Sentimen
Undefined (0%)
6 Des 2024 : 20.14
Informasi Tambahan

Grup Musik: APRIL

Kab/Kota: Sragen

Tokoh Terkait

Guru Penggerak Jangan Berhenti

6 Des 2024 : 20.14 Views 29

Espos.id Espos.id Jenis Media: Kolom

Guru Penggerak Jangan Berhenti

Di bawah nomenklatur baru Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah para guru menaruh optimisme, membuncahkan harapan, bahwa pendidikan anak-anak di negeri ini semakin baik.

Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu’ti memiliki latar belakang dan pengalaman di bidang pendidikan yang mumpuni. 

Kita juga mesti berterima kasih kepada Mas Nadiem Anwar Makarim selama menjabat Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi, meskipun banyak anggapan miring kepada dia seiring dengan gagasan Merdeka Belajar yang dia cetuskan dan terapkan.

Program Guru Penggerak adalah salah satu trademark Merdeka Belajar. Tepatnya sebagai episode kelima Merdeka Belajar. Saat itu masih di bawah nomenklatur Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi.

Mas Nadiem saat itu mengatakan guru penggerak bukan hanya guru yang baik dalam mengajar, melainkan juga guru yang memiliki kemauan memotivasi sesama rekan kerja dalam mewujudkan ekosistem pendidikan yang terpusat pada anak didik. 

Ini sesuai dengan tujuan program, yaitu  fokus pada peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui guru sebagai agen teladan dan obor perubahan.

Dengan perubahan nomenklatur kementerian urusan pendidikan, apakah Program Guru Penggerak ini akan berhenti atau dilanjutkan? Ini merupakan sebuah diskusi yang menarik. 

Sebagai alumnus program tersebut, saya ingin menyampaikan beberapa alasan Program Guru Penggerak sebaiknya tetap berlanjut dan tidak berhenti. 

Program Guru Penggerak di beberapa kota/kabupaten saat ini telah memasuki angkatan ke-10 atau ke-11. Saya berkesempatan mengikuti Program Guru Penggerak angkatan ke-9 yang dimulai Agustus 2023 dan berakhir pada 27 April 2024.

Sebelum seorang guru dinyatakan lolos mengikuti Program Guru Penggerak harus menjalani serangkaian tes yang dimulai dari tes administrasi berlanjut dengan tes mengisi esai hingga tes micro teaching

Tahapan tes membuat esai adalah yang paling menguras pikiran karena seorang guru mesti mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan pengalaman yang tengah dijalani lengkap dengan ide/gagasan serta solusi-solusi yang akan dilakukan. 

Mula-mula mesti dipahami bahwa sebagai guru artinya adalah menjadi pembelajar sepanjang hayat merujuk pada konsep life long learning yang diawali dengan gerakan masyarakat belajar yang dicetuskan oleh John Dewey (1966).

Dewey mnengenalkan konsep belajar dari kehidupan dan mencptakan kondisi kehidupan sehingga semua orang akan belajar dalam proses kehidupan. 

Tanggapan miring terkait Program Guru Penggerak beberapa kali saya dengar, tetapi dengan niat untuk terus belajar sembari memberikan ide dan saran perbaikan jika ada, saya terus bertekad menyelesaikan Program Gruru Penggerak hingga selesai.

Ki Hajar Dewantara adalah Bapak Pendidikan Nasional yang hari kelahirannya setiap tanggal 2 Mei kita peringati sebagai Hari Pendidikan Nasional, namun tampaknya point of view pemikiran Ki Hajar mulai berangsur-angsur terlupakan di iklim pendidikan nasional kita. 

Melalui Program Guru Penggerak inilah, saat itu Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi berharap para guru mengingat kembali pemikiran Ki Hajar Dewantara sebagai sakaguru pendidikan tanah air. 

Hal ini dibuktikan dengan materi awal Program Guru Penggerak yang berisikan filosofi pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara. Jangan-jangan generasi Z, bahkan generasi sebelumnya, yaitu generasi milenial, malah tidak tahu atau lupa siapa Bapak Pendidikan Nasional itu.  

Melalui Program Guru Penggerak, pemikiran guru-guru dibuka bahwa pendidikan sangat jauh berkembang sesuai dengan empat pilar pendidikan abad ke-21 yang dicanangkan UNESCO.

Para siswa kelak memiliki kompetensi learning to know (belajar untuk tahu), learning to do (belajar untuk melakukan sesuatu), learning to be (belajar untuk menjadi sesuatu), dan learning to live together (belajar untuk berkolaborasi).

Melalui Program Guru Penggerak, kolaborasi tidak hanya antarguru satu mata pelajaran, tetapi bisa antarmata pelajaran, bahkan antarjenjang pendidikan. Satu sama lain dapat saling memberikan pengalaman dan mengeskplorasi yang disesuaikan dengan kebutuhan sekolah masing-masing. 

Bukankah konsep semacam ini adalah hal yang pada era sebelumnya sangat jarang kita temui? Dalam Program Guru Penggerak, kolaborasi diimplementasikan dengan pembentukan komunitas praktisi oleh calon guru penggerak yang nantinya menjadi skala yang lebih luas, yakni komunitas belajar.

Kolaborasi tampaknya didorong oleh Kementeriaan Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi saat itu untuk menjadi arus pemikiran baru memajukan pendidikan. 

Kita mestinya  sangat mengapresiasi arah baru kementeriaan ini, hendaknya iklim sekolah menjadi iklim yang kolaboratif. Bukan iklim kompetitif yang kebablasan antarguru, saling menjatuhkan misalnya. 

Mengikuti Program Guru Penggerak adalah hak semua guru tanpa memandang status. Ini merupakan bukti keberpihakan (pada saat itu) kementerian pada peningkatan kompetensi guru dari sekolah swasta atau sekolah negeri, berstatus ASN atau honorer, wiyata bakti, atau guru tetap yayasan sekolah swasta. 

Khusus untuk guru ASN setelah lulus dari Program Guru Penggerak muaranya adalah guru penggerak tersebut siap memimpin sebuah sekolah. Bekal pendidikan selama sembilan bulan diharapkan membuka cakrawala baru serta khazanah pemikiran guru penggerak dengan status ASN  supaya siap menjadi pemimpin. 

Semestinya lulusan Program Guru Penggerak di sekolah swasta juga diberi kesempatan menjadi pemimpin. Dalam Program Guru Penggerak, menjadi pemimpin sekolah atau kepala sekolah diwujudkan dalam pembuatan program sekolah dan program pengembangan diri yang berlandaskan pada sinergi antara sekolah, guru dan murid, serta masyarakat. 

Diawali dengan analisis visi sekolah, dengan metode BAGJA alih-alih SWOT. BAGJA adalah buat pertanyaan, ambil pelajaran, gali mimpi, jabarkan rencana, dan atur eksekusi. Ini suatu pengetahuan baru yang saya dapatkan melalui Program Guru Penggerak.

Arah pembelajaran abad ke-21 yang beralih menuju student centered  dalam Program Guru Penggerak diturunkan menjadi pembelajaran berdiferensiasi yang awalnya diinisiasi oleh Carl. A. Tomlinson. 

Jauh sebelumnya Ki Hajar Dewantara mengistilahkan dengan guru yang berpihak kepada murid. Melalui Program Guru Penggerak saya merasakan betul perubahan pada diri saya, khususnya dalam menangani murid-murid.

Program Guru Penggerak membentuk guru bukan menjadi penghukum, tetapi menjadi coach yang mengantar murid memperoleh kesadaran diri tanpa suatu paksaan atau ancaman.

Satu hal lagi yang menarik dari Program Guru Penggerak adalah calon guru penggerak belajar memandang sekolah dari sudut pandang positif, yaitu aset-aset yang dimiliki. Menggali aset-aset tersebut hingga menemukan celah-celah perbaikan yang mampu dilakukan. 

Selama ini kita mungkin terkungkung pada pendekatan berbasis kekurangan.  Misalnya, perasaan mana mungkin kegiatan ini dapat berjalan? Dana dari mana? Orang tua akankah mendukung? Dan pemikiran negatif lainnya, padahal kita belum mencoba untuk melaksanakan.

Seorang guru penggerak diharapkan mampu mengatasi hal yang demikian dan mampu menyebarkan ketenangan itu pada rekan sejawat. Pendekatan berbasis aset akan mengeluarkan potensi-potensi yang dimiliki sekolah, menjadikan kita berpikir positif dan visioner.   

Menjadi guru merupakan suatu berkah yang harus diikuti dengan semangat untuk terus belajar, berbenah, dan  bertumbuh menjadi lebih baik. Terlebih bagi sekolah-sekolah negeri yang mesti berhadapan head to head dengan sekolah-sekolah swasta yang notabene bisa bergerak lebih luwes. 

Kita harus memandang ini sebagai perlombaan kebaikan yang dalam kalam Tuhan beristilahkan fastabiqul khairat juga sebagai sebuah tantangan. Guru sekolah-sekolah negeri yang hanya pasif artinya siap tergilas kehilangan peminat, bahkan kepercayaan.

Mengikuti Program Guru Penggerak bagi seorang guru artinya siap ketika kapan pun ditunjuk oleh pemangku kebijakan untuk menjadi pemimpin. Ialah pemimpin perubahan di sekolah agar menjadi lebih baik. 

Perubahan itu dimulai dari dalam diri seorang guru. Long life learner bagi seorang guru adalah suatu keniscayaan. Ketika diri seorang guru telah mengalami perubahan yang positif, perubahan tersebut dapat menular kepada guru-guru di bawah kepemimpinannya. Selamat menjadi pemimpin perubahan untuk guru penggerak di seluruh tanah air. 

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 4 Desember 2024. Penulis adalah guru SDN Ngepringan 1, Kecamatan Jenar, Kabupaten Sragen, Provinsi Jawa Tengah)

Sentimen: neutral (0%)