Sentimen
Informasi Tambahan
Institusi: UIN
Kab/Kota: Karanganyar, Klaten, Solo
Bioskop Baru Bermunculan di Soloraya, Diharapkan Bisa Fasilitasi Film Lokal
Espos.id
Jenis Media: Solopos
![Bioskop Baru Bermunculan di Soloraya, Diharapkan Bisa Fasilitasi Film Lokal](https://imgcdn.espos.id/@espos/images/2023/01/bioskoppp.jpg?quality=60)
Esposin, SOLO — Kemunculan bioskop baru di wilayah Soloraya diharapkan mampu menjadi ruang untuk mendistribusikan film komunitas dari para sineas lokal. Teranyar ada bioskop baru bernama Sam’s Studios di Klaten dan Karanganyar.
Harapan itu disampaikan Direktur Sinema Warga, Ratmurti Mardika. Ia mengatakan kemunculan bioskop baru tersebut menjadi gejala positif bagi perkembangan industri, terutama dalam soal eksibisi film.
“In positive ways, ini gejala bisnis film, terutama eksibisi, mulai dilirik pencari cuan,” kata pria yang akrab disapa Sonkski itu ketika dihubungi Espos, Jumat (6/12/2024).
Selain itu dengan bertambahnya bioskop baru dia berharap akan memberikan alternatif lain. Selama ini film yang disajikan cenderung seragam sehingga masyarakat tidak punya banyak pilihan. “Juga kalau bisa memberi tontonan alternatif selain yang disajikan XXI, Cgv, dan Platinum," ujarnya.
Pada prinsipnya, semakin banyak pemain di industri eksibisi perfilman akan menghalau praktik monopoli. "Saya percaya itu [semakin banyaknya bioskop] akan baik untuk ekosistem perfilman,” kata dia.
Di sisi lain, kondisi ini menurutnya juga bisa menjadi angin segar bagi komunitas film lokal terutama jika bioskop tersebut bisa diakses untuk eksibisi. Baginya, sebagai seorang pengajar film di UIN Raden Mas Said Solo, bioskop di Soloraya semestinya mau bekerja sama dengan mahasiswa.
Menurutnya, mahasiswa di Solo sangat produktif membuat karya berupa film pendek. Ada yang memang untuk memenuhi tugas mata kuliah, namun ada juga yang memproduksi film secara mandiri. Mereka perlu tempat untuk mempertontonkan hasil karya mereka ke publik.
Film Komunitas
“Membayar sewa studio ya mau asal jangan disamakan dengan tiket film Hollywood. Pasar film untuk segmen mahasiswa itu besar, jadi seharusnya enggak akan rugi kalau mereka [pengelola bioskop] kerja sama dengan komunitas-komunitas film lokal,” kata dia.
Sineas Solo yang juga pendiri komunitas Kembang Gula, Fanny Chotimah, mengatakan semakin banyaknya bioskop di wilayah Soloraya bisa menambah peluang untuk mendistribusikan film-film dari komunitas.
“Kan jumlah layar [tempat pemutaran film] di Indonesia itu masih kurang, misalnya kehadiran bioskop besar hanya ada di kota-kota besar,” kata dia ketika dihubungi Espos, Jumat (6/12/2024).
Dia berharap dengan munculnya bioskop baru di wilayah Soloraya komunitas film juga turut diwadahi. Terutama ada kesempatan agar film karya komunitas bisa nangkring di bioskop dengan skema sharing tiket atau royalti.
Dengan begitu, produktivitas para sineas dalam menghasilkan karya pun ikut meningkat. Sehingga bisa terus produksi karya dan mampu mendongkrak industri film lokal.
Namun dari kemunculan bioskop tersebut, ia belum menjalin komunikasi dengan pengelola. Pengelola bioskop pun belum mendekati komunitas film di Solo. Sehingga dia belum tahun apakah komunitas film lokal bisa memutar karya mereka di sana.
Saat ini film komunitas terbilang cukup sulit untuk tayang di bioskop. Dia mengambil contoh bioskop yang sudah jamak seperti XXI saja sangat kompetitif. Tidak semua film bisa diputar di XXI.
“Nah itu banyak film yang gagal diputar [di bioskop] mau ke mana. Jadi belum tahu akan berdampak apa [kehadiran bioskop baru di Soloraya] untuk komunitas, akankah kami dapat ruang,” kata dia.
Sejauh ini, dia mengatakan pemutaran film komunitas baru sebatas layar tancap yang diadakan secara mandiri dengan peralatan apa adanya. Biasanya diputar di gedung, pendapa, sampai lapangan. “Lebih ideal sebenarnya kita memutar film di bioskop,” kata dia.
Fanny mengatakan antusiasme warga Solo menghadiri pemutaran film komunitas sangat tinggi. Dia mengatakan film-film yang diproduksi sineas lokal pun sebetulnya memiliki pasar tersendiri dan tidak pernah sepi peminat.
“Karena kami ketika membuat film kan temanya dekat dengan warga dengan bahasa Jawa. Itu kan beda kalau kita nonton film dari Jakarta yang persoalannya juga beda,” kata dia.
Sentimen: neutral (0%)