Sentimen
Undefined (0%)
9 Des 2024 : 20.27
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Solo

Tokoh Terkait
Budi Setiawan

Budi Setiawan

Belajar Diplomasi dari PB X, Raja Keraton Solo yang Terkenal sampai ke Eropa

9 Des 2024 : 20.27 Views 8

Espos.id Espos.id Jenis Media: Solopos

Belajar Diplomasi dari PB X, Raja Keraton Solo yang Terkenal sampai ke Eropa

Esposin, SOLO — Kepiawaian Paku Buwono (PB) X yang memerintah Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat pada 1893-1939 dalam hal diplomasi tak perlu diragukan lagi. Berkat kepiawaiannya berdiplomasi, PB X menjadi salah satu raja termasyur di Nusantara bahkan sampai ke Eropa.

Keberadaan puluhan patung bergaya Eropa di Keraton Solo menjadi bukti dari kepiawaian diplomasi PB X. Patung-patung pualam putih bergaya Yunani maupun kerajaan Eropa lainnya itu merupakan hadiah yang dikirimkan untuk sang Raja. Dia punya kemampuan yang jarang dimiliki oleh raja-raja sebelumnya.

Pemerhati sejarah yang juga pendiri Solo Societeit, Dani Saptoni, mengatakan PB X secara aktif selalu menjalin hubungan dengan kerajaan-kerajaan, baik yang ada di Nusantara sampai Eropa.

“PB X ini menyadari dirinya itu extraordinary, berbeda dengan raja-raja sebelumnya. Sebagai bentuk legitimasi, dia merasa perlu untuk mendapatkan pengakuan dari kerajaan di belahan dunia lain,” kata dia kepada Espos melalui sambungan telepon, Senin (9/12/2024). 

Cara PB X menjalin hubungan dengan kerajaan lain adalah dengan korespondensi. Dani mengatakan Keraton Solo waktu itu rajin mengirim surat ke sejumlah kerajaan dan negara di berbagai belahan dunia, termasuk Eropa, Asia, sampai Timur Tengah.

Menurut Dani, PB X juga pernah mengirim utusan ke beberapa kerajaan seperti Turki, Belanda, dan Thailand. Begitu juga dengan kerajaan yang masih berada di wilayah Nusantara.

Dia mengatakan hubungan yang terjalin memang tidak seperti hubungan antarnegara saat ini. Apa yang dibangun PB X hubunganya lebih pada pengakuan terhadap dirinya sebagai raja yang memiliki daerah kekuasaan dan kerajaan bernama Kasunanan Surakarta.

“Kalau mengadakan kerja sama jelas tidak bisa, karena [Kasunanan Surakarta] berada di lingkaran Hindia-Belanda. Maka hubungan yang dilakukan hanya dalam bentuk pengakuan sebagai bentuk legitimasi,” kata dia.

Pengakuan dari kerajaan luar itu bisa dilihat dari lencana di pakaian kebesaran PB X. Termasuk pemberian cenderamata dari raja-raja yang sempat menjalin hubungan dengan Keraton Solo. Cenderamata itu ada yang berupa patung hingga ornamen bangunan.

Apa yang dilakukan PB X membuat Keraton Kasunanan Surakarta lebih dikenal oleh dunia luar. Korespondensi yang dilakukan oleh PB X sekaligus mempertegas posisi Keraton ketika masa pemerintahan Hindia-Belanda.

Dani mengatakan meskipun Surakarta waktu itu menjadi bagian tanah jajahan, namun PB X ingin mempertegas bahwa Keraton Kasunanan berdiri sendiri secara independen.

Melawan Belanda lewat Diplomasi

Selain itu, korespondensi yang dilakukan PB X secara tidak langsung menyiratkan perlawanan terhadap pemerintah Hindia-Belanda. Menurut Dani, ini merupakan bagian dari perlawanan politik PB X bahwa dirinya tetaplah seorang raja meski berada di bawah tekanan penjajahan.

“Ini mempertegas bahwa PB X adalah seorang raja yang memiliki kekuasaan baik secara de facto maupun de jure. Jadi dia itu ingin menunjukkan diri begitu, kalau saya menyebutnya extraordinary,” kata dia.

Secara tidak langsung, korespondensi yang dilakukan PB X menunjukkan bahwa PB X memiliki pengetahuan terhadap dunia luar. Hal itu berkaitan dengan kebiasaan PB X ketika berada di kantornya.

Dani menceritakan PB X setiap hari selalu mendengarkan radio dan membaca koran terbitan Hindia-Belanda. Dengan dibantu oleh penerjemah, ia bisa menangkap siaran ataupun berita dari luar tentang situasi politik dunia saat itu.

Sejarawan yang juga kerabat Keraton Solo, RM Riyo Panji Restu Budi Setiawan, mengatakan kemampuan PB X dalam menjalin hubungan dengan kerajaan lain sekaligus kemampuannya untuk melawan Hindia-Belanda tidak lepas dari masa kecilnya.

Menurutnya, PB X yang sejak usia tiga tahun menjadi adipati anom sering dapat wejangan dari sang ayah, PB IX. Wejangan itu termasuk tentang paham nasionalisme dan bela negara. Menurut Restu, salah satu yang menempel dalam benak PB X adalah wejangan ayahnya bahwa bentuk perlawanan menggunakan senjata sudah tidak terlalu efektif.

“[Wejangan] Ini berkaca dari eyangnya yakni PB VI yang mendanai [Pangeran] Diponegoro dalam gerilya [ketika terjadi perang Jawa], namun akhirnya kalah dalam perundingan. Nah PB X ini berpikir sudah tidak saatnya lagi melawan dengan fisik, namun secara diplomatik,” kata dia.

Dia mengatakan atas dasar pemikiran itu lah PB X menjalin hubungan dengan kerajaan di berbagai belahan dunia. Total ada puluhan kerajaan yang menjalin hubungan dengan PB X. Beberapa di antaranya adalah Belanda, Swiss, Italia, Turki, Jepang, sampai Thailand.

Hingga saat ini PB X dikenal sebagai salah satu sosok yang dianggap berjasa dalam mengakhiri hegemoni kolonialisme. Jasanya sangat besar dalam membantu perjuangan melawan penjajahan Belanda hingga 7 November 2011, Pemerintah RI memberikan gelar Pahlawan Nasional Indonesia kepada PB X lewat SK Presiden No 113/TK/2011. 

Sentimen: neutral (0%)