Sentimen
Undefined (0%)
7 Des 2024 : 14.06
Informasi Tambahan

Club Olahraga: Arema FC, Bali United, Madura United, Persik Kediri, Persita Tangerang, PSS Sleman

Event: SEA Games

Grup Musik: APRIL

Kab/Kota: Biak, Gunung, Kediri, Madura, Sleman, Solo, Tangerang

Tokoh Terkait
Arizal Perdana

Arizal Perdana

Barito Putera

Barito Putera

Khairul

Khairul

OKS Tak Janjikan Bulan atau Bintang

7 Des 2024 : 14.06 Views 15

Espos.id Espos.id Jenis Media: Kolom

OKS Tak Janjikan Bulan atau Bintang

Angin berembus pelan di Stadion Manahan, Kota Solo, Selasa (3/12/2024) malam. Ribuan kursi kosong menjadi saksi kesenyapan yang terasa lebih nyaring daripada gemuruh sorak-sorai suporter. 

Persis Solo baru saja bermain imbang 0-0 melawan Barito Putera di pentas Liga 1. Hasil yang di atas kertas tak luar biasa, tapi bagi Laskar Sambernyawa satu poin ini adalah awal harapan setelah tiga hattrick kekalahan yang melemparkan Persis Solo ke zona degradasi.

Di pinggir lapangan, Ong Kim Swee (OKS), pelatih asal Malaysia, tampak mendampingi tim yang sebelumnya dilatih Milomir Seslija. Milo dipecat setelah Persis Solo dipermalukan Persik Kediri 0-1 di Stadion Manahan Solo, 23 September 2024. 

Milo menjadi pelatih keempat yang dipecat di Liga 1 setelah Widodo Cahyono Putra pelatih Madura United, Hendri Susilo pelatih Semen Padang FC, dan Juan Esnaider pelatih PSBS Biak.

Liga 1 2024/2025 menjadi salah satu periode terberat dalam sejarah panjang Persis Solo. Kekalahan telak melawan Malut United (0-3), PSS Sleman (0-2), dan Bali United (0-3) hanya menjadi puncak gunung es dari krisis yang melanda tim ini. 

Laskar Sambernyawa kini berada di peringkat ke-16 klasemen sementara dengan hanya meraup delapan poin dari 12 pertandingan. Dua kemenangan, dua seri, dan delapan kekalahan mencerminkan betapa rapuh performa Laskar Sambernyawa musim ini.

Selisih gol minus 10 semakin menegaskan bahwa lini pertahanan Persis ibarat benteng yang runtuh diterjang badai. Meski mereka memiliki poin lebih baik dibandingkan Madura United dan Semen Padang yang berada di dasar klasemen dengan enam poin, jarak ini tidak cukup untuk membuat napas lega.

Para suporter, yang biasanya menjadi kekuatan utama Persis, kini berubah melantangkan suara kritis menuntut perubahan. Protes demi protes dilayangkan, menyoroti buruknya manajemen yang dianggap menjadi akar kehancuran tim. 

Aksi boikot dan protes soal performa buruk Persis Solo dilakukan suporter saat menjamu PS Barito Putera di Stadion Manahan Solo. Laga melawan Laskar Antasari itu merupakan kiprah perdana Ong Kim Swee, lelaki kelahiran Malaka yang membawa segudang pengalaman sebagai pelatih sepak bola. 

Namanya melambung saat ia membawa tim Malaysia U-23 meraih medali emas SEA Games 2011 dan medali perak pada 2017. 

Menjelang laga perdana di Kota Solo, Datuk OKS menyampaikan tugas mahaberat yang akan dia pikul. Dia mencoba realistis, setidaknya menyelamatkan Persis Solo dari jurang degradasi.

“Saya tidak bisa menjanjikan bintang atau bulan,” kata OKS dalam pernyataannya.

”Tapi, saya bisa menjanjikan sikap para pemain, sikap tim akan berubah,” ujar dia.

Kalimat itu bukan hanya janji, melainkan juga membawa harapan atau doa. Ia tahu bahwa suporter tidak lagi peduli pada retorika. Mereka butuh bukti di lapangan, kerja keras dan semangat Laskar Sambernyawa kembali terlihat.

Debut OKS melawan Barito Putera memang tidak sempurna, tetapi berhasil menghentikan tren kekalahan. Di balik hasil imbang tanpa gol itu, ada secercah perubahan yang mulai tampak. 

Pemain bermain lebih rapi, pertahanan terlihat lebih disiplin, dan, meski belum mencetak gol, setidaknya tidak kebobolan. Aksi boikot dan protes yang dilakukan fans Persis Solo harus dilihat sebagai hal positif. 

Kritik suporter memang beralasan. Manajemen di bawah Khairul Basalamah dan Arizal Perdana Putra gagal menjaga harmoni tim. Hal ini merembet dan berdampak pada stabilitas tim.

Sebagai langkah awal perubahan, manajemen memecat Khairul Basalamah, Arizal, dan Asisten Pelatih Yogi Nugraha. Langkah ini diharapkan menjadi angin segar, tetapi semua tahu ini hanya permulaan dari perjalanan panjang untuk memulihkan kepercayaan suporter.

Perjalanan OKS bersama Persis Solo akan menghadapi ujian berat dalam beberapa laga ke depan. Persita Tangerang, Arema FC, dan PSBS Biak menjadi tiga lawan berikutnya. 

Di atas kertas, ketiganya bukan tim yang mudah dikalahkan. Ketiganya juga sedang berada di papan atas klasemen Liga 1, namun, dalam sepak bola statistik bukan segalanya. 

OKS dikenal sebagai pelatih yang mampu membangun mental juara di tim-tim yang ia tangani. Selain membawa pulang medali emas SEA Games 2011, OKS pernah membawa Harimau Muda menjadi kampiun Liga Premier Malaysia pada 2009. 

Ia perlu menanamkan semangat baru pada pemain Persis, mengingatkan mereka akan kebanggaan mengenakan lambang Laskar Sambernyawa di dada.

Persis Solo bukanlah sekadar klub sepak bola. Didirikan pada 8 November 1923, klub ini menjadi bagian sejarah besar sepak bola Indonesia. Bersama enam klub lainnya, Persis menjadi cikal bakal berdirinya PSSI pada 19 April 1930.

Dalam sejarah, Persis Solo telah mencatatkan banyak prestasi, termasuk tujuh gelar juara Kompetisi Perserikatan pada era 1930-an hingga 1940-an.

Terakhir, mereka menjadi juara Liga 2 pada 2021, sebuah momen yang membawa kembali kebanggaan bagi suporter mereka,  namun sejarah besar itu kini terasa seperti beban.

Ekspektasi tinggi dari suporter membuat setiap kekalahan terasa lebih menyakitkan, setiap kegagalan seperti mengkhianati warisan klub. 

Di tangan OKS, Persis Solo memiliki kesempatan bangkit. Tidak ada yang mudah dalam sepak bola, tetapi semangat dan kerja keras selalu menjadi kunci untuk mengubah keadaan.

OKS membawa pengalaman, kedisiplinan, dan ketenangan yang dibutuhkan tim ini. Lebih dari itu, ia membawa harapan bahwa di balik kegelapan selalu ada secercah cahaya terang, meski itu bukan bulan atau bintang.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 6 Desember 2024. Penulis adalah Manajer Konten Solopos Media Group)

Sentimen: neutral (0%)