Sentimen
Undefined (0%)
9 Des 2024 : 06.27

Kepercayaan terhadap Aset Digital di Balik Melejitnya Harga Bitcoin

9 Des 2024 : 06.27 Views 18

Espos.id Espos.id Jenis Media: Bisnis

Kepercayaan terhadap Aset Digital di Balik Melejitnya Harga Bitcoin

Esposin, JAKARTA - Kenaikan Bitcoin (BTC) menembus ke harga US$100.000 dinilai merupakan bukti nyata dari meningkatnya kepercayaan terhadap teknologi blockchain dan adopsi aset digital secara global.

"Pasar kripto kini menjadi instrumen investasi keuangan yang semakin diakui, baik oleh investor ritel maupun institusi besar," ujar CEO Indodax Oscar Darmawan di Jakarta, Sabtu (7/12/2024) sepeti dilansir Antaranews.

Selain Bitcoin, Altcoin juga naik cukup signifikan dari level terendahnya, altcoin. Season Index berada di angka 80, mengonfirmasi bahwa Altcoin Season tengah berlangsung. Altcoin seperti Ethereum (ETH), Ripple (XRP), dan Solana (SOL) mencatatkan kenaikan dalam beberapa pekan terakhir.

Ethereum kini diperdagangkan di atas US$3.900, didukung oleh lonjakan minat institusional dan peningkatan volume pada pasar berjangka yang mencapai US$25 miliar, atau sekitar 5 persen dari total market cap Ethereum. Ripple (XRP) mengalami lonjakan dari US$0,5 di 1 November 2024, lalu sempat naik hingga US$2,9 pada 3 Desember 2024.

Selain itu, Solana (SOL) juga menjadi sorotan, koin ini mencatatkan harga di atas US$240 dengan pertumbuhan hampir 100 persen dari Oktober sampai November.

Tren ini menurut Oscar, menggarisbawahi potensi diversifikasi investasi dalam ekosistem kripto.

Selain itu, dalam keterangannya dia juga menyoroti fenomena Altcoin Season yang tengah berlangsung, di mana Altcoin Season Index berada di angka 80.

"Angka ini mencerminkan semakin banyaknya altcoin yang menunjukkan kinerja lebih baik dibandingkan Bitcoin dalam periode 90 hari terakhir. Ethereum, Ripple, dan Solana adalah contoh utama yang semakin menarik perhatian investor," katanya.

Menurut dia dampak dari pola musiman seperti Santa Claus Rally yang memperkuat tren bullish pasar kripto dimana periode akhir tahun sering kali didorong oleh optimisme yang lebih besar, dan ini terlihat jelas di pasar kripto.

Dengan peningkatan volume perdagangan dan sentimen positif menjelang tahun baru, dia optimis momentum ini berlanjut hingga 2025, meskipun demikian harus diikuti kehati-hatian, mengingat volatilitas pasar kripto yang sangat tinggi.

Oscar juga menyoroti peran regulasi dalam mendukung pasar kripto dimana pengajuan ETF Solana oleh Grayscale adalah langkah signifikan yang mencerminkan meningkatnya minat institusional terhadap aset kripto.

"Jika disetujui oleh SEC, ini akan menjadi tonggak penting bagi Solana, yang dapat membuka akses yang lebih besar bagi investor institusional di pasar kripto AS," ujarnya.

Menurutnya, keputusan ini dapat mempercepat adopsi kripto secara global, dan berpotensi memperkuat posisi Solana sebagai salah satu altcoin yang menjanjikan.

"Langkah ini juga menunjukkan bahwa industri kripto semakin diakui sebagai instrumen investasi yang sah dan dapat dipercaya, seiring dengan pengakuan regulasi yang semakin luas," katanya.

Oscar menyatakan keyakinannya terhadap masa depan pasar kripto yang lebih luas dimana tahun 2025 akan menjadi tahun transformasi bagi ekosistem kripto, dengan teknologi baru seperti tokenisasi aset dan dompet berbasis AI yang akan mempercepat adopsi kripto di sektor-sektor lain.

"Kami akan melihat lebih banyak inovasi yang akan membawa utilitas baru dan mendorong inklusi keuangan global," katanya.

Faktor Kenaikan

Sementara itu Chief Marketing Officer (CMO) Tokocrypto Wan Iqbal menyatakan memaparkan beberapa faktor kunci kenaikan harga Bitcoin (BTC) yang telah melampaui US$100.000 sekitar Rp1,58 miliar.

“Pertama, pengurangan pasokan Bitcoin melalui proses halving mengurangi imbalan bagi penambang, menciptakan kelangkaan pasokan yang memicu tekanan beli. Selain itu, arus masuk dana institusional yang luar biasa besar lebih dari 31 miliar dolar Amerika Serikat (AS) arus masuk bersih tercatat di ETF (Exchange-Traded Fund) Bitcoin di AS yang menunjukkan bahwa Bitcoin semakin diterima sebagai aset investasi jangka panjang,” ucapnya dalam keterangan resmi di Jakarta, Sabtu.

Di sisi regulasi, terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS dan penunjukan tokoh pendukung kripto seperti Paul Atkins untuk menggantikan Gary Gensler sebagai Ketua Komisi Sekuritas dan Bursa AS memberikan sinyal positif bagi industri kripto, mengurangi ketidakpastian, dan mendorong lebih banyak investor untuk terlibat.

Lebih lanjut, dia menilai peningkatan harga BTC yang sudah menyentuh US$100.000 mencerminkan pertumbuhan minat berkelanjutan terhadap aset digital ini.

“Fenomena ini diperkirakan akan tercermin di pasar Indonesia, di mana investor ritel terdorong oleh fenomena FOMO (Fear of Missing Out),” ujar Wan Iqbal.

Dengan sentimen pasar yang optimis, banyak investor baru diyakini akan terlibat, baik untuk investasi jangka panjang maupun perdagangan harian.

“Kenaikan harga Bitcoin yang melampaui US$100.000 atau sekitar Rp1,58 miliar merupakan tonggak penting dalam perjalanan aset digital ini, yang mencerminkan kepercayaan yang semakin besar terhadap Bitcoin sebagai kelas aset utama,” kata dia.

Selama ini, data historis menunjukkan lonjakan harga Bitcoin sering diikuti oleh aliran likuiditas ke altcoin, yang pada akhirnya mendorong diversifikasi portofolio dan memperbesar nilai transaksi kripto secara keseluruhan.

Di tengah tren positif ini, Iqbal menekankan urgensi memastikan pertumbuhan yang sehat dan berkelanjutan, sehingga harus fokus pada edukasi bagi investor dan masyarakat secara keseluruhan agar tak terjebak dalam euforia pasar tanpa memahami risiko yang melekat pada investasi kripto.

“Edukasi adalah kunci untuk membantu investor membuat keputusan yang bijak dan menghindari kerugian yang tidak perlu. Kami ingin memastikan bahwa setiap investor memahami cara kerja aset digital dan potensi risikonya,” ungkap Iqbal.

Pada Jumat (6/12/2024), Bitcoin sempat mencapai rekor tertinggi US$103.630 sebelum ditutup pada US$97.093.

Sentimen: neutral (0%)