Sentimen
Informasi Tambahan
BUMN: PT Telekomunikasi Indonesia Tbk
Institusi: Telkom University
Kab/Kota: Solo
Peran Universitas Dalam Mendukung Pengembangan Teknologi Kendaraan Listrik
Espos.id Jenis Media: Kolom
Esposin, SOLO - Kendaraan listrik (EV) menjadi salah satu solusi yang menjanjikan untuk mengurangi emisi karbon dan mendukung transisi energi bersih.
Dalam konteks global, EV telah diakui sebagai langkah konkret dalam upaya mencapai target net zero emission. Hal ini tidak hanya terkait dengan pengurangan emisi langsung dari kendaraan berbahan bakar fosil, tetapi juga membuka peluang besar untuk mengintegrasikan prinsip ekonomi sirkular ke dalam industri transportasi dan energi.
Penggunaan EV memiliki keunggulan utama dalam mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil yang selama ini menjadi sumber utama emisi karbon. Namun, manfaat lingkungan dari EV hanya dapat terwujud secara maksimal jika energi yang digunakan untuk pengisian daya berasal dari sumber terbarukan, seperti tenaga surya, angin, atau hidro.
Selain itu, baterai lithium-ion yang menjadi komponen utama EV memberi peluang besar untuk diintegrasikan dalam sistem ekonomi sirkular. Ekonomi sirkular sendiri berfokus pada pengelolaan sumber daya secara berkelanjutan dengan meminimalkan limbah serta memaksimalkan penggunaan ulang dan daur ulang material.
Dalam siklus hidup EV, baterai memainkan peran sentral. Ketika masa pakai baterai di kendaraan selesai, baterai tersebut masih memiliki kapasitas yang cukup untuk digunakan dalam aplikasi lain, seperti penyimpanan energi rumah tangga atau komersial. Setelah itu, baterai dapat didaur ulang untuk mengekstraksi material berharga seperti lithium, kobalt, dan nikel.
Proses ini tidak hanya mengurangi limbah baterai tetapi juga menekan kebutuhan penambangan bahan baku baru, yang selama ini memiliki dampak lingkungan signifikan. Dengan pendekatan ini, EV tidak hanya menjadi kendaraan yang ramah lingkungan tetapi juga mendukung sistem ekonomi yang lebih efisien dan berkelanjutan.
Namun, penerapan prinsip ekonomi sirkular dalam industri EV menghadapi tantangan yang cukup besar. Industri ini sebagian besar masih berbasis ekonomi linear, di mana material diambil, digunakan, dan dibuang. Proses penambangan bahan baku seperti lithium dan kobalt memiliki dampak lingkungan yang signifikan, termasuk emisi karbon tinggi, degradasi ekosistem, dan eksploitasi sumber daya alam. Selain itu, pengelolaan limbah baterai yang tidak tepat dapat menimbulkan risiko lingkungan akibat kandungan bahan kimia beracun. Tantangan lainnya adalah biaya daur ulang yang masih relatif tinggi dibandingkan dengan penambangan bahan mentah.
Dalam mengatasi tantangan tersebut, peran universitas sangatlah penting. Sebagai pusat inovasi dan edukasi, universitas dapat memberikan kontribusi signifikan dalam mengembangkan teknologi dan solusi yang mendukung penggunaan EV dan ekonomi sirkular.
Pertama, universitas dapat menjadi pionir dalam riset dan pengembangan teknologi baterai yang lebih efisien dan ramah lingkungan, termasuk desain modular yang mendukung perbaikan dan daur ulang. Kedua, universitas dapat mengembangkan metode daur ulang yang lebih murah dan efisien untuk mengekstraksi material berharga dari baterai bekas. Selain itu, melalui penelitian lintas disiplin, universitas juga dapat mengkaji dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan dari implementasi EV dan prinsip ekonomi sirkular.
Peran universitas tidak hanya terbatas pada penelitian. Kampus dapat menjadi laboratorium hidup untuk menguji dan mengimplementasikan teknologi berbasis EV serta ekonomi sirkular. Misalnya, universitas dapat membangun ekosistem berbasis EV di dalam kampus, termasuk penggunaan kendaraan listrik untuk transportasi internal dan stasiun pengisian daya yang menggunakan energi terbarukan. Lebih jauh lagi, universitas dapat mengintegrasikan kurikulum yang mengedepankan keberlanjutan, sehingga menciptakan lulusan yang tidak hanya paham teknologi tetapi juga memiliki kesadaran lingkungan yang tinggi. Kolaborasi antara universitas, pemerintah, dan industri juga sangat penting.
Universitas dapat menjadi mitra strategis bagi pemerintah dalam merumuskan kebijakan yang mendukung pengembangan EV dan ekonomi sirkular. Di sisi lain, universitas juga dapat bekerja sama dengan industri untuk mempercepat adopsi teknologi ramah lingkungan dan mendorong inovasi. Dengan dukungan ini, tantangan seperti biaya awal yang tinggi dan pengelolaan limbah dapat diatasi secara lebih efektif.
Ekonomi sirkular dalam industri EV juga membuka peluang ekonomi baru yang signifikan. Misalnya, industri daur ulang material baterai dapat menciptakan lapangan kerja baru, mengurangi ketergantungan pada impor bahan baku, dan meningkatkan nilai tambah dari limbah yang sebelumnya tidak dimanfaatkan. Selain itu, pemanfaatan ulang baterai untuk penyimpanan energi dapat mendukung pengembangan energi terbarukan dengan menyediakan solusi untuk mengatasi intermittency (fluktuasi) sumber energi seperti surya dan angin.
Dengan kombinasi strategi yang tepat, EV dapat menjadi lebih dari sekadar solusi transportasi ramah lingkungan. Melalui pendekatan ekonomi sirkular, EV dapat menjadi fondasi bagi sistem transportasi yang lebih berkelanjutan, menciptakan nilai ekonomi baru, dan mendukung keberlanjutan lingkungan secara keseluruhan.
Langkah ini tidak hanya penting untuk mengurangi emisi karbon tetapi juga untuk menciptakan masa depan yang lebih efisien, inklusif, dan berkelanjutan. Dengan keterlibatan universitas sebagai penggerak inovasi, EV dan ekonomi sirkular memiliki peluang besar untuk menjadi pilar utama dalam mencapai pembangunan global yang berkelanjutan.
Artikel ini ditulis oleh Silvi Istiqomah, S.T., M.T.
Dosen Teknik Industri Telkom University
Alumni Program Studi Magister Teknik Industri Universitas Sebelas Maret
Sentimen: neutral (0%)