Selasa (5/11/2024). ANTARA FOTO/Sulthony Hasanuddin/nym.
Kedua, tentu pemerintah nggak boleh berpangku tangan sambil menunggu pembangkit listrik tenaga sampah berjalan. Apa yang bisa kami lakukan? Kami sedang menyiapkan pengelolaan sampah itu menjadi bahan jemputan padat atau sering disebut dengan RDF. Kami sedang menyiapkan MOU dengan pabrik semen sebagai outtaker dari RDF yang dihasilkan. Di samping tentu memperkuat pengelolaan sampah lewat TPST 3R. TPST terpadu untuk reduce, reuse, and recycle. Ini juga terus kami dorong.
Yang berikut yang kami lakukan adalah memaksimalkan pengelolaan sampah di tingkat rumah tangga. Saya sedang memformulasikan kebijakan untuk mendesentralisasikan pengelolaan sampah ke wilayah. Jadi bentornya, tenaganya itu kami kasih ke kecamatan. Termasuk pendanaannya. Pola pikirnya yang paling dekat sehari-hari dengan masyarakat kan di wilayah. Kelurahan, camat, sehingga mereka bisa langsung melihat.
Saya juga sedang memprogramkan minimalisasi daripada TPS. Saya sudah berkunjung ke Solo. Saya lihat bagus sekali di Solo itu TPS-TPS sudah tidak ada lagi berganti dengan taman bermain. Saya juga sedang dorong di Tangerang ini mudah-mudahan kami bisa pelan-pelan menghilangkan tempat penampungan sampah sementara. Caranya sebenarnya sederhana di Solo. Tinggal mensinkronkan antara buang sampah oleh masyarakat sama mengangkut ke TPA.
Tapi kalau masalah buang sampah masyarakat itu masih susah tidak Pak?
Ini yang harus kami lakukan. Beberapa pertemuan saya dengan RT, dengan RW, mereka sangat antusias. Bagi mereka sebenarnya ada TPS di tempat mereka juga kurang nyaman. Ini sebenarnya antara kebutuhan masyarakat dengan apa yang kami programkan bisa ketemu. Masyarakat ingin sampahnya tetap tertangani, lingkungannya bersih tidak ada tumpukan sampah.
Gimana caranya? Ini yang lagi saya siapkan. Nanti masyarakat buang sampah itu sudah diatur jadwalnya. Langsung ke mobil, ke truk, kemudian truk langsung angkat ke TPA. Jadi tidak ada lagi sampah-sampah yang menumpuk di TPS. Tapi ini tentu bagian dari upaya kami untuk mengatasi persoalan sampah yang ada di Kota Tangerang.
Strateginya di TPA kami maksimalkan apa yang sudah diperjanjikan, kemudian kami tambah pengelolaan menjadi RDF, kemudian di tingkat masyarakat kami desentralisasikan. Sama, saya lagi mendevelop sistem pembayaran yang terintegrasi. Ini saya lagi dorong untuk digitalisasi pembayaran.
Jadi nanti iuran-iuran sampah itu sudah digital langsung dibayar. Ini sekaligus juga untuk memaksimalkan jangan ada kebocoran-kebocoran di dalam pengelolaan iuran sampah, dan juga kami ingin memaksimalkan peran kewilayahan. Jadi RT-RW kami bikin ada kluster-kluster, grup-grup mereka sendiri yang langsung bayar di situ, berapa bagian yang bisa kami kembalikan ke RW, ke RT untuk mensupport pengelolaan di tingkat wilayah. Ini sedang kami siapkan. Mudah-mudahan di akhir Desember ini kami sudah bisa launching. Kami beri nama Tangerang Go. Jadi ini kayak semacam marketplace, kemudian juga payment yang ada di situ.
Ini bagian dari kami menyongsong revolusi industri 4.0. Di mana kan Tangerang kami ingin dorong menjadi kota yang smart city. Aplikasi untuk layanan pemerintah, layanan publik sudah cukup bagus. Lewat Tangerang Life dan Tangerang Ayo. Tetapi untuk marketnya belum ada nih. Karena kenapa? Kan pemda nggak boleh, dinas itu nggak boleh mengoperasionalkan yang ada berbayar. Maka ini kami kerja sama dikelola oleh BUMD-nya Tangerang yaitu PT Tangerang Nusantara Global. Jadi nanti yang mereka menjadi operator.
Pertanyaannya, mampu nggak TNG (Tangerang Go) melakukan? Ini yang kami lakukan proses kerja sama. TNG akan bekerjasama dengan salah satu pihak swasta untuk menyediakan layanan ini. Ya mudah-mudahan nanti masyarakat Tangerang punya dompet Tangerang. Kemudian semuanya lah bayar PBB juga sudah lebih mudah. Dia bisa lihat PBB-nya langsung di aplikasi, SPT-nya di aplikasi langsung bayar. Ini mempermudah masyarakat ya bagian dari upaya kami meningkatkan layanan publik, juga kami lagi dorong ini perizinan. Ada dua yang saya dorong untuk otomatisasi. Pertama perizinan bangunan gedung, PBG. Untuk bangunan-bangunan yang sederhana. Karena saat ini tunggakan layanan PBG kami itu lebih dari 7 ribu. Ada beberapa kendala ya di dalam pelayanan teknis itu. Di mana masyarakat harus punya konsultansi untuk gambar, untuk desain bangunan, dan sebagainya. Sehingga layanan ini menjadi lama.
Saat ini layanan itu standarnya 30 hari. Kemarin Menteri Perumahan Rakyat minta supaya bisa 10 hari. Nah, saya Tangerang dorong kami harus bisa 10 jam. Kami ingin layanan PBG untuk rumah yang sederhana itu bisa 10 jam. Ini teman-teman saya lagi bekerja keras untuk menyiapkan ini.
Kemudian yang kedua untuk, kesesuaian penggunaan ruang, itu juga saya lagi dorong otomatis. Caranya gimana? Mengintegrasikan anta-RDTR nya Kota Tangerang dengan OSS. Kemudian nanti ini diproses by system. Nah, mudah. Dua hal ini bisa mempermudah layanan kami kepada masyarakat dan juga akan memperkuat daya saing Kota Tangerang.
Tantangan terbesarnya sekarang menjadi PJ Wali Kota Tangerang apa sih Pak?
Sekiranya sama ya secara umum ruang lingkup tugas yang kami laksanakan yaitu mengoperasionalkan layanan pada 32 urusan pemerintahan yang membedakan skalanya saja. Kalau di Aceh Jaya saya melayani 92 ribu penduduk. Kalau di Tangerang saya harus bisa meng-cover 1.987.000 penduduk.
Culture shock nggak Pak?
Saya kira nggak ya. Saya walaupun lahir di Aceh kan udah lama juga di Jakarta gitu.
Apa sudah belajar dulu karakteristiknya penduduk Tangerang mungkin sebelum-sebelumnya?
Ya, saya kira itu hal yang pertama saya lakukan. Jadi, sebelum saya masuk ke Kota Tangerang, saya baca nih Tangerang dalam angka, data-data statistik tentang Tangerang, persoalan-persoalan yang dihadapi, saya ketemu dengan tokoh-tokohnya. Tentu ini sangat berat. Bayangkan ya, saya masuk ke sebuah kota yang saya nggak kenal sama sekali. Saya nggak punya dukungan partai politik, nggak punya teman-teman di DPRD, nggak punya teman-teman di birokrasi.
Tapi Alhamdulillah ya setelah masuk kami bangun komunikasi, Alhamdulillah ternyata orang Tangerang tuh luar biasa, enak support semuanya. Birokrasinya support, DPRD-nya support, masyarakatnya support. Karena sudah terbangun satu semangat, kebersamaan.
Bahwa saya ini kan memberi keberlanjutan, bagaimana menghubungkan antara kepemimpinan kepala daerah sebelumnya dengan yang akan datang, yang sudah terpilih kemarin di tanggal 27 November 2024. Ini satu hal penting. Maka saya membangun tagline di Kota Tangerang. Kan tagline di Kota Tangerang itu, ‘Tangerang Ayo’. Saya bilang, ayo apa nih? Ayo kami kolaborasi untuk mewujudkan visi. Karena kami bawa kolaborasi wujudkan visi, ya alhamdulillah semua akan support.
Tapi berarti sekarang menjadi PJ Wali Kota Tangerang ini yang terlama apa? Atau bagaimana?
Kemarin waktu di PJ Bupati Sanjaya, saya melaksanakan tugas itu satu tahun lima bulan. Jadi kalau misalnya ini di Tangerang mau setahun, berarti ya ini penugasan kedua.
Pj Wali Kota Tangerang Nurdin. tirto.id/Andhika krisnuwardhana
Ada nggak sih Pak mungkin yang harapan ke depan untuk yang menggantikan ke depannya seperti apa?
Saya kira gini, pemerintahan ini kan sesuatu yang terus berlanjut dan berkelanjutan. Sistem pemerintahan kami sudah membuat rambu-rambu agar menjaga pemerintahan ini berlanjut dan berkelanjutan tadi. Lewat apa? Lewat yang tadi saya sebut rencana pemerintah daerah, kemudian ada rencana pembangunan daerah, ada RPJP, ada RPJMD. Kemudian kepala daerah terpilih kan harus juga membuat RPJMD-nya, harus membuat RPJP-nya berbasis pada RPJP yang sudah disusun.
Kemudian mereka kan melaksanakan tugasnya nanti berbasis pada dokumen anggaran yang sudah kami susun. Jadi ya berarti apa yang sudah kami buat, kemudian dituangkan dalam RPJMD, itu yang harus dilaksanakan. Pada saat melaksanakan ini tentu mereka bisa menyesuaikan dengan visi-misi yang mereka buat, kemudian dikaitkan dengan RPJMD yang sudah kami susun. Nah disitulah keberlanjutan pemerintahan ini terjaga. Saya berharap apa yang sudah baik selama ini yang merupakan hasil pekerjaan sekian tahun pemerintahan daerah oleh berbagai macam dinamika yang ada dengan kepala-kepala daerah yang sudah ada wali kota-wali kota terdahulu kan ini terus berkelanjutan.
Saya berharap apa yang sudah baik kami terus lanjutkan, kami maksimalkan yang masih kurang kami perbaiki. Kemudian kebijakan-kebijakan yang sudah ada perlu juga kami lakukan kajian, evaluasi, ya apakah kebijakan itu sudah menyentuh apa yang ingin dipecahkan oleh persoalan kebijakan yang ada. Kalau ada yang kurang kami perbaiki. Jadi semua prinsipnya yang kurang kami perbaiki, yang sudah baik kami meningkatkan akan baik lagi.
Sebagai PJ Wali Kota Tangerang, bagaimana Pak Nurdin ini menjaga kondisi atas di tengah momen Pilkada kemarin gitu Pak?
Ya tentu sebagai Penjabat Wali Kota tugas pertama saya dalam kaitan pilkada adalah mensukseskan pelaksanaan pilkada ini. Dengan cara gimana? Yang pertama memberikan dukungan kepada para penyelenggara. Dukungan dalam bentuk pendanaan karena penyelenggaraan pilkada itu harus hibah dari pemerintah kota. Jadi kami harus jaga supaya ini bisa berjalan untuk memastikan. Kemudian yang paling penting juga menjaga netralitas. Kami mulai dengan membuat surat edaran, melakukan sosialisasi, terus mengingatkan untuk menjaga netralitas. Alhamdulillah di Kota Tangerang berjalan lancar, tidak ada isu-isu yang mengemukakan publik terkait dengan netralitas ini.
Bagaimana Bapak melihat respon-respon masyarakat mungkin soal program kerjaannya Bapak? Apa sih sebenarnya yang masih diharapkan oleh masyarakat Tangerang?
Ya, sekiranya respon masyarakat selama ini cukup positif ya, dan saya mendapatkan dukungan maksimal dari masyarakat, dari tokoh-tokoh, sekiranya ini modal sangat penting bagi saya di dalam bekerja, menyelesaikan tugas sebagai penjabat Wali Kota Tangerang. Saya berharap agar dukungan ini terus tidak saya peroleh, sampai dengan selesai perasaan tugas di Kota Tangerang.
Mungkin evaluasi ke depannya seperti apa Pak nanti sebelum akhirnya masa jabatannya resmi habis gitu?
Oke, untuk evaluasi tentu ada dua sisi ya. Pertama evaluasi formal, yang dilakukan setiap tiga bulan sekali oleh Bapak Menteri Dalam Negeri. Di mana dalam setiap evaluasi Alhamdulillah Kota Tangerang selalu mendapatkan apresiasi atas apa yang sudah kami lakukan. Kedua penilaian atau evaluasi dari masyarakat. Saya melihat sih evaluasi dari masyarakat ini cukup bagus ya.
Dari mana Bapak lihat? Tentu pertanyaannya. Pertama dari apresiasi-apresiasi, penghargaan-penghargaan yang diberikan oleh berbagai pihak. Baik itu oleh pemerintah pusat, kementerian lembaga maupun juga oleh lembaga-lembaga non-pemerintah. Di mana Kota Tangerang selalu masuk di dalam nominasi-nominasi untuk penghargaan itu.
Yang juga tidak kalah penting adalah dari masyarakat Kota Tangerang sendiri. Ini misalnya kami lihat dari pengaduan, dari penilaian kinerja layanan. Tadi pagi saya baru memberikan penghargaan kepada teman-teman yang hasil evaluasi pelayanan publiknya menurut penilaian masyarakat ini di atas 90 persen. Sekiranya ini luar biasa. Dan juga komplain-komplain kami terus lakukan pembenahan sehingga semakin kecil komplain dari masyarakat.
Sentimen: positif (100%)